Translator : TAKI-KUN
Selamat Membaca
--------------------------------------------------------------------------------------------
Di telapak tanganku saat ini, ada dua batu yang terus berdenyut.
Menyalurkan rasa sakit yang kuat dari telapak tangan menuju sudut pikiranku, aku menyadari bahwa aku sedang melihat Aoinoun-san.
"Eh? Hah? Telur?"
“Bagaimana bisa mereka menetas !? Selama satu bulan penuh, aku sudah mencoba berbicara dengan mereka, membelai mereka, dan menghangatkan mereka, tetapi anak-anak tersebut bahkan tidak bangun sama sekali! "
Yah, bahkan jika kamu bertanya kepadaku tentang hal itu...
"Eh, Sebaiknya lapor polisi ..."
"Ah, benar juga!"
Aoinoun-san, yang sedang menyilangkan tangan dan menyembunyikan dadanya, mulai mengulurkan tangan kanannya.
“M-maaf. Aku tidak tahu bagaimana cara menggunakannya, jadi aku tidak sengaja merusaknya ... "
"S-smartphoneku..."
Itu dia, smartphoneku kini ada lubang besar yang menyedihkan dan sirkuitnya terbuka.
"S-selain itu! Telur-telur milikku!"
Apakah dia baru saja mengatakan hal itu?
"Sialan, aku sudah bilang untuk memanggil ambulan!"
Aku sedikit kesal, jadi aku tanpa sadar berbicara terlalu santai.
"Ah, aku ini cukup cepat untuk pulih, jadi itu tidak masalah."
Ketika dia mengatakan itu, dia membuka jaket dan menunjukkan bahu kanannya.
Dia membersihkan darah yang sudah mulai menggumpal dengan jarinya. Dia menunjukkan kulitnya yang indah yang tidak memiliki satu cedera.
"... Ah, jadi begitu ya."
Jadi pada akhirnya, hanya aku yang terluka?
"Kalau begitu, kita harus membawa penculiknya ke kantor polisi ..."
Sepertinya yang dicuri benar-benar telur milik gadis itu, jadi hal ini tidak ada bedanya dengan penculikan biasanya.
Manusia singa itu, Gasaraio, harus diserahkan kepada polisi.
Aku menggelengkan kepalaku dan melihat Gasaraio yang sedang terjatuh.
"Ah."
Eh?
Mataku bertemu dengan seseorang dari suku burung yang saat ini sedang memanggul Gasaraio.
Rambutnya berwarna-warni, seperti berasal dari Selatan. Dia memiliki paruh kuning dan mirip seperti Gasaraio,menggunakan jaket panjang yang dilengkapi dengan bulu merah, tetapi yang ini berwarna perak.
Seorang wanita dari ras burung yang menyerupai burung beo tersebut membawa Gasaraio yang pingsan ke dalam sebuah van.
"Te-Tehe?"
Ada hal besar yang aneh dari sisi kanan paruhnya. Apa itu? Apakah itu lidah?
Sepotong daging seperti lidah keluar dan manusia dari ras burung itu pun tertawa.
Aku bertanya-tanya apakah dia mencoba untuk TehePero, tetapi apa yang keluar adalah "Tehezuron"
"Orang itu melarikan diri!"
"Tolong jangan bergerak, Kunpei-san !!!!"
"Y-ya."
Aoinoun-san berteriak dengan suara yang lebih keras dari milikku.
Kekuatan itu sangat kuat, aku ketakutan dan tidak bisa bergerak.
“Ayo kita melarikan diri dari sini, kak! Kita sudah ketahuan! ”
"O-k, g-e-t o-n."
Aku melihat bola bulu yang berwarna abu-abu duduk di kursi pengemudi mobil van tersebut.
Apakah itu seragam? Pria ini juga mengenakan mantel bulu berwarna merah, tetapi mantelnya itu berwarna hitam.
Ah, setelah mendapatkan pandangan yang lebih jelas, pria itu terlihat seperti seorang pemalas. Apa sih nama rasnya itu?
Pintu van dibanting hingga tertutup rapat dan suara mesin van pun bergema.
Dan begitu saja, van itu dengan ganasnya pergi.
"Kalian berani mencuri telurku !! Aku tidak akan membiarkan kalian perrrggiii !!! "
Aoinoun-san meraung.
Dia melepaskan jaketku dan melompat.
Pada saat itu, cahaya seperti kilat menyinari sekeliling.
"A-apa itu tadi!"
"Gaaaaaaaaaaah !!"
Raungan terdengar di sekeliling.
Bidang penglihatanku terhalang karena ada cahaya, aku mengambil prioritas untuk melindungi benda berdenyut yang berada di telapak tanganku.
Aku menutup mataku dengan erat, lalu membukanya pelan-pelan.
Setelah waktu yang singkat, mataku mulai menyesuaikan pandangannya dan aku menyadari bahwa aku diselimuti oleh bayangan besar.
Aku melihat kearah atas.
"O-ooh"
Yang ada di sana, adalah seekor naga.
Naga itu membentangkan sayap biru besarnya dengan sekuat tenaga dan meraung kearah langit.
"Ah, apa itu?"
Di depan naga yang meraung, jauh di atas langit, ada bola cahaya melayang yang berputar di udara.
Benda itu menelan awan hitam di sekitarnya dan secara bertahap tumbuh dalam ukuran yang cukup besar.
Naga itu menutup mulutnya sejenak dan mengambil napas dalam-dalam.
"Gaaaaaaaaaaaaaah !!!"
Naga itu sekali lagi membuka mulutnya dan meraung.
Bola cahaya tersebut secara bersamaan terbang kearah depan dalam garis lurus.
Bola itu terbang ke arah van yang sedang melarikan diri.
"U-uaaah !?"
Aku melihat benturannya ketika menabrak van.
Aku tidak bisa melihat apa-apa karena kilatan cahaya yang terlalu terang, aku juga tidak bisa mendengar apa-apa karena adanya ledakan, gemuruh yang menggelegar, dan getaran dari bumi.
Tapi aku sudah tahu hasilnya.
Mereka mati, kan?
(Meskipun aku kemudian mengetahui bahwa ketiga orang tersebut termasuk Gasaraio masih hidup. Dalam sisa-sisa mobil van yang hangus, mereka bergerak-gerak di dalam mobil yang hangus itu dan ditangkap oleh polisi. Betapa hebatnya mereka.)
Gelombang kejut akhirnya mulai berkurang, naga itu memancarkan cahaya pucat dan secara bertahap menyusut.
"Fiuh. Itu menyegarkan. "
Cahaya menghilang dan seorang gadis cantik muncul.
"U-um"
“Ah, tolong tetap seperti itu Kunpei-san! Telurnya mungkin akan menetas karena kamu sudah menyentuhnya! ”
Eh, aku?
Aku sudah terlalu bingung untuk tahu apa yang harus aku tanyakan terlebih dahulu.
Pertama-tama, aku akan pergi ke toko ponsel besok. Apakah aku ini sedang melarikan diri dari kenyataan?
"Ah! Tolong lihat!"
Aoinoun-san yang sedang mengenakan jaket yang diambilnya, akhirnya berjongkok di sampingku.
"Lihat! Anak yang akan menetas di sebelah kanan! Sudah hampir waktunya! Itu seorang kakak perempuan!"
Tentu saja, telur yang kusentuh dengan tangan kananku retak dan bergetar lebih keras dari sebelumnya.
Rasanya ada sesuatu yang akan muncul dari bagian dalam.
Tangan kananku yang awalnya terluka parah mulai terasa hangat.
"Lakukan yang terbaik! Sedikit lagi! ”
Ketegangan milik Aoinoun-san terus meningkat.
Sepertinya dia tidak punya waktu luang untuk menjawab pertanyaanku.
Telur itu mulai sedikit pecah dan sebuah suara retakan dari kulit telur yang pecah pun bisa terdengar.
Telur di tangan kananku mulai bergetar bahkan lebih keras lagi.
Pada saat yang sama, telur di tangan kiriku juga mulai bergetar sedikit demi sedikit.
“Wow, wow! Anak yang ada di tangan kiri juga mulai menetas! Luar biasa! ”
"A-Aku bisa melepas tanganku sekarang, kan?"
"Ah iya! Sepertinya sudah baik-baik saja! Di sini, tolong lihat! "
Aku akhirnya melepaskannya dan menenangkan diri untuk sementara waktu.
Aku menghela nafas panjang.
Mari kita tenang sebentar Kunpei.
Suara bernada tinggi terdengar dan retakan besar mulai muncul pada telur yang ada di sebelah kanan.
Kulit telur itu jatuh berkeping-keping.
Aku melirik Aoinoun-san dan melihat dia meneteskan banyak air mata dan ingus tentunya.
Dia terus bergumam dengan sungguh-sungguh "lakukan yang terbaik, lakukan yang terbaik".
Telur di sebelah kiri juga berhasil mulai retak, Aoinoun-san dengan cemas menoleh dan melihat ke depan dan ke belakang.
Beberapa saat telah berlalu.
Sebelum kusadari, aku mencengkeram tangan Aoinoun-san dan memeluk bahunya dan mengawasi telur-telur tersebut. Aku tidak dapat bertahan dan tidak bisa menonton tanpa melakukan apa-apa.
Aku juga tidak punya motif tersembunyi.
Segera, tepat sebelum Aoinoun-san mengalami dehidrasi karena air matanya terus keluar, saatnya telah tiba.
"Ahh, Acchooo !!"
Dia bersin pada saat yang sama ketika mereka menetas.
Sebuah kepala menembus lapisan terakhir dari kulit telur, dia membuka matanya dan berkedip dengan semua kekuatan yang dia punya.
"Ah, aaah ... mereka menetas ... !!"
Aku merasa tangan Aoinoun-san mulai gemetar, diselimuti oleh berbagai emosi.
Ada rambut tipis keputihan di kepalanya, mungkin itu adalah bulu.
Bulu itu belum tumbuh sehingga kamu bisa melihat kulit kepala dengan jelas.
Bagian mata yang sebagian terbuka menunjukkan mata gelapnya yang indah, sebelum kami sadar dia menatap kami ketika kami berada berdekatan satu sama lain.
"... Ah ー"
"Un ... unun! Ini mamamu! "
Aoinoun-san mengulurkan tangannya ke arah anak yang sedang duduk di belahan kulit telur.
Bayi itu menatap tangannya sejenak, lalu tiba-tiba meraih jari tengah Aoinoun-san.
Lalu…
"Ah ー!"
Itu adalah senyum termanis yang ada di dunia.
Mungkin itu adalah hari di mana aku bertemu dengan takdirku.
Rabu, 10 April 2019
Home
Unlabelled
Chapter 7 - Halo, Aku Seorang Papa Bagain 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TULIS KOMENTAR