Selamat Membaca

Keesokan harinya, setelah malam yang kuhabiskan bersama dengan Flora, kami berganti pakaian seperti biasa setelah turun dari tempat tidur dan memanen lobak yang sudah lama kami nantikan.
Dia mengajariku cara untuk menanam lobak, tetapi ini masih pengalaman pertama kalinya aku menanam sayuran dengan tanganku sendiri.
Itu membuatku menjadi bahagia ketika aku memikirkan bagaimana akhirnya semuanya sampai pada titik ini.
Butuh sekitar dua puluh enam hari bagi lobak tersebut untuk benar-benar tumbuh dewasa. Hal itu sedikit lebih lama dari yang seharusnya yaitu dua puluh hari, tapi rasanya waktu berjalan sangat lama.
Aku tidak pernah menggunakan alat pertanian seperti cangkul sebelumnya dan aku tidak tahu apa yang harus dilakukan karena aku hanya mengayunkan pedang sepanjang waktu. Namun, aku bisa sampai di sini berkat Flora. Aku tidak bisa cukup berterima kasih padanya karena telah memaafkan ketidaktahuanku dan mengajarku dengan banyak kesabaran.
Sayuran berbentuk bola yang berwarna merah bisa kulihat ketika aku mengintip ke dalam tanah melalui celah yang kecil.
Dengan lembut aku menjepit batang yang tumbuh dari umbi merah yang ada di gundukan tanah.
Dari sana, aku mulai menarik napas dalam-dalam. Aroma tanah dan aroma unik dari tanaman hijau menggelitik lubang hidungku.
「Baiklah, aku akan menariknya keluar, oke? 」
「Ya! 」
Flora, yang ada di sebelahku, menjawab dengan senyum cerah di wajahnya.
Meskipun dia membuat ekspresi lembut yang biasa di wajahnya, dia tampak agak gelisah ketika dia melihat lobak yang berada di tanganku.
Hal itu membuatku sedikir senang karena dia merasakan perasaan yang sama bersemangatnya denganku.
Moment-moment akan jauh lebih menyenangkan ketika ada seseorang yang bisa kita ajak berbagi kebahagiaan pada saat seperti ini. Terutama ketika orang itu adalah orang yang kau cintai.
Aku menaruh kekuatan di jari-jariku dan mengeluarkan lobak yang terkubur di tanah.
「Oof!」
Lalu, lobak berwarna merah keluar dari tanah saat sayuran segar itu terbentang di depan mata kami.
「Uwah! Bentuknya sangat indah! 」
Flora berkata kepadaku dengan gembira setelah aku dengan lembut membersihkan tanah yang berada di lobak tersebut.
Lobak itu memiliki bentuk bundar yang indah, dan apa yang tampak sebagai akarnya tumbuh dari bundaran tersebut.
Aku dipenuhi dengan perasaan senang ketika aku melihat sayuran yang telah kutanam dengan kedua tanganku sendiri. Perasaan dan kepuasan yang tak dapat terlukiskan. Itu terasa sangat berbeda dibandingkan dengan bagaimana rasanya setelah mengalahkan monster. Ini jelas merupakan perasaan yang jauh lebih bahagia.
... Apakah perasaan ini yang mereka sebut sebagai sukacita panen?
Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri saat aku merasakan perasaan hangat yang ada di dalam dadaku ini.
Aku menyaksikan dengan gembira ketika lobak bergantung di tanganku. Kemudian, aku menyentuh batang dan daun yang keluar dari buntalan lobak tersebut. Bentuk akar yang keluar dari bawah buntalan juga terlihat agak lucu.
Aku saat ini berada dalam suasana yang bahagia hanya karena melihat sayuran yang telah kutumbuhkan sendiri...
Ketika aku terbenam dalam arti pencapaian dari melakukan panen, aku mendengar tawa yang datang dari sebelahku.
Ketika aku melihat ke arah dimana suara tersebut berasal, aku melihat Flora dengan senyum ceria yang ada di wajahnya.
「Ehehehe, aku tahu bagaimana perasaanmu sekarang, Aldo-san. Aku juga merasa seperti itu saat pertama kali aku memanen sayuran yang telah kutanam sendiri 」
Aku merasa sedikit malu ketika Flora mengatakan hal itu kepadaku sambil tersenyum.
Matanya terlihat sangat hangat.
Pemandangan terlihat itu seperti seseorang yang baru saja melihat petualang baru yang kembali dari membunuh goblin untuk pertama kalinya.
Aku dengan cepat menjawabnya untuk menyembunyikan rasa maluku.
「Selanjutnya, kenapa kau tidak mencobanya juga, Flora?」
「Apakah kau yakin?」
「Tentu saja. Kita menumbuhkan sayuran ini bersama. Aku dari awal memang berencana untuk memanennya bersamamu」
Ya. Aku sudah berpikir untuk memanen sayuran ini ketika kami pertama kali menanamnya bersama. Sekarang mimpi itu telah menjadi kenyataan sehingga membuatku menjadi sangat bahagia.
「Baiklah kalau begitu, aku tidak akan ragu ... Eiiii!」
Flora dengan gembira menarik lobak dari tanah dengan teriakan lucu setelah aku membalasnya dengan senyum.
Lobak yang dia tarik keluar juga berbentuk bulat dan warna merah yang cerah seperti yang kutarik sebelumnya.
「Ini lobak yang indah, bukan?」
Flora membersihkan tanah dengan jari-jarinya yang putih sambil tersenyum.
Senyumannya kepada lobak itu begitu indah sehingga secara alami membuatku tersenyum juga ketika melihatnya.
Kami membilas dua lobak yang telah dipanen dengan air yang diperoleh dari ember yang kubawa dari dalam rumah kami.
Lobak ini telah melalui banyak kerja keras untuk dapat dipanen, jadi aku ingin mencicipinya selagi masih segar.
Kami membersihkan tanah yang menempel secara menyeluruh, agar dapat menampilkan kilau dan warna merah asli mereka. Lobak tersebut tampak sangat cantik saat sinar matahari menyinarinya.
「Sekarang, haruskah kita cepat-cepat mencobanya?」
「Yah!」
Dengan mengatakan itu, Flora dan aku sama-sama menggigit lobak yang baru dipanen tersebut.
Suara gigitan lobak yang halus dan renyah mulai bergema. Air dari daging lobak mengandung rasa manis yang lezat dan unik, serta meninggalkan rasa yang kuat di bagian belakang lidahku.
「Rasanya sedikit manis dan pedas 」
「Tapi rasanya enak, kan?」
Kami terus mengunyah lobak yang memiliki rasa juicy dan sedikit pedas.
Flora juga menggigitnya seolah-olah sedang mencicipi lobak. Gerakannya seperti binatang kecil dan itu terlihat sangat lucu.
Berkat itu baru dipanen, rasa manis yang merembes sangat lezat.
Perasaan yang menyegarkan muncul ketika air dari lobak tersebut masuk ke dalam mulutku. Perasaan ini membuatku merasa bisa makan lobak ini tanpa berhenti.
Kami memakan lobak sambil mengomentari rasa dari lobak tersebut. Kemudian, lobak di tangan kami dengan cepat habis, dan yang tertinggal hanya batang serta daun lobak.
Karena bagian lobak yang tersisa bisa digunakan untuk bahan makanan, kami memasukkannya dengan rapi ke dalam keranjang daripada membuangnya.
Aku sangat menantikannya karena Flora mengatakan kepadaku bahwa bahan-bahan itu dapat digunakan dalam berbagai cara memasak, seperti digoreng, direbus dan dibuat salad.
「Baiklah, Bukankah sebaiknya kita memanen lagi untuk sarapan?」
「Baiklah!」
◆
Setelah kami memanen banyak lobak, kami masuk ke rumah untuk sarapan.
Kami dengan semangat membersihkan tanah yang menempel di pakaian kami sebelum memasuki rumah.
「Ojamashimasuu .... Ah」
Flora memberikan sapaan sopan yang biasa di dilakukannya dengan wajah merah ketika kami akan berganti memakai sandal sebelum masuk ke dalam rumah.
Aku tahu Flora melakukan itu karena dia sudah terbiasa dengan kebiasaannya dalam bersikap sopan, tetapi aku memutuskan untuk tetap menggodanya.
「Hahaha, bukankah rumah ini sekarang milik Flora juga?」
「Mou! Apa boleh buat bukan. Aku baru saja menginap kemarin ... 」
Flora menjawab sambil cemberut
Wajahnya juga sangat imut dan lucu, jadi itu membuatku lebih banyak tertawa.
「Bagaimana denganmu, Aldo-san? Apakah kau dapat memasuki rumahku secara alami seolah-olah itu adalah rumahmu sendiri mulai sekarang? 」
Ugh. Aku tidak punya tanggapan balik mengenai pertanyaan tersebut.
Untuk memasuki rumah milik Ergys-san seperti rumahku sendiri... Itu masih mustahil. Karena hal itu akan menjadi sangat memalukan.
Aku hanya seorang anak yatim jadi aku belum pernah memiliki keluarga sampai sekarang. Ada anak-anak yang lebih kecil dan tentu saja, para suster yang telah merawat kami di panti asuhan milik gereja, tetapi hal itu sama sekali tidak sama.
Jika aku memasuki rumah Ergys-san sekarang, aku akan disambut dengan senyum lembut. Seperti itulah suasana ketika memasuki rumah itu.
Rumah itu adalah tempat yang dapat memberikanku perasaan hangat yang sulit dijelaskan. Aku mengerti bahwa ini adalah hal yang baik tetapi sangat memalukan karena aku tidak pernah terbiasa dengan hal seperti itu.
「Ya kamu benar, Flora. Maaf maaf」
Ketika aku menyiapkan sandal untuknya sebagai permintaan maaf karena telah menggodanya, dia tersenyum kepadaku dengan gembira sambil memasukkan kakinya ke dalam sandal.
Kemudian, kami membawa keranjang yang berisi lobak ke dapur dan mulai mengisi panci dengan air dari ember untuk mencuci lobak tersebut.
Ada banyak lobak, jadi akan sangat sulit bagi Flora untuk mencucinya sendiri.
「Aku akan membantu juga」
「Tidak, um ... Aku ingin Aldo-san membantuku mencuci sesuatu yang lain」
Aku mulai menawarkan bantuan, tetapi dia meminta bantuanku untuk mencuci sesuatu yang lain.
Hm? Tidak ada piring yang tersisa untuk dicuci dan kupikir seharusnya tidak ada hal lain yang perlu dibersihkan ...
Ketika Flora melihat ekspresi bingung di wajahku, dia berkata kepadaku sambil wajahnya memerah,
「... Um ... itu ... T-tempat tidur yang kita gunakan bersama kemarin ...」
Dari cara dia menjawabnya dengan suara yang kecil sambil menghindari kontak mata, aku mengerti apa yang dia ingin aku cuci.
Sekarang dia telah menyebutkan benda itu, aku memang sudah mencuci tubuhku ketika aku bangun tetapi aku masih belum mencuci kasur dan seprai.
「Ah Benar juga! Aku akan mencucinya」
「M-maaf. Aku terlalu malu untuk mengatakannya... 」
Aku bergegas dan pergi ke kamar ketika aku mendengar suara minta maaf yang datang dari arah belakang.
Lanjott min
BalasHapusya saya usahakan :) minta dukungan dan doanya ya ^_^
Hapus