• Breaking News

    Senin, 01 April 2019

    Chapter 1.7 - Konsekuensi dari Bocornya Sebuah Rahasia

    Translator : Ichimokuren
    Selamat Membaca
    --------------------------------------------------------------------------------------------
    Ars memasuki ruang kelasnya keesokan hari, dan sama seperti kemarin, ia dihujani tatapan tak menyenangkan dari seisi kelas. Suara-suara celoteh dapat didengar di dalam kelas hingga dia membuka pintu lalu suara-suara itupun terdiam. Namun, ini hanya terbatas pada siswa laki-laki. Para siswa perempuan memiliki kesadaran yang lebih baik tentang bagaimana prioritas mereka seharusnya. Ini disebabkan oleh perwujudan dari perbedaan sikap terhadap sihir antara pria dan wanita. Bagaimanapun, ini jauh lebih baik daripada harus berurusan dengan kekerasan secara langsung. Mata Tesfia juga bercampur dalam tatapan itu, tapi Ars mengabaikannya. Tidak memiliki rasa permusuhan saja sudah merupakan hasil yang baik.

    Ars berharap agar suasana yang ada tidak lebih dari imajinasinya saat ini. Apa pun yang terjadi, ia tidak mengurangi kecepatan dari langkahnya. Dia tetap tidak terganggu oleh tatapan semua orang dan mulai belajar sendiri.

    Pelajaran hari ini sebagian besar terdiri dari pelajaran di ruang kelas. Namun, dia tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Daripada semua itu, mengganti ruang kelas pada akhir setiap pelajaran sangatlah merepotkan. Oleh karena itu, ia memilih kelas yang harus dihadirinya dengan hati-hati agar mencegahnya mengganti ruang pelajaran sebaik mungkin.

    Pelajaran ketiga, adalah salah satu pelajaran yang ada sebelum makan siang, haruskah Ars menganggap dirinya beruntung atau tidak beruntung? Sangat disayangkan. Setiap kelas sejauh ini telah memberikan perhatian kepada Tesfia dan Alice. Selama itu, Tesfia melirik Ars, dengan tatapan *chira* *chira*. Setiap kali Tesfia memandang, pandangannya itu menembus barisan siswa di antara mereka berdua.

    Ars tidak terganggu oleh tatapannya tersebut, tetapi ia lama-kelamaan semakin kesal. Akhirnya ia menganggat tangannya.

    "Hei!" Guru itu sayangnya salah mengerti reaksi Ars terhadap Tesfia. Sayang sekali itu adalah tanggapan yang salah. Matanya menunduk ke dalam daftar nama siswa sambil berkata, "Kamu… kamu Arus-kun ... kan." Dengan yakin pada jawabannya, dia menunjuk ke layar kristal cair dan berkata, "Baiklah, Arus-kun, jawabanmu?"

    Pelajaran itu terkait dengan materi tentang Iblis, yang dilakukan dengan mempresentasikan tampilan aneh mereka di layar. Ars, tidak memperhatikan hal tersebut sejak kelas dimulai, bahkan ia tidak bisa menebak pertanyaan apa yang ditanyakan oleh guru tersebut. Bagaimanapun, kelas ini mencakup dasar-dasar dari pelatihan sihir.

    Situasi ini bukan masalah baginya dengan pengetahuannya yang melimpah. Dari apa yang bisa diduga Arss, pelajaran ini berkisar tentang kemunculan iblis dan bahaya yang mereka timbulkan. Dia meletakkan tanda baca di bukunya sambil berdiri dan berkata, “Iblis tiba-tiba muncul 100 tahun yang lalu. Terlepas dari berbagai teori mengenai asal usulnya, umat manusia belum dapat memperoleh bukti yang akurat tentang hal tersebut. Kita baru saja dapat menangani invasi iblis dengan sihir. Akibatnya, divisi militer sihir telah mampu menyerang balik terhadap invasi para iblis. Kekuatan iblis dapat diklasifikasikan melalui 8 peringkat yaitu, F - SS. Peringkat SS telah dikonfirmasi sekitar 50 tahun yang lalu. "

    Ars, yang tidak tahu pertanyaannya, menganggap jawabannya sudah cukup untuk pemula dan akhirnya duduk. Namun, guru itu tidak puas dan berkata, "Itu belum cukup." Proyeksi pada layar kristal cair berubah dan menggambarkan beberapa jenis iblis yang berbeda. Di akhir setiap gambar berisi judul tentang penaklukan iblis.

    Ars menghela nafas. Semua itu bakan lebih sulit bagi pemula untuk memahaminya... Seharusnya para guru tidak boleh kehilangan kendali atas alur pelajaran.

    Guru tersebut tidak lagi mengajar siswa lainnya, tetapi hanya berfokus pada Ars. Di dalam hatinya, guru tersebut membuat sikap permusuhan terhadap Ars.

    Ars melanjutkan penjelasannya dengan nada yang kurang menghormati gurunya tersebut. “Militer mengirim penyihir dua digit, tiga digit, dan empat digit untuk menaklukkan iblis tergantung pada tingkat mereka. Pasukan standar hampir selalu terdiri dari setidaknya empat orang anggota. Angka itu dihipotesiskan sebagai jumlah minimal yang diperlukan untuk merespons situasi yang tidak terduga. Saat melawan iblis tingkat A, mayoritas pasukan akan terdiri dari penyihir dua digit. Sedangka iblis tingkat B dan C sering ditugaskan pada regu penyihir tiga digit dan dicampur dengan penyihir dua digit sebagai komandan. Iblis peringkat rendah biasanya dapat ditangani oleh penyihir tiga digit. ”

    Teman-teman sekelasnya menatapnya dengan penuh perhatian. Mereka tercengang oleh sikap tidak hormatnya yang terang-terangan tersebut.

    Pipi guru tersebut berkedut sambil dia menggertakkan giginya. “Baiklah, bagaimana dengan penyihir satu digit? Tolong beritahu kami kriteria yang dibutuhkan untuk penyebaran posisi Penyihir Tunggal. "

    Tidak ada yang bisa mengatakan apakah guru itu dengan panik berusaha mempertahankan martabatnya atau hanya melampiaskan frustrasinya. Informasi mengenai Penyihir Tunggal disembunyikan dari publik. Bahkan militer tidak memiliki hak istimewa mengenai informasi seperti itu, apalagi siswa. Namun, Penyihir Tunggal yang aktif tidak akan kesulitan dalam menjawab pertanyaan tersebut.

    Tesfia mengarahkan pandangan dengan penuh rasa ingin terhadap Ars. Alice juga membalikkan tubuhnya ke arah Ars dengan harapan bisa mendengar jawabannya.

    Arus berkata, “Hanya gubernur yang bisa menggunakan komando atas Penyihir Tunggal. Selanjutnya, hanya ada 9 Penyihir Tunggal dan masing-masing dianggap memiliki peringkat seorang jenderal. Karena misi penaklukan akan terbuang sia-sia, mereka hanya diperlakukan sebagai unit komando dan diizinkan untuk bergerak bebas. Ketika mereka dikerahkan, hal itu hanya dilakukan untuk menaklukkan iblis dengan tingkat S atau lebih tinggi. Perbedaan lainnya bahwa Penyihir Tunggal ditugaskan dengan kewajiban untuk memperluas wilayah negara."

    Mulut guru yang terbuka membuktikan kepada Ars bahwa penjelasannya tidak ada yang salah. Dia kemudian mengarahkan pandangannya ke tingkat iblis yang ditampilkan di layar dan melanjutkan, "Sehubungan dengan apa yang anda minta sebelumnya, iblis mengkonsumsi mana untuk meningkatkan kekuatan mereka. Akibatnya, mereka sering menargetkan manusia dengan mana yang besar. Selain itu, iblis juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan mana mereka sendiri. Kanibalisme di antara mereka sendiri tidak jarang terjadi. Sekarang, sebagaimana disebutkan oleh para ahli, iblis dikatakan diberikan peringkat menurut 8 tahap, tetapi ada iblis khusus yang diberi nama dengan tingkat mutasi. "

    “Iblis mutasi ini diciptakan melalui pergabungan dua iblis atau lebih. Dalam kasus yang jarang terjadi, mereka juga dapat dilahirkan melalui kanibalisme atau menkonsumsi manusia. Iblis ini sangat sulit untuk diberikan tingkatan secara akurat, oleh karena itu, tingkat iblis tersebut biasanya dihitung dengan menjumlahkan tingkatan iblis yang bergabung. Dengan kata lain, iblis yang terluka akan dimakan oleh iblis lain untuk menaikkan tingkatannya. ”

    Ars melanjutkannya dengan menambahkan detail ekstra. “Iblis peringkat rendah terus mengambil bagian dalam kanibalisme untuk menyerap mana dan mengubah tingkatan mereka. Iblis peringkat tinggi tidak takut terhadap dinding pelindung. [Babel] berdiri di tengah tujuh negara dan mencegah iblis untuk melakukan invansi dengan membuat dinding pelindung, namun setiap tahun, dinging itu melemah ... "

    Penjelasan Ars menarik perhatian semua orang di kelas. Informasi itu mungkin adalah rahasia yang bahkan tidak diketahui oleh guru.

    Ars berkata, "Sensei, apakah ini cukup?"

    "... Kamu- ya, silakan duduk."

    Ars mempertahankan ketenangannya yang biasa sambil mengulangi pembicaraannya sendiri. Suara-suara tercengang bisa terdengar di sekelilingnya.

    Dinding pelindung Babel yang mencegah invasi iblis semakin lemah setiap tahun. Dinding membesar secara proporsional karena adanya perluasan wilayah baru. Hasilnya? Dinding pelindung menjadi semakin melemah.

    Iblis yang lemah sudah sejak lama tidak bisa mendekati dinding. Sekarang dengan dinding yang melemah secara bertahap, iblis tingkat-B telah muncul. Laporan itu adalah laporan yang sedikit orang di militer mengetahuinya. Memang, tidak ada seorang penyihir pun yang tidak memperhatikan peningkatan pengiriman mereka ke garis depan, tetapi tidak ada seorang pun yang membicarakannya.

    Ars hanya mengungkapkan setengah dari informasi itu sebelum akhirnya berhenti. Orang-orang yang tidak mengenalnya dapat menampik informasi tersebut sebagai lelucon. Adapun mereka yang mengenal tentang dirinya yaitu, Tesfia dan Alice menjadi pucat. Meskipun pandangan Ars menunjukkan untuk meninggalkan masalah itu dan membiarkannya bekerja dengan baik adalah hal yang bagus, tetapi Tesfia meraih lengan baju Ars setelah pelajaran berakhir dan menyeretnya ke atap. Alice juga menyusulnya dari arah belakang. Beberapa gadis yang melihat hal itu hanya berkata, “Kya kya, fufufu,” ketika mereka melihat kondisi tersebut dari jauh. Perkembangan ini tidak lebih dari pertengkaran lainnya antara Tesfia dan Ars.

    Tesfia memaksa pintu atap terbuka dan mendorong Ars ke depan. Dia dan Alice berdiri dengan membelakangi pintu untuk mencegahnya melarikan diri. Mereka beruntung telah pergi ke atap segera setelah kelas berakhir karena disini masih sepi.

    Tesfia berkata, "Apa yang kamu maksud dengan hal itu sebelumnya?"

    Ars tidak khawatir walaupun dipaksa untuk datang ke atap. Ini adalah konsekuensinya karena berbicara terlalu banyak. "Apa maksudmu tentang hal itu?"

    "Babel, sebelumnya kamu bilang tembok pelindungnya melemah kan."

    Ars mendapatkan rasa sakit di kepalanya seperti yang dia perkirakan. Satu-satunya pilihannya sekarang adalah menjadi orang bodoh. "Apa benar aku mengatakan hal seperti itu?"

    Tesfia menurunkan pundaknya sambil berkata, "Iya kamu mengatakannya!!"

    Alice berkata, "Ars-kun, apakah itu benar?"

    "Seandainya hal itu benar, maka masalah itu tidak ada hubungannya dengan kalian."

    Kesedihan menyapu wajah Alice. Ars mencoba mengakhiri percakapan, tetapi Alice masih bisa mengeluarkan jawaban. Rambutnya yang berwarna kastanye berayun lembut saat dia mengambil langkah ke depan dan berkata, “Kami memang tidak ada hubungannya. Tapi tujuan kami adalah menjadi penyihir yang akan bertarung melawan para iblis..." Kesedihannya bercampur dengan kata-kata tersebut sambil melanjutkan, "Jangan berbicara seperti itu dengan cara yang kesepian."

    Kata-kata Alice terhadap Ars yang tidak mendasar dan asal-asalan itu adalah hal yang sembrono. Dia tidak memiliki pengalaman, pengetahuan, dan tindakan yang tepat. Tapi sudah terlambat untuk menarik kata-katanya kembali.

    Ars mengeluarkan suara keras untuk membuatnya meninggalkan ide seperti itu. "Dan? Itu bukanlah masalah yang kalian bisa atasi"

    "Ya, tapi…"

    Tesfia hanya bisa menggeretakan giginya. Tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang karena dia tahu kekuatan sejati Ars. "Itu salah!" Dia tidak bisa sembarangan memilih untuk bertarung lagi dengannya, tapi dia menolak cara berpikir seperti itu.

    Dia mengacungkan jarinya ke arah Ars dan menambahkan, "Jika memang tidak ada waktu, maka dengan santai menghabiskan tiga tahun di akademi ini bukankah akan membuat kita malu sebagai seorang penyihir. Bukankah kita harus menghabiskan setiap saat untuk meningkatkan kemampuan tempur kita?"

    Dengan kata lain, Tesfia merasa frustrasi. Apa yang dia katakan tidak akan menjadi masalah jika dia memiliki keterampilan untuk melakukannya, tetapi dia hanya bisa melihat iblis di atas kertas. Kekhawatirannya adalah suatu kebaikan yang lahir dari kesadarannya yang tidak mengetahui apapun selama ini.

    Tesfia berkata, "Itu sebabnya, ayo kita bertarung melawan iblis bersama."

    “Itu tidak mungkin.” Ars menjawab dengan refleks.

    "" - - - - !! ""

    Orang lain mungkin berpikir bahwa Tesfia mengatakan sesuatu yang mengesankan, tetapi bukan begitu caranya meminta bantuan orang lain. Karena dia memilih metode itu sebagai cara untuk menyembunyikan rasa malunya, Ars menolak permintaan tersebut tanpa adanya sedikitpun keraguan.

    Kebingungan memenuhi mata Tesfia. Istilah baka~ [bodoh] adalah kata sifat yang sempurna untuk diri Tesfia.

    Alice berkata, "Ars-kun, kumohon!"

    "... Berpikir tentang hal itu, ketua dewan juga memohon hal yang sama."

    Tesfia terkejut pada bagaimana permintaan Alice yang diberikan pertimbangan sementara permintaanya ditolak mentah-mentah. “Hei! Kenapa jawabanmu terhadap Alice berbeda !? ”

    "Kamu kan seorang bangsawan. Apakah kamu tidak tahu cara yang benar untuk meminta bantuan? "

    Semangat Tesfia memudar karena ditegur atas etiketnya. "Uhh ……" Reaksinya adalah bukti bahwa dia tidak menganggap kata-kata Ars sebagai penghinaan terhadap kaum bangsawan.

    "Pertama-tama, aku mengorbankan waktuku untuk kalian!"

    Tesfia dan Alice adalah dua siswa terbaik di kelas mereka, tetapi bahkan hal itu tidak cukup bagi mereka untuk dapat berbicara dengan Penyihir Tunggal.

    Mata Alice yang berkaca-kaca mulai berubah menjadi air mata ketika mereka terkena sinar matahari yang menyilaukan. Alice berkata, "...Tapi, ketua dewan telah memintamu untuk membantu kami..." sambil melakukan pendekatan anehnya yang licik.

    “…….” Apa yang dia katakan tentang ketua dewan adalah hal yang benar. Aku seharusnya mempertimbangkan konsekuensi dari tugas ini sebelum menerimanya.

    Arus berkata, "Ya ... aku memang mengatakan hal itu ... yah, baiklah." Dia mematuhi permintaan Alice, dan kemudian beralih ke gadis berambut merah yang mengembangkan pipinya. Dia menginginkan permintaan ulang. "Nah, bagaimana denganmu?"

    “Ha!?” Tesfia mengoreksi postur tubuhnya yang terlambat ia sadari. Pipinya memerah saat dia melirik ke arah samping. Dia kemudian meletakkan tangan di dadanya dan mengambil nafas, “fuu ~” Kemudian, ketika dia menghembuskan napas, dia mehentakan kakinya dan menurunkan kepalanya. “Maukah kamu mengajariku ..?” Dia kemudian melihat ke atas dan menatapnya dengan mata yang berkilauan.

    Ars menatap Tefia tanpa emosi di wajahnya. “…….”

    Benar-benar lelucon. Rasanya seperti sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Tesfia melirik ke samping dan memerah setelah puluhan detik kemudian. Apakah ini membuatnya lelah atau malu.

    Mulut Tesfia bergetar, *wau**wau*, ketika dia ragu apakah dia harus mengatakan sesuatu atau tidak. Namun, saat melihat Ars menggaruk pipinya sambil tersenyum masam, dia memutuskan untuk mendecakan lidahnya.

    Mata Tesfia yang berair tidak cukup bagi Ars untuk menolaknya. Alih-alih ia menjadi keheranan, sambil berkata, "Harga dirimu begitu menyedihkan."

    Tesfia mengangkat kepalanya dengan, *baa*, dan dengan sedikit rasa malu, dan melototi Ars dengan tatapan mematikan.

    Ars berkata, "Hanya bercanda kok ..."

    "Dasar, kamu ini..."

    "Yah, aku bilang aku akan mengawasi kalian berdua, tapi aku akan memprioritaskan penelitianku. Lagipula ada batasan seberapa berguna dirimu sebagai seorang penyihir. "

    Jawaban Ars adalah reaksi setengah hati yang dapat menyakiti hati kedua gadis yang ingin menjadi penyihir. Alice memaksa tersenyum sambil menggaruk pipinya. "Ha ha…"

    Tesfia terlalu keras kepala untuk menerima jawaban Ars. "Apa ...?" Tesfia tidak akan pernah bisa tenang kecuali dia bisa membalas Ars. “Kami tidak akan tahu itu sampai kami mencobanya. Kami akan menjadi cukup kuat untuk berdiri di sampingmu!?" Tanda tanya yang lemah melayang di akhir kalimatnya.

    Ars percaya dia tumbuh dari pengalaman sebelumnya dan tidak akan seberat seperti saat ini. Dia tidak menahan diri, dan memuji mereka dengan mengatakan, “Bukan itu yang kumaksud. Kalian berdua adalah penyihir yang luar biasa. ”

    Tidak ada kehormatan yang lebih besar yang bisa diberikan kepada Tesfia. "... Itu tentu saja" Kata-kata pujian seperti itu adalah hal yang biasa bagi Tesfia, tetapi penyihir yang ada di hadapannya merupakan penyihir yang berdiri di puncak penyihir sebagai penyihir no. 1.

    Ars melepaskan desahan di akhir pernyataan Tesfia sambil mengeluarkan nada yang tegas dan jelas. Kegelisahan yang tak terlukiskan tercampur di antara kata-katanya. "Bukan itu yang kumaksud. Menjadi seorang penyihir yang hebat bukan berarti kamu akan berguna dalam pertempuran yang sebenarnya. Kalian berdua belum pernah melihat iblis yang sesungguhnya, kan? ”

    Tesfia dan Alice telah melihat iblis dalam materi pendidikan, tetapi bukan itu yang dimaksud Ars. Mereka tidak bisa mengerti hal tersebut dan karena itu, mereka berdua mengangguk.

    Respons mereka juga alami. Hal tersebut tidak hanya berlaku untuk mereka berdua, tetapi untuk semua siswa di akademi. Jika dilihat dari sudut pandang ini, semua anak lelaki dan perempuan yang ada di akademi tidak lebih dari seorang penyihir yang belum matang.

    Mengalahkan satu iblis sudah cukup untuk dianggap sebagai penyihir yang sesungguhnya. Sebenarnya, hanya sampai pada titik tersebut adalah perjalanan yang berbahaya. Mengalahkan iblis bukan satu-satunya tugas yang dimiliki seorang penyihir. Ini bukanlah sesuatu yang harus aku pikirkan untuk saat ini.

    Ars berkata, “Beberapa orang tidak dapat menggunakan sihir setelah mereka bertemu iblis. Setelah itu terjadi, tugas mereka sebagai penyihir sudah berakhir. Karena itu, bahkan jika aku melatih kalian, kenaikan peringkat kalian akan terbatas.”

    Tesfia tersenyum sambil berkata, "Haa ... aku tidak peduli tentang hal-hal seperti itu. Selain itu, kami tidak akan tahu sampai kami mencobanya sendiri. "

    Pengalaman bergaul Ars dengan sesama anggota tim sangatlah kurang dibandingkan dengan pertarungannya seorang diri. Karena itu, ia tetap diam agar tidak mengungkapkan kekurangannya. Dia juga tidak peduli bagaimana kata-katanya dicerna oleh Tesfia dan Alice.

    Alice, tidak seperti Tesfia, menerimanya tanpa keluhan karena kata-kata tersebut berasal dari penyihir nomor 1.

    Penyihir seperti Tesfia dengan ekspektasi tinggi pada diri mereka sendiri sangat sulit untuk dihadapi sedangkan penyihir seperti Alice yang sering mengalah bahkan sebelum bertarung juga tidak berguna.

    Meskipun ini bukan kasus mengenai kelebihan dari Tesfia ataupun Alice, tapi orang-orang yang keras kepala cenderung mati lebih awal.

    Dengan keputusan sewenang-wenang Tesfia berkata, "Ayo kita mulai hari ini!" membuat Ars pusing. Dia pantas mendapat tempat pertama untuk kemampuannya yang sangat keras kepala. Waktuku yang berharga *hiks*…

    Tesfia kemudian berkata dengan ragu-ragu, "Ars, Alice." Dia mengucapkan kata-kata tersebut sambil mengulanginya beberapa kali dan kemudian berkata, "Nama kalian terlalu mirip."

    Ada apa dengan gadis berambut merah ini? Ars merasa bahwa ia harus kembali ke kamarnya sesegera mungkin, tetapi ia tidak bisa. Pintu di depannya telah diblokir. Dia hanya bisa tetap diam dan mendengar apa yang dikatakan Tesfia.

    "Ars ubah namamu. Namamu dan Alice terlalu mudah tercampur. ”

    Permintaan Tesfia yang tak terduga untuk orang yang baru saling kenal selama dua hari.

    Bahkan Alice pun terkejut. Mulutnya terbuka karena terkejut atas permintaan Tesfia. Dia kemudian membuat senyum pahit dan meminta maaf dengan matanya yang berkaca-kaca. Bahkan jika diperlukan, seharusnya Alicelah yang mengubah namanya jika diperlukan, jadi bukan diriku.

    Tidak banyak yang bisa dikatakan Ars. Sebenarnya, alih-alih untuk menengahi percakapan dengan logika, dia lebih suka mengabaikan seluruh situasi ini.

    Tesfia berkata, "Katakanlah sesuatu."

    Bahkan jika ia menanggapi ucapan Tesfia itu tetaplah upaya yang sia-sia.

    Tesfia menekan dagunya sambil merenungkan masalah ini.

    Aku mendapatkan firasat buruk tentang hal ini ...

    Tesfia berkata, “Lalu, bagaimana dengan Al? Karena namamu Ars, kau bisa dipanggil dengan sebutan Al."

    Ars bingung bagaimana harus merespon hal tersebut. "Bahkan jika kau bertanya bagaimana ..." Tidak ada orang memanggil namanya lewat nama panggilan, meskipun ada seseorang yang pernah mencobanya. Dia hanya dipanggil dengan sebutan nomornya selama berada di militer, tetapi namanya juga cukup sering digunakan.

    Alice berkata, “Ya, aku menyukainya. Al-kun terdengar jauh lebih ramah. "

    "Lalu, masalah selesai."

    Apakah karena Alice menyukainya maka hal itu sudah menjadi penentu? Ars bertanya-tanya apakah kehadirannya bahkan diperlukan. Bagaimana pun, jawaban Alice mengakhiri topic tersebut.

    Ars berkata, "Alice, kamu tidak harus menggunakan nama kehormatan untuk memanggilku."

    Wajah Alice dengan santai tersenyum. Tidak ada rasa kaku yang terlihat. "Baiklah."

    Ars berbicara pelan, "Al ... ya?", baik Tesfia maupun Alice tidak mendengarkan suaranya. Hanya satu suku kata yang dihapus, tetapi emosi yang tergambar tidak dapat dibayangkan. Perasaan itu menjengkelkan dan tidak nyaman, dan sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Apakah itu karena kita seumuran?

    Apa pun perasaan itu, dia masih tidak menyukainya. Meski begitu, dia juga tidak membencinya. Mungkinkah rasa hormatnya menjadi nomor 1 telah hilang? Ada perasaan yang bagus untuk itu. Hanya Tesfia dan Alice yang akan menggunakan nama panggilan itu.

    Meskipun tidak banyak waktu yang berlalu, Tesfia memutar gagang pintu sambil berkata, "Ah, sudah saatnya makan siang !!" Dia kemudian melihat ke belakang dan menambahkan, "Terima kasih, Al ... sepertinya kami akan mengganggumu lain kali"

    Suaranya jauh dari kata ceria, sebelum memanggil namaku seharusnya kau latihan dulu, dan dia dengan malu-malu mengatakan nama panggilanku. Padahal tidak masalah jika dia tidak menggunakannya sama sekali...

    Tesfia melihat ke arah depan sebelum ada yang berbicara dan bergegas melewati pintu.

    Alice menyatukan tumitnya, dan dengan wajah yang dipenuhi kegembiraan, sambil membungkuk kepada Ars. Lalu Alice berkata, "Terima kasih, kukira kita akan berkunjung ke ruanganmu sepulang sekolah, Al."

    "Alice, apa yang menahanmu? Kamu bisa melewatkan jam makan siang kalau tidak cepat-cepat! " (Tesfia)

    Alice mengikuti Tesfia sambil berkata, "Aku datang!"

    Ars dibiarkan berdiri sendiri. "Sungguh gadis yang egois." Tesfia memang gadis yang keras kepala sampai-sampai melakukan hal ini untuk mencapai tujuannya.

    Jika seseorang melihat bagaimana Tesfia dan Alice pergi dari atap, orang itu akan dijamin akan salah paham untuk mengerti bagaimana situasinya saat ini.