Selamat Membaca

Ars memutuskan untuk berurusan dengan kedua anak kelas satu yang bermasalah itu, setelah sekolah. Tak perlu dikatakan, rencananya awalnya telah mengalami perubahan besar. Dia sudah mengorbankan waktu tidurnya untuk memikirkan hal ini. Selain itu, ia hanya bisa melewati 5 hingga 6 kelas. Namun, dia tidak menganggap serius tentang adanya kelas yang tidak bisa dia hadiri. Lagipula dia tidak pernah mempertimbangkan menghadiri kelas sejak awal.
Arus melihat-lihat isi tasnya yang ada di kamar. "Aku yakin aku membawanya ... !!"
Dia memasukkan tangannya ke dalam sebuah kotak besar yang dapat membuat seseorang di dalamnya ketika dia dipindahkan ke akademi. Karena ia selalu bertugas di militer, Ars tidak punya waktu luang untuk mempersiapkan pakaian yang dia bawa. Dia juga tidak tertarik dengan masalah tersebut. Dia adalah individu yang berbakat, tetapi tidak memiliki banyak minat. Sayang sekali tidak ada orang di akademi ini yang memiliki ketertarikan yang sama dengannya. Tidak, ini mungkin saja akan menjadi gunung harta bagi siapa pun yang tertarik tentang sihir.
Di dalam kotak itu ada berbagai barang, tetapi lebih menyerupai seperti gunungan sampah – dia terus tenggelam lebih dalam untuk mencari sesuatu tanpa memperhatikan keadaan sekitarnya. Akhirnya ia mendaptkan benda yang dia cari. Benda itu terlihat seperti tongkat, yang dapat ditemukan di mana saja. Namun ketika menyentuhnya, dapat dipastikan bahwa benda itu bukan terbuat dari kayu. Benda itu juga memberi sensasi bahwa tidak seseorang pun yang ingin memegangnya.
"Membawamu bersamaku adalah pilihan yang tepat."
Benda itu bukan sepenuhnya miliknya. Benda itu digunakan sebagai alat pelatihan ketika dia berada di militer. Oleh karena itu, meski menyerupai tongkat, tidak ada yang terkejut bahwa benda itu tidak terbuat dari kayu. Selain itu, benda ini juga bukan sebuah senjata.
Benda ini disebut salquroit, Ars membuatnya dari mayat iblis yang diperkirakan telah bermutasi. Alat yang dibuat khusus menggunakan bahan dari kulit iblis yang dapat mengganggu aliran mana. Benda ini bereaksi terhadap mana dengan memancarkan gelombang gangguan yang dapat mehamburkan mana.
Alat ini, dapat membantu pelatihan Tesfia dan Alice, dan juga akan memberikan Ars waktu yang bersantai. Menu pelatihan ini begitu sederhana, tetapi juga sulit.
– Sudut Pandang Alice dan Tesfia–
Lonceng menutup sesi kelas hari ini yang sangat membosankan. Akan tetapi, para siswa di akademi ini sangat termotivasi. Bahkan setelah pelajaran berakhir, hampir tidak ada yang kembali ke rumah. Satu-satunya tempat yang paling ramai bagi mereka untuk berkumpul adalah tempat latihan. Siswa yang berkumpul di sana berasal dari berbagai angkatan. Area pelatihan kemarin hanya dibatasi untuk tiga orang saja karena permintaan seseorang untuk menggunakan seluruh are latihan.
Sebaliknya semua siswa perlu meminta ke pihak akademi untuk dapat menggunakan tempat latihan. Siswa tahun ketiga, yang sedang bersiap untuk menjadi penyihir, diberi prioritas lebih. Banyak juga siswa yang menonton dari kursi penonton. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk mempelajari teknik sihir milik kakak kelas. Akibatnya, para penonton sebagian besar terdiri dari angkatan tahun pertama.
Tesfia dan Alice melanjutkan perjalanan mereka ke tempat pelatihan setelah kelas berakhir, namun mereka merasa bahwa kondisi di tempat itu benar-benar hanya terdiri atas orang-orang dari golongan atas.
Setelah berganti pakaian, mereka hanya bisa menatap dan mendapati bahwa tidak ada satu pun area latihan yang masih kosong. Tesfia dan Alice berkata, "Are !?" sambil menjatuhkan AWR mereka.
Kedatangan mereka mengumpulkan banyak perhatian semua orang. Banyak siswa berhenti menggerakkan tangannya hanya karena ingin melihat penampilan Alice dan Tesfia. Mereka entah kenapa menatap Alice dan Tesfia dengan kagum kepada kedatangan dua gadis cantik atau karena mereka datang di saat tempat latihan sedang penuh.
Tesfia mengejek Ars dan posisinya sebagai penyihir nomor 1 dengan senyum pahit, "Tidak mungkin, apakah pria itu benar-benar melarikan diri?" Tesfia menyebut Ars dengan sebutan "pria itu" karena ia terlalu malu untuk memanggilnya dengan nama panggilannya "Al."
Alice berkata, "Itu tidak benar. Dia mungkin belum meminta ijin untuk menggunakan tempat latihan. "
"Benar juga sih, Tapi kemana sih dia itu?" Jika bukan karena pertengkaran yang terjadi di antara mereka, dia pasti akan memanggil namanya dengan hormat seperti yang dilakukan oleh Alice.
Alice hanya bisa memiringkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan itu. “……”
Sebuah gedung penelitian baru didirikan di awal tahun ajaran itu. Gedung itu tidak terlalu jauh dari sekolah dan menempati area tanah yang luas. Tampaknya guru yang ditugaskan di sana adalah guru yang baru direkrut. Akibatnya, para siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendekati gedung tersebut.
Tesfia dan Alice mencapai lantai atas dari gedung tersebut setelah memakan banyak waktu. Ternyata mencari tahu ke mana Ars pergi saat dia membolos kelas lebih sulit daripada yang mereka kira. Tempat pertama yang mereka cari adalah asrama anak laki-laki, tetapi setelah menanyakan kepada resepsionis nomor kamar Ars, mereka diberi tahu bahwa tidak ada orang seperti itu yang tinggal di sana.
Kemudian, setelah berjalan-jalan di sekitar sekolah, mereka mendapati diri mereka berhenti di luar ruang ketua dewan. Ketua dewan bingung dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba. Meskipun tempat itu adalah tempat milik ketua dewan, untuk lupa mengetuk pintu masuk mungkin terlalu tidak masuk akal. Sebagai seorang siswa— atau lebih tepat sebagai bagian dari bangsawan — ada perilaku yang harus mereka patuhi.
Cisty mengetahui bahwa Ars ingin mengelabuhi mereka. Tindakan seperti itu akan sangat merugikannya, tetapi Cisty ingin mempercayai Ars ... mungkin ada alasan yang lain mengenai keadaan ini. Keduanya meninggalkan kantor setelah mengetahui lokasi Ars. Rasa kebingungan mereka sangat menarik perhatian Cisty.
Alice menyuarakan pertanyaan yang seharusnya tidak ia utarakan. "Apakah kita benar-benar akan masuk?"
Tesfia sendiri ragu dengan jawabannya. Mereka mendengarnya sendiri dari ketua dewan, bahwa tempat Ars adalah lantai atas gedung penelitian. Seolah-olah dia mengatakan bahwa seluruh gedung ini hanya digunakan oleh satu orang.
Hanya ada satu pintu yang dilengkapi dengan keamanan terbaru, tetapi tidak memberikan kesan yang mendalam. Sebaliknya, kesederhanaannya membuat kedua gadis itu merasa bahwa tempat itu bukan tempat tinggal Ars. Di depan mereka ada sebuah pintu normal dengan sistem keamanan panel yang berada di sampingnya. Panel ini akan berfungsi jika telapak tangan ditempelkan pada panel dan membiarkan perangkat membaca data diri dari pengguna. Pintu ini tidak akan terbuka kecuali jika orang tersebut telah diberikan izin yang semestinya.
Tesfia menekan bel di bagian bawah panel untuk menyampaikan kedatangan mereka. Pintu perlahan-lahan terbuka dan mengungkapkan bahwa kesederhanaan tersebut tidak lebih dari sebuah tipu muslihat.
Keduanya ragu-ragu ketika mereka mengintip ke dalam dan menemukan peralatan yang belum pernah terlihat sebelumnya. Terlepas dari tempat ini yang baru dibuat, aroma pengap berembus ke arah mereka. Di atas rak terdapat gunungan kecil dari buku-buku tua yang tak terhitung jumlahnya.
Warna keseluruhan dindingnya adalah berwarna putih. Mereka memiliki kilau cemerlang sehingga mereka sendiri tampak memancarkan cahaya. Kamar ini dapat dengan mudah menampung 40 siswa dari 4 ruang kelas. Ruangan ini terlalu besar hanya untuk satu orang. Bahkan dengan berbagai letak posisi barang-barangnya, masih ada ruang kosong sekitar setengah ruangan lagi.
Suara desahan terdengar ke telinga mereka. "Geh, kalian sudah di sini ya?"
Tesfia menemukan Ars berada di bagian dalam ruangan yang ada di belakang meja panjang dan sedang duduk di kursi dengan malasnya. Saat Tesfia melihatnya, kemarahan yang dia rasakan tersingkirkan oleh rasa frustrasi yang muncul.
Apaboleh buat jika dia terlihat sombong. Lagipula, peringkat sejatinya bukanlah sesuatu yang dapat dicapai dengan mudah. Banyak anggota fakultas bahkan telah mengajukan permohonan langsung kepada ketua dewan mengenai kekurangan ruangan. Tetapi ia hanya berkata, "Kenapa kalian ke sini?"
Ars berkata, “... Bukankah ini laboratoriumku? Selain itu ruang ini juga merupakan kamarku. "
Tesfia memiringkan kepalanya. Ruangan yang luas ini ditujukan untuk penelitian, tetapi jika dilihat lebih jauh ruangan ini sebenarnya tidak jauh berbeda dari kamar asrama lainnya. Ruangan ini juga memiliki dapur dengan alat-alat yang canggih, tetapi alat-alat itu akan percuma karena dia tidak bisa memasak. Tesfia kurang lebih mengerti bahwa Ars lebih senang menyebutnya sebagai lab karena penelitiannya lebih diprioritaskan daripada kehidupan sehari-harinya. Karena itu, dia tidak mempertanyakan kehidupan normal Ars sambil berkata, "Apa yang kamu lakukan... meskipun ini adalah ruang asrama?"
Alice berkata, "Tesfia, Ars ..."
Ars menyela Alice yang berbicara untuknya. Dia melakukannya untuk alasan sederhana, yaitu hal yang kekanak-kanakan agar dapat membuat Tesfia memahami hierarki yang ada di antara mereka. Ars berkata, “Tentu saja. Bahkan tempat ini masih kurang setelah kamu mempertimbangkan semua prestasi yang telah kucapai. "
"Ku ..."
Kata-kata Tesfia dibalas dengan mudah. Tesfia tidak tahu seberapa jauh pencapaiannya.
Alice mengubah topik. Waktu adalah masalah mendesak untuk saat ini, dan untuk mengganti pakaian akan semakin menyita waktu. Sementara Ars mungkin tidak perlu khawatir tentang waktu karena ia berada di kamarnya sendiri, sedangkan untuk Tesfia dan Alice memiliki reputasi untuk dipertimbangkan karena mereka masih seorang gadis. Mereka ingin menghindari agar tidak terlambat kembali ke asrama. Alice berkata, "Tapi Al, kami pikir kami akan menemukanmu di tempat latihan."
Tesfia mengepalkan tangannya. Tindakan ini bukanlah tindakan untuk mengancam Ars seperti sebelumnya, tetapi hanya untuk mengungkapkan kemarahannya sambil berkata, “Itu benar! Aku tidak tahu berapa banyak waktu yang diperlukan, tetapi aku akan menjadi orang pertama yang mengatakan hal ini. Kami tidak akan tinggal di sini sepanjang malam! "
Satu jam telah berlalu sejak kelas berakhir. Sementara cuaca saat ini adalah di mana langit masih cerah, Tesfia berbicara mengenai jam malam yang ada di asramanya.
Tatapan Ars bergerak kesana-kemari seolah sedang mencari sesuatu sambil berkata, "Aku mengerti."
Hati kedua gadis itu berdetak dengan rasa gembira yang tak terkendali saat mereka akan berlatih dengan penyihir yang disebut sebagai pernyihir nomor 1 akan segera dimulai. Mereka mengencangkan pegangan mereka di atas AWR milik mereka sendiri.
Ars memegang sebuah tongkat yang ada di tangannya sambil berkata, "Benda itu berbahaya, jadi singkirkanlah."
Keduanya mengeluarkan kata bodoh, "" Eh !!"" tapi situasinya tidak berubah.
Ars, begitu dia mendapatkan perhatian Alice dan Tesfia, ia menambahkan, "Aku hanya akan mengajari kalian teknik dasar untuk melawan para iblis. Yah, peringkat kalian mungkin akan naik, tetapi akan lebih baik untuk melatih diri kalian mulai sekarang." Ini adalah peringatan terakhir untuk Tesfia dan Alice. Mereka sekarang harus memilih apakah ingin melanjutkan pelatihan atau tidak.
Tesfia adalah orang pertama yang mengungkapkan kekecewaannya dengan tatapan tajam, “Eh?” Tingkah lakunya yang seenaknya kemudian bertemu dengan Ars yang memukul kepalanya dengan tongkat. "Uuw ~ !!"
Ars berkata, “Apakah kamu bodoh? Memangnya bagaimana menurutmu peringkat seorang penyihir dihitung?” Pertanyaan itu sempat diajukan di kelas sebelumnya.
Tesfia berkata, "Aku cukup yakin perhitungan itu dilakukan dengan menggabungkan jumlah mana dengan jumlah mantra sulit yang dapat dilepaskan, mengalahkan iblis, serta tingkat penyelesaian misi dan permintaan!"
Pertimbangan Tesfia atas perhitungan peringkat memberikan jawaban yang hampir tidak mencakup hal-hal yang mendasar. Kupikir kurang lebih dia lulus untuk saat ini.
Alice melengkapi jawaban Tesfia dengan informasi yang dipelajari di kelas, "Bukankah itu juga mencakup pada peringkat iblis yang dikalahkan?"
Ars berkata, "Ya, Kalian berada di jalur yang benar, tetapi itu masih belum cukup."
Tanda tanya melayang di atas kepala kedua gadis itu ketika mereka mengingat semua yang sudah disampaikan dalam pelajaran. Apa boleh buat.
Ars memberikan tambahan informasi. "Kalian memang tidak salah. Jadi, apa yang kalian sebutkan tadi adalah aspek yang paling penting dalam meningkatkan peringkat? ”
Ars dengan segera menerima jawaban. Tesfia berbicara dengan nada yang memancarkan rasa percaya diri, "Tentu saja, itu adalah jumlah mana yang dimiliki ditambah dengan penguasaanmu atas sihir."
Dengan nada lemah, Alice berkata, "Kupikir hal itu mencakup mana dan mantra yang kamu kuasai?" Cukup bagi Ars untuk menerima jawaban seperti itu, Lagipula jawaban mereka tidak jauh berbeda ~
Ars menghela nafas atas jawaban Alice dan Tesfia, seperti yang dia harapkan. Mereka berdua gagal menyadari bahwa dia tidak menginginkan jawaban yang begitu sederhana. Bahkan hal itu tidak akan membuat kemajuan apa pun.
Semua yang dia lakukan adalah mengkonfirmasi batasan yang dimiliki oleh siswa teladan di akademi ini. Tesfia sedikit kecewa pada harapannya. Namun,Tesfia adalah orang yang berpikiran sederhana, Alice bisa membaca ke dalam sifat sebenarnya dari pertanyaanku. Dia bisa menilai bahwa ada lebih banyak makna di dalam pertanyaanku.
Ars berkata, "Tidak, kriteria paling penting untuk menaikkan peringkat adalah penaklukan iblis."
Tesfia terkejut, "... !!"
Namun, Alice tidak terkejut. Dia pasti mengharapkan sesuatu seperti ini.
Ars menambahkan, "Penaklukan sejumlah kecil iblis lemah mungkin tidak akan berpengaruh besar, tetapi mengalahkan iblis yang memiliki peringkat tinggi akan menghasilkan perubahan besar."
Tesfia berkata, "Kalau begitu, Apa kita tidak akan bisa menaikkan peringkat?"
"Itu bukan berarti peringkatmu tidak akan naik, tetapi fakta bahwa kamu tidak akan bisa menandingi penyihir yang telah berpengalaman dalam menghadapi ibllis dalam pertempuran yang sebenarnya, tidak akan berubah."
Ars ingat apa yang diktaakan ketua dewan kepadanya. Alasan kenapa penyihir empat digit dianggap sangat baik adalah karena orang menaruh harapannya kepada mereka, hal itu disebabkan karena mereka mempunyai jumlah mana yang banyak dan mampu menggunakan sihir tingkat tinggi. Ars tidak memiliki harapan yang baik untuk keduanya, tetapi beda halnya untuk ketua dewan.
Ars melanjutkan, “Akibatnya, teknik penaklukan iblis akan meningkatkan peringkatmu di masa depan. Aku tidak keberatan jika kalian berhenti dan puas hanya dengan peringkat kalian saat ini. Sebenarnya, aku lebih menyukai hal itu."
Karena nada provokatif dari Ars, Alice menjadi termotivasi, sedangkan Tesfia memiliki kebalikannya yaitu membangkitkan rasa marahnya. Tetapi bagaimana pun perasaan mereka, dia tidak peduli sama sekali.
Ars berkata, "Ini bukan tentang menjadi peringkat atas. Kupikir peringkat kalian akan naik tanpa ada masalah."
Ars tidak khawatir tentang kekhawatiran Tesfia tentang peringkatnya. Penyihir menghadapi pertempuran yang sebenarnya di militer bukan karena mereka semua sadar akan hal itu. Memiliki peringkat tinggi berarti lebih banyak bayaran dengan mata pencaharian yang terjamin, tetapi sebagian besar, itu hanyalah simbol kehormatan bagi penyihir. Selain itu, situasi saat ini adalah situasi di mana penyihir peringkat tinggi juga akan bertanggung jawab kepada misi yang lebih berbahaya. Itu mungkin akan menjadi berkah bagi umat manusia, tetapi hal itu juga bisa membuatmu terbunuh.
Ars lebih suka memiliki peringkat tinggi hingga saat ini karena itu berarti ia akan menerima perlakuan istimewa. Dia juga mengambil misi yang membuat orang lain tidak perlu mempertaruhkan hidup mereka.
Namun, itu adalah penilaiannya sendiri. Itu bukanlah sesuatu yang ingin ia sarankan kepada kedua gadis yang ada di depannya. Memberitahu mereka hal itu juga bukan urusan baginya.
Alice mengangguk untuk menunjukkan persetujuannya saat Ars menjelaskan tentang pelatihan yang akan mereka bersedia jalani.