• Breaking News

    Sabtu, 06 April 2019

    Chapter 6 – Wanita Naga Bagian 5


    Translator : TAKI-KUN
    Selamat Membaca

    --------------------------------------------------------------------------------------------
    Gadis yang ada di depanku saat ini merebahkan tubuhnya padaku dan bernafas dengan berat tanpa menyeka air matanya yang mengalir. Apalagi dengan tubuhnya yang telanjang bulat, keputusasaan dan kesedihannya jelas tercermin di wajahnya.

    “Tolong! T-tolong selamatkan anak-anak itu! ”

    “T-tenanglah! Tolong tenang dulu! Kalau tidak, cederamu akan bertambah parah! ”

    Aku memegang smartphone yang berada di salah satu tanganku sambil kewalahan menghadapinya. Tiba-tiba aku menyadari sesuatu dan memasukkan smartphoneku ke dalam saku, sambil melepas jaket dan meletakkannya di atas bahu gadis tersebut.

    Mari kita perjelas situasi saat ini satu demi satu.

    "Um, kamu sedang mengejar anak-anakmu, kan?"

    "Itu, pria dari ras singa itu, anak-anak-ku!"

    Percuma saja. Jika gadis ini tidak tenang, aku juga tidak bisa melakukan apa pun. Dia merebahkan tubuhnya di pinggangku dan aku dengan ragu melepaskannya.

    Dalam hal ini, aku hanya punya satu metode. Aku harus menenangkannya dengan paksa.

    Setelah mengambil keputusan tersebut, aku membentangkan tangan dan dengan paksa meraih pipinya. Dengan suara lembut, aku menepuk pipinya yang berwarna merah. Aku ingat ketika Shouhei, adik lelakiku dulu menangis, beginilah caraku untuk membuatnya diam.

    "Tenanglah!"

    Dia menatapku dengan ekspresi tercengang. Untuk saat ini, sepertinya berhasil.

    "Dengarkanlah! Sepertinya tidak ada waktu, jadi aku akan segera bertanya. Namaku Kazamachi. Kazamachi Kunpei. Siapa namamu? "Aku berbicara kepadanya secara perlahan-lahan, seperti sedang memberitahu anak kecil.

    Dia mengencangkan bibirnya yang bergetar dan mulai menjawab dengan air mata yang mengalir.

    "Nama, Namaku Aoinoun."

    “Oke, Aoinoun-san. Pria dari ras singa yang lewat di sini sebelumnya itu menculik anak-anakmu. Apakah aku benar?"

    Ketika aku mulai menatap matanya, aku mulai menanyainya hal tersebut.

    "Y-ya. Pasti orang itu pelakunya. "

    Bagus, hanya itu yang perlu kudengar. Jika ada keadaan rumit lainnya, aku akan menanganinya nanti.

    "Lalu, aku akan mengejarnya. Gunakan smartphone ini untuk memanggil ambulans dan polisi. Oke?"

    Aku mengeluarkan smartphoneku dari saku dan menyerahkannya kepadanya. Itu tidak dikunci dan karena sebagian besar smartphone bekerja dengan cara yang sama, dia seharusnya bisa melakukan panggilan.

    Berdasarkan situasi ini dan dengan kepercayaan diriku pada stamina, aku lebih cocok untuk mengejar pria itu.

    "Y-ya." Aoinoun-san menatapku dengan kosong sambil mengangguk.

    "Baiklah kalau begitu."

    Perlahan aku melepaskan lengannya yang menempel di pinggangku dan meletakkannya di lututnya selembut mungkin.

    "Aku pergi dulu."

    Aku berbicara tidak lebih dari itu, lalu berbalik dan mengambil napas dalam-dalam. Kemudian, aku menarik napas lebih dalam lagi, menutup mata dan mulai menguatkan tubuhku.

    Aku mengembuskan napas sedikit lebih banyak daripada saat menghirupnya dan memberikan kekuatan pada kaki. Aku membuka mata. Jauh di kejauhan, di jalan lurus. Ada jaket berwarna kuning walaupun hanya setitik.

    Tidak apa-apa. Aku akan menyusulnya.

    Kazamachi Kunpei sedang menunggu angin. Mencium aroma angin, kapan saja, di mana saja. Sampai tiba waktunya untuk terbang.

    "Terbang dengan whoosh," kataku pelan.

    Pada saat yang sama, aku menghentakan kaki ke tanah dan berlari dengan semua kekuatan yang kupunya. Aku mengambil langkah besar saat pertama kali melangkah.

    Kata-kata yang kuucapkan tadi adalah kata-kata yang senang dikatakan oleh ibuku. Aku tidak tahu kapan hal itu dimulai, tetapi setiap kali aku ingin menjadi serius, aku secara rutin menggunakannya sebagai semacam ungkapan ritual.

    Setiap kali aku melakukannya, aku dapat mencapai hasil yang terbaik. Hari olahraga di taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Selama perkelahian yang tidak kuinginkan, selama pertarungan dimana aku tidak ingin kalah. Bahkan selama tes dan kelas tambahan. Selama aku memiliki "mantra" ibu, aku tidak akan kalah.

    Tubuhku mulai merasakan aliran angin dan aku mulai bergerak maju dengan paksa. Aku sangat cepat sehingga membuatku bertanya-tanya apakah aku pernah berlari secepat ini. Sosok ras manusia singa perlahan-lahan menjadi semakin dekat.

    Meskipun, masih ada beberapa jarak yang tersisa. Tidak apa-apa. Untuk beberapa alasan, aku dapat berpikir lebih jernih dari biasanya dan menyimpulkan cara yang paling tepat untuk memenangkan ini.

    Aku berkonsentrasi pada telinga kananku. Aku tidak boleh salah dengar suara yang berada di udara. Aku mulai menegangkan tubuhku. Saat tubuhku menjadi terlalu kuat, aku sering kali merasakan firasat yang buruk. Itu juga berkat tubuhku sehingga aku tidak pernah kalah dalam perkelahian. Bahkan ada saat di mana aku dapat menghentikan motor milik pria tua sialan itu.
    TL Note : maksudnya pria tua sialan itu adalah ayahnya sendiri. (Kalau di jepangnya disebut Oyaji)

    Ya, ini jalan raya yang besar. Banyak mobil datang dan pergi ke arah Kanto, batas kecepatannya adalah 60 km/jam. Ada sepeda motor dan mobil normal, truk pembuang sampah, dan semi trailer juga.

    "Doryaa!"

    Aku meletakkan kakiku di pagar pembatas dan melompat dengan penuh semangat. Tujuanku adalah truk bermuatan yang lewat beberapa inci dariku.

    "Jaaa!"

    Aku berpegangan kuat dengan tangan kanan dan menstabilkan tubuhku dengan tangan kiri. Di kaca spion samping di ujung pandanganku, aku dapat melihat wajah pengemudi yang terkejut saat menyadari adanya suara. Beban yang ada di lenganku menjadi tidak normal, kesampingkan hal tersebut, sepertinya aku bisa bertahan. Ketika aku pertama kali melakukan kontak dengan truk tersebut, beberapa kuku di tangan kananku mulai terkelupas. Aku meringis pada rasa sakit yang kuat dan panca indraku menjadi tumpul, aku harus bisa menahannya sekarang.

    Sepertinya si pengemudi memperhatikanku, karena dia tiba-tiba menginjak rem. Tidak masalah bahkan jika aku ketahuan. Aku sudah memperpendek jarak, karena aku sudah melewati pria dari ras manusia singa yang bernama Gasaraio atau semacamnya.

    Aku melepaskan pegangan pada truk tersebut sebelum berhenti. Aku gagal mendarat dan jatuh di tanah. Roda truk tersebut sempat menyerempet kepalaku, tidak apa-apa, aku belum mati. Dari kejauhan, aku mendengar suara teriakan pengemudi, tetapi menghilang karena efek Doppler.
    TL Note : Efek Doppler adalah sesuatu yang terjadi ketika sesuatu yang memancarkan suara atau cahaya bergerak relatif terhadap pengamat.

    Aku bangkit seketika dan melompati pagar pembatas dan kemudian menghadapi Gasaraio yang sedang mendekat. Gasaraio menatapku dengan mata aneh. Yang melegakan adalah, dia membawa kain pembungkus tempat anak-anak dari gadis sebelumnya berada, ya pembungkus itu ada depan tubuhnya.

    "Kembalikan anak-anak itu, dasar penculik!"

    Aku tidak bisa memaafkannya. Aah, aku tidak bisa memaafkannya! Aku pasti tidak akan memaafkan bajingan yang merenggut keluarga milik orang lain yang berharga!

    “J-jangan menghalangi jalanku, manusia! Aku ini seorang beastman! Apakah kau pikir kau bisa menyamai kami! ”

    Bagus, dia mengakuinya, bukan? Maksudku, dia tidak menyangkal bahwa dia adalah seorang penculik, kan? Maka, aku tidak perlu menahan diri.

    "Setidaknya aku tidak akan kalah darimu!"

    Aku berlari ke arahnya. Gasaraio kembali mengeluarkan pisau besar dari saku yang ada di dadanya. Apakah benda itu akan digunakan untuk mengancam? Penculik itu mengacungkan pisaunya saat mendekat. Sangat disayangkan! Aku lelah melihat benda-benda seperti pisau!

    "Uwwaaaaah!"

    Seruan keras keluar dari mulutku yang penuh dengan semangat juang. Begitu aku mendekati Gasaraio, aku membungkuk setengah tubuh dan melompat ketika aku memastikan pisau tersebut mendekatiku secara diagonal dari atas. Pisau itu menyentuh ujung hidungku, lalu memotong ujung rambutku dengan tipisnya, tetapi pisau itu tidak menyentuh kulitku sama sekali. Tanpa penundaan, aku menjulurkan tanganku. Aku membidik satu tempat, tempat di antara tubuh yang memegang kain pembungkus dan bagian rahang.

    Bertahun-tahun yang lalu, ada pegulat terkenal, bernama Vii. Ini adalah gerakan akhir yang pernah dilakukan olehnya. Gerakan ini juga dikenal sebagai laso, ini adalah kartu truf-ku! Ya, dengan kata lain, itu adalah sebuah lariat. Dengan kata lain lariat Wertern!

    "K-kh!"

    Lengan atasku mengenai ke arah tenggorokan Gasaraio, menyebabkan dia mengeluarkan suara kesakitan seolah-olah dia sedang tersedak sesuatu. Gasaraio jatuh ke tanah. Aku ingin berterima kasih padanya karena telah membawa kain pembungkusnya dengan hati-hati. Karena pembungkus itu jatuh di atas dada Gasaraio, seharusnya tidak akan ada dampak yang besar.

    "Hah, hah ...! ... Fiuh. "

    Tiba-tiba, aku dibanjiri rasa lelah dan rasa sakit yang kuat dan menjalar di ujung jari dan lenganku.

    "…Yah, aku berhasil melakukannya."

    Biarkan aku jujur sebentar. Aku saat ini sama sekali tidak tenang! Ketika aku mulai berlari, darahku sudah menggigil!

    Ah. Itu kebiasaan burukku yang kedua, bergerak tanpa berpikir. Shouhei terus memperingatkanku tentang hal itu, jadi aku sudah mencoba berpikir sebelum bertindak bodoh, tapi ...

    Melihat kearah belakang, hal-hal seperti melompat ke truk yang berjalan adalah hal yang benar-benar tidak waras. Kalau berpikir secara normal, bukankah kamu akan mati jika kamu melompat tanpa berpikir ulang? Kemudian, ketika aku melompat turun. Jika itu berubah menjadi keadaan yang terburuk, maka saat ini aku mungkin menjadi noda seperti buah delima yang hancur di jalanan.

    Ugh, sangat menakutkan ...

    "I-itu mungkin sangat berbahaya."

    Setelah mengatakan itu, aku menenangkan diriku dulu. Betul. Aku harus memastikan keselamatan anak-anak yang telah diculik.

    Aku mengambil kain pembungkus dari dada Gasaraio, benda itu berukuran sekitar ukuran tubuhku. Aku membuka ikatan simpul yang diikat dengan satu tangan. Ternyata ikatannya cukup sulit untuk dilepaskan.

    Meskipun demikian, aku tidak akan memaafkannya karena telah mengikat anak-anak seperti ini. Ayo pukul dia sekali lagi setelah ini.

    Ketika aku memikirkan hal itu, aku perhatikan bahwa aku tidak bisa melepaskannya dengan satu tangan. Aku mencoba membuka ikatannya dengan tangan kanan yang sedang terluka, bagaimana caranya aku melepaskan ikatan ini. Kuku jari tengah dan telunjuk-ku telah terkelupas dan kulit seluruh telapak tangan juga berdarah. Aku belum tenang, tapi aku yakin nanti akan menjadi mengerikan.

    Setelah menenangkan pikiranku, aku mulai menggunakan tangan kananku untuk melepaskan simpul ikatannya. Kain yang dibungkus itupun mulai terbuka dengan pelan.

    "... Eh?"

    Apa?

    Bagaimana dengan anak-anak yang disebutkan?

    "Apa-apaan ini"

    Ada 2 batu yang ada di dalamnya. Mereka sedikit lebih besar dari kepalaku. Warnanya putih bersih dan bagian luarnya seperti permata.

    "... Eh?"

    Tidak mungkin. Apakah aku salah tangkap pria ini dengan penculik yang aslinya? Apa Gasaraio dituduh tanpa bukti? Atau hanya aku saja yang sedang mengacau?

    Aku menjatuhkan pundakku sambil meneteskan keringat dingin.

    "Ah."

    Tanpa pikir panjang, aku tanpa sengaja menyentuh batu tersebut dengan tanganku yang berdarah. Selain itu, darahku menetes ke batu yang lain juga.

    "Ah, sial, batu Gasaraio. Aku mengotorinya. "

    Dan aku mengotorinya dengan darahku. Itu terlihat seperti di film. Aku mencoba membersihkan darah dengan tangan kiriku, tetapi noda darahku malah menyebar lebih banyak.

    "... Aku harus minta maaf."

    Ketika aku mempersiapkan diri untuk meminta maaf, hal itu terjadi.

    "Eh"

    Suara detak jantung mulai terasa melalui tangan kiriku. Batu itu mulai berguncang sampai-sampai aku bisa melihatnya dengan jelas.

    "Eeh?"

    Gerakannya menjadi lebih cepat dan lebih kuat. Kedua batu itu bergetar dengan irama yang sama seperti jantung yang berdenyut. Aku tidak mendengar apapun, tapi aku tahu bahwa batu itu mengeluarkan suara berdebar kecil.

    “Tu-tunggu. Apa? Apa ini? "

    Mengapa aku tidak bisa melepaskan tanganku? Aku saat ini sedang membawa satu telur di masing-masing tanganku, seolah-olah aku menyentuh mereka untuk mengkonfirmasi denyut dari telur tersebut.

    Berdebar. Berdebar.

    Denyut nadinya semakin kuat.

    "Ah, aaah ...!"

    Terkejut oleh suara yang datang, aku mulai mengangkat kepalaku. Gadis berambut biru yang telanjang dengan jaket yang ada di bahunya. Aoinoun-san telah ada disini.

    "Telur. Mereka menetas ... "

    "Hah?"

    Suara bodohku terdengar hampir bersamaan dengan suara kulir telur yang pecah.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    TULIS KOMENTAR