• Breaking News

    Rabu, 27 Maret 2019

    Chapter 34 - Pedang Pembunuh Naga

    Translator : TAKI-KUN
    Selamat Membaca
    --------------------------------------------------------------------------------------------
    Dengan pedang kesayanganku yang berada di tangan kananku, aku berlari keluar dari rumahku dan berlari menyusuri jalan setapak yang menuju ke ladang bunga.

    Aku terus berlari ke depan sambil dengan kuat menepakan kaki ke tanah. Aku terus maju ketika pemandangan di sekitarku berubah bersama dengan wajah-wajah penduduk desa yang terkejut ketika mereka melihatku.

    Tubuhku terasa tidak wajar meskipun aku bisa bergerak lebih cepat daripada keadaan ini saat di masa petualanganku. Apakah karena ini pertama kalinya aku berlari dengan kekuatan penuh sejak aku pindah ke desa Nordende? Saat ini, kakiku terasa lebih berat dari biasanya, seolah-olah ada timah yang melekat padanya.

    Aku memang berlari di sekitar gunung ketika berburu, tetapi itu hanya dianggap sebagai pemanasan dibandingkan dengan pelatihan khusus yang aku lakukan ketika aku masih seorang petualang. Tubuhku berubah menjadi kondisi yang buruk.

    Karena waktu adalah hal yang terpenting sekarang, pikiran-pikiran bodoh seperti ini sangat membuatku frustrasi.

    Aku terus berlari sambil merasa jengkel karena kakiku tidak dapat bergerak seperti yang kuinginkan. Akhirnya, aku tiba di jalan setapak yang dikelilingi pepohonan. Pemandangan di sekitarnya kini menjadi hutan lebat.

    Pada saat ini, tubuhku semakin segar dan kakiku menjadi sedikit lebih ringan. Ketika aku mendapatkan kembali perasaan tersebut pada masa lalu, aku berlari melalui jalan yang dikelilingi oleh pepohonan dalam sekali jalan.

    Kemudian, aku sudah mencapai ladang bunga yang luas di mana bunga berwarna-warni sedang mekar.

    Ladang bunga memiliki pemandangan indah yang sama seperti biasa yang dapat menenangkan hati, tetapi aku terus berlari kali ini tanpa mengedipkan mata.

    Aku tidak punya waktu untuk berhati-hati agar tidak menginjak bunga yang kusuka saat berlari. Setelah beberapa langkah, aku mencium aroma harum ketika kelopak bunga yang berwarna-warni berterbangan.

    Berkat diriku yang tidak memperdulikan di mana tubuhku menginjakan kakinya, ternyata tanaman bunga disini punya daun berduri dan tanaman merambat di sektair mereka. Namun, aku menarik kakiku dengan paksa dan merobek tanaman merambat sambil terus berjalan.

    Aku terus mengerutkan keningku ketika mendengar bunyi bunga yang terinjak saat aku berlari.

    Meskipun merasa bersalah karena menginjak-injak bunga, kehidupan Flora bukanlah sesuatu yang bisa digantikan.

    Gah, setidaknya aku tidak berlari tanpa memperdulikan bunga sama sekali. Aku mengingat warna-warna berkilauan yang muncul di sudut mataku.

    Melihat cara kelopak bunga menari di sekelilingku adalah pemandangan yang sangat indah.

    Aku tidak ingin melawan monster itu jika memungkinkan. Aku datang ke sini karena aku ingin menghilangkan bau darah karena membunuh monster di masa lalu. Tapi di mana pun kau tinggal, akan selalu ada ancaman monster di dunia ini dan tidak ada pilihan lain selain bertarung.

    Aku yang ingin hidup lama, ingin makan makanan enak, dan ingin menjadi lebih kuat agar tidak hidup dalam kesengsaraan. Aku bertempur dengan mengikuti naluri dan keinginan dasar manusia tersebut.

    Jadi, setelah aku mendapatkan kekuatan dan ketenaran yang kuinginkan, aku telah kehilangan alasan untuk bertarung.

    Motivasi dan tujuanku telah hilang ketika aku yakin bahwa tidak mungkin lagi untuk bertarung melawan monster yang lebih kuat dari apa yang sudah kulawan di masa lalu.

    Aku meninggalkan garis depan karena alasan itu dan mengunjungi Nordende untuk tinggal di dalamnya, tetapi sekarang aku mengangkat pedangku lagi dengan tekad yang sama dengan yang pernah kumiliki di masa lalu.

    Apakah itu karena aku menginginkan kekayaan seperti sebelumnya? Atau makanan enak untuk dimakan? Atau kekuatan?

    -Tidak. Perasaan hangat yang kurasakan di hati saat ini adalah sesuatu yang sangat berbeda dari semua itu.

    Itu karena aku ingin melindungi tempat-tempat ini dan teman-temanku yang tak tergantikan— Bukan, bukan itu. Ini karena aku ingin melindungi Flora, gadis yang kusukai.

    Dengan pemikiran seperti itu, sekarang akhirnya perasaan di hatiku menjadi jelas sambil meletakkan tanganku di dada.

    Dia telah mencuri hatiku saat kita pertama kali bertemu di bawah pohon itu.

    Kata-katanya, senyum lembutnya, perilakunya yang baik hati, dan masakannya. Sejak aku bertemu dengannya, hatiku yang kosong kini telah dipenuhi dengan warna-warna cerah.

    Tidak masalah jika aku tidak mengerti perasaan ini. Aku hanya ingin melindungi senyumnya yang mengelilingku dengan kehangatannya.

    Hanya dengan memikirkan itu saja telah memberiku banyak motivasi untuk bertarung dengan monster.

    Aku berada dalam situasi di mana tubuhku sudah menjadi tumpul, tanpa teman yang berada di dekatku untuk menolong. Namun, aku merasa seperti aku bahkan bisa menjatuhkan naga sendirian sekarang.

    Yup, jika dia ada di sisiku ...

    Akhirnya, aku melewati pohon tempat kupertama kali bertemu Flora dan terus berlari ke arah utara.

    Setelah melewati pohon itu, pemandangan ladang bunga dan sekitarnya berubah menjadi hutan yang penuh dengan tanaman hijau.

    Aku berhenti sejenak di depan hutan yang belum pernah kumasuki sebelumnya, tetapi jika aku bertemu dengan monster yang berbahaya di sana, aku hanya perlu menebasnya.

    Jadi, aku melangkah ke hutan tanpa ragu-ragu. Kemudian, maju menuju ke arah di mana Flora seharusnya berada. Setiap perubahan kecil pada pohon, setiap rumput yang kuinjak, dan kemungkinan jejak di tanah; Aku tidak bisa membiarkan salah satu dari tanda-tanda tersebut luput dari perhatian.

    Namun, tampaknya Flora telah mengambil jalan yang berbeda karena aku tidak dapat menemukan jejak kakinya.

    Aku merasa frustrasi, tetapi aku terus mengingatkan diriku untuk tetap tenang.

    Jika aku tidak dapat mengandalkan informasi yang dapat kulihat seperti saat berburu, aku akan memperhatikan aliran udara dan suara.

    Aku berhenti bergerak dan mendengarkan dengan cermat apa yang ada di sekitarku.

    Aku mendengarkan suara sekecil apa pun di udara. Aku tidak membiarkan getaran di udara menghilang dari telingaku sambil memfokuskan sarafku. Segera, pikiranku menjadi tenang dari segala kebisingan, bahkan suara detak jantungku sendiri terasa sangat jauh.

    Aku bisa mendengar ... suara dedaunan bergerak di pohon-pohon karena angin yang bertiup dan suara burung.

    Kemudian, aku merasakan getaran udara yang kuat datang dari arah ujung barat.

    Aku segera bergerak berdasarkan naluri dan berlari ke arah itu sambil membersihkan tanaman yang memenuhi jalan.

    「GOAARRRHHH! 」

    Tak lama, suara gemuruh datang yang bahkan bisa mengguncang udara ...

    Pada saat yang sama, aku mendengar teriakan yang samar tepat ketika aku yakin bahwa raungan barusan berasal dari beruang merah.

    「Kyaaaaaaaaa !!? 」

    「FLORA !! 」



    Jeritan tadi berasal dari Flora! Aku meneriakkan namanya sambil berlari ke arah teriakan.

    Ketika aku melompati ranting-ranting dan semak-semak yang menghalangi pandanganku, aku melihat Flora di sana, memegang bunga yang berwarna merah muda di dadanya.

    Di belakangnya ada beruang merah dengan bulu merah menyala yang berjalan ke arahnya sambil merangkak.

    「Kyahhh ?! 」

    Aku mulai berlari ke arahnya saat aku melihatnya terjatuh hanya beberapa langkah dari monster sambil memegang bunga yang berada di dadanya.

    Beruang merah tersebut mengangkat tubuhnya dan meraung dengan penuh energi saat melihat mangsanya yang menunjukkan tanda-tanda kelemahan.

    「KYAAAAAHH!」

    Flora menjerit ketakutan dengan punggungnya yang bersandar ke tanah saat beruang merah perlahan mendekatinya dengan cakar tajam yang keluar dari tangannya.

    Kemudian, ketika mengayunkan cakar besarnya ke arah Flora, aku menyelipkan tubuhku di antara dia dan beruang merah.

    「Guroarrrr ?! 」

    Beruang merah itu menggeram keras dan mundur selangkah ketika cakarnya berbenturan dengan pedang mithrilku.

    「Flora, apa kau baik-baik saja? 」

    「EEh ...? Aldo-san? 」

    Ketika aku memanggil Flora, yang kulihat sedang meringkuk di tanah dengan lirikan, dia membuka matanya dengan takut dan menggumamkan namaku sambil tertegun.

    Untunglah. Dia tampaknya hanya memiliki beberapa luka, tetapi sepertinya tidak ada luka yang serius.

    Aku merasa lega dari lubuk hatiku ketika aku bisa memastikan bahwa tidak ada luka yang serius terjadi padanya setelah mengamati Flora.

    Dia menatapku kembali dengan mata berair. Kemudian, ingatanku dari sembilan tahun yang lalu muncul kembali.

    Itu adalah pemandangan yang sama saat aku menyelamatkan seorang gadis kecil yang memiliki rambut berwarna emas dan mata berwarna hijau cerah dari beruang merah.

    —Terima kasih telah menyelamatkanku!

    Gadis itu mencintai bunga, dan dia dengan bangganya mengajari diriku tentangnya di lading bunga padahal aku saat itu tidak tertarik pada mereka

    –Warna bunga di sini berubah tergantung musim! Bukankah itu luar biasa ?!

    Gambar wajah gadis kecil itu muncul dari kejadian sembilan tahun yang lalu menjadi tumpang tindih dengan Flora.

    ... Tidak mungkin ... gadis dari sembilan tahun yang lalu adalah ... dia?

    「Awas! 」

    Suara tajam Flora mengembalikan pikiranku sesaat ketika pedangku bergetar.

    Percikan api tersebar saat cakar hitam beruang merah itu berbenturan dengan pedangku.

    「Larilah, Flora! 」

    「T-Tapi !! 」

    「Kau seharusnya tahu dari sembilan tahun yang lalu bahwa aku tidak akan kalah dari beruang merah」

    Setelah aku mengatakan itu pada Flora, yang ragu-ragu untuk berlari, dia menyeka air matanya dan bergerak mundur agak jauh.

    Ketika aku sudah mengkonfirmasi bahwa dia telah menjauh, aku dengan terampil menangkis cakar beruang merah dan menghindari serangannya.

    Beruang itu mendengus sebelum mendekat dirinya padaku lagi. Aku melangkah mundur beberapa meter untuk menghindari taringnya.

    Dan kemudian, akhirnya aku mengayunkan pedangku.

    「Guroarrrrr !!」

    Beruang merah itu meraung seolah-olah merasa kesusahan karena harus berurusan dengan penyusup yang menerobos masuk sebelum hendak mendapatkan mangsanya.

    Apakah itu kejadian sembilan tahun yang lalu atau sekarang, Flora dan diriku masih memiliki sesuatu untuk bertarung dengan beruang merah

    Aku menertawakan benang merah (takdir) yang kita miliki dengan monster ini saat aku mengejeknya dengan pedangku.

    Tak lama, beruang merah itu meraung marah dan langsung menyerang diriku.

    Karena beruang merah adalah monster teritorial yang sangat ganas, sangat mudah untuk membuat mereka marah dengan memprovokasinya.

    Tanpa jeda waktu, aku menghindar untuk menghindari serangannya saat pedangku mengguncang lengannya yang kokoh. Aku menyerang sisi kiri dan kanannya dengan pedangku sambil menghindari serangannya dengan gerakan minimal sambil terus mengejarku.

    Setiap kali aku menghindar, menangkis, atau menyerang balik, lebih banyak kemampuanku dari masa lalu yang kembali kepada diriku.

    Gerakanku menjadi lebih lancar karena gerakan lawan yang menjadi lebih mudah untuk dibaca.

    Aku akan mencoba untuk memperpanjang pertempuran ini selama yang kubisa jika aku senang untuk bertarung, tapi sekarang berbeda. Aku bukan petualang lagi dan Flora mengkhawatirkan diriku ketika dia menyaksikannya.

    Aku tidak ingin membuatnya khawatir tentang diriku lebih dari ini.

    「... Sudah saatnya aku mengakhiri ini」

    Manaku mengalir dari gagang pedang yang kupegang. Dan tak lama, bilah itu diselimuti oleh cahaya biru samar.
    *TL note : Mana adalah energi yang biasa ada di dalam game atau petualangan fantasi yang digunakan untuk mengeluarkan jurus atau sebagainya.

    Beruang merah terkejut sesaat oleh cahaya yang tiba-tiba yang terpancar dari bilah pedang, tetapi ia memutuskan untuk tidak peduli dan terus menyerang dengan cakarnya yang besar. Mungkin dia berpikir bahwa bisa mengalahkanku hanya dengan mengandalkan kekuatan belaka.

    Aku menebas beruang merah itu dengan pedangku yang bercahaya pada saat yang sama ketika dia datang padaku dengan serangan keras dari cakar brutalnya.

    Percikan api berterbangan ketika pedangku berbenturan dengan cakarnya– Tapi tidak, kali ini, cakar beruang merah itu telah dipotong.

    「Garrrrarrrr? !! 」

    Beruang merah mengeluarkan raungan seolah-olah malu karena cakarnya telah terpotong karena tidak mampu menahan benturan keras dengan pedangku seperti sebelumnya.

    Aku tidak akan membiarkan celah ini dan memberikan tebasan pada perutnya yang tak terjaga. Otot-ototnya yang sekeras batang pohon sangat mudah untuk dipotong, dan beruang merah jatuh ke tanah ketika tubuhnya terbelah menjadi dua.

    Ketika aku melihat mayat beruang merah yang tidak bergerak, aku berhenti memberi mengalirkan mana ke arah pedangku.

    Cahaya dari pedang itu berangsur-angsur menghilang.

    Itulah kekuatan pedangku yang sebenarnya yang bisa menembus sisik keras seekor naga.

    Pedang ini dibuat dengan mithril dengan kemurnian tinggi dan ketajamannya berlipat ganda jika kau mengalirkan mana ke dalamnya. Meskipun aku tidak benar-benar memiliki MP sebanyak itu, aku masih bisa membuat pedang ini menjadi sangat tajam.
    *TL note : MP = Mana Point atau jumlah mana.

    Kemampuan pedang ini adalah bisa merentangkan ujung pedangnya jika kau memiliki cukup mana yang dialirkan. Hal itu dilakukan untuk memperpanjang pedang hingga sekitar tiga puluh meter.

    Tidak peduli seberapa terampil dirimu atau taktik apa yang digunakan, kau tidak akan bisa mengalahkan lawan ketika pedangmu tidak dapat mencapai target. Pedang ini dibuat untuk mengalahkan lawan yang seperti itu.

    Tentu saja, pedang seperti ini harganya mahal. Diperkirakan akan bernilai seharga sebuah negara. Sejujurnya, aku ingin mengembalikan pedang ini ke negara. Tetapi karena aku telah membunuh naga yang merupakan ancaman terbesar bagi mereka, aku memutuskan untuk menyimpannya sebagai hadiah.

    Sebaliknya, aku telah menyumbangkan banyak uang kepada mereka melalui Kiel, jadi aku berharap mereka akan memaafkanku.

    「Aldo-san! Apa kau baik baik saja?! 」

    Ketika aku menyarungkan pedangku yang berdarah ke sarungnya, Flora berlari dan memelukku.

    「Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu, Flora? Apakah kau terluka? 」

    「Tidak. Aku hanya memiliki beberapa luka kecil tetapi aku masih baik-baik saja ... Sekali lagi ... kau datang untuk menyelamatkanku」

    Ketika aku memeluknya dan bertanya bagaimana keadaannya, Flora menjawabku sambil tersenyum malu-malu.

    Sementara hatiku berdetak kencang karena melihat dia tersenyum dan merasakan kehangatannya yang begitu dekat denganku, aku mulai membuka mulutku,

    「... Haruskah kita pulang? 」

    「... Baiklah」