Selamat Membaca

Aku dan Flora berjalan ke arah barat dari rumahku selama sekitar sepuluh menit, kemudian kami tiba di ladang bunga.
「Ini sangat indah, bukan? 」
「Ya. Sangat indah tidak peduli berapa kali aku melihatnya」
Setelah kami melewati jalan yang dikelilingi oleh pepohonan, kami tiba-tiba berhenti ketika kami melihat pemandangan bunga yang sedang mekar.
Di depan mata kami ada hamparan bunga berwarna cerah yang menyebar sejauh mata kami bisa melihatnya.
Ketika angin bertiup, bunga-bunga bergoyang dengan mengeluarkan suara seolah-olah mereka menyambut kami dengan batang dan kelopaknya. Aroma manis dan menyegarkan bercampur dengan aroma tanaman hijau yang menggelitik lubang hidungku.
Dengan mata sedikit terbuka, Flora tampak menikmati angin sepoi-sepoi sambil memegangi topi jeraminya dengan satu tangan. Rambutnya yang berwarna keemasan bergoyang tertiup angin.
Ketika aku menikmati aroma ladang bunga, aku perhatikan bahwa ada beberapa perubahan yang telah terjadi di ladang bunga ketika aku melihat sekeliling.
「Bukankah bunga merah terlihat lebih sedikit daripada bunga biru? 」
Meskipun perubahannya sangat kecil, itu masih terlihat ketika aku melihat ladang bunga secara keseluruhan. Ada lebih sedikit bunga berwarna merah dan lebih banyak yang berwarna hijau dan biru. Jadi hal itu tidak sama dengan terakhir kali aku mengunjungi ladang setelah berburu ataupun di waktu luang.
Mungkin, ada perubahan warna atau sesuatu yang terjadi baru-baru ini. Aku tidak begitu memperhatikan karena aku sibuk dengan lahan pertanianku belakangan ini dan tidak bisa datang ke sini.
「Yup, itu karena musim sudah mulai berubah dari musim semi ke musim panas. Warna bunga di sini berubah sesuai musim. Musim semi adalah ketika bunga-bunga berwarna merah, oranye, kuning atau jenis bunga yang berwarna hangat sedang mekar. Dan musim dingin adalah ketika bunga berwarna dingin seperti biru, biru muda, biru tua, dan ungu sedang mekar. Jadi, karena kita sedang menuju ke musim panas sekarang, yang merah mulai berkurang ketika bunga yang berwarna biru mulai mekar sekitar sekarang ini 」
Ketika kami berdiri berdampingan satu sama lain, Flora menjelaskan kepadaku dengan ekspresi bangga di wajahnya.
「Aku pernah mendengar bahwa beberapa warna bunga akan berubah tergantung pada musim, tetapi aku tidak tahu banyak tentang bunga. Jadi rasanya hampir sama seperti melihat pelangi 」
Aku merasa seperti pelangi yang kadang-kadang kau lihat setelah hujan dan akan menjadi seperti ini. Lapisan luar pelangi akan memiliki warna yang cerah seperti merah dan oranye, sedangkan ke arah lapisan dalam pasti akan berwarna gelap seperti biru dan ungu.
「Ehehe, itu benar. Beberapa orang menyebut sebagai ladang pelangi 」
「Namun, warna bunga tidak berbaris seperti pelangi, dan ada juga warna bunga yang tidak ada dalam pelangi, jadi menyebut ini pelangi mungkin tidak begitu akurat」
Degradasi warna ladangnya mungkin memang terlihat seperti pelangi, tetapi menyebut keseluruhan ladang ini dengan sebutan ladang pelangi adalah bukan pilihan yang akurat. Warnanya tidak sejajar, juga ada warna yang tidak ada di pelangi. Di sebelah warna oranye ada biru, dan ada beberapa bunga yang mekar di antara warna merah dan oranye.
Aku tidak bisa menggambarkan itu seperti pelangi.
Kami berhenti sebentar untuk memandangi bunga-bunga, lalu kami mulai berjalan lebih dalam.
Tempat terbaik untuk makan siang adalah berada di bawah pohon yang terletak lebih dalam ke ladang bunga. Kita bisa duduk dan bersantai di sana, selain itu di sana hawanya sangat teduh.
Kami terus berjalan sambil menikmati pemandangan bunga yang memiliki warna berbeda daripada saat musim semi.
Saat aku mengarahkan pandangan, aku melihat tulip yang baru-baru ini berwarna merah sekarang sudah menjadi oranye. Mawar di sebelah mereka yang kuingat sebelumnya berwarna hijau, beberapa bahkan sudah berwarna kuning.
Tampaknya bunga berwarna oranye itu bukan bunga baru yang mekar, tetapi warnanya berubah begitu saja.
Pemandangan yang cukup aneh untuk melihat bunga-bunga yang kita tahu memiliki warna yang berbeda.
Ketika aku mengagumi itu sambil terus berjalan, Flora membungkuk di sebelahku dan mengambil setangkai bunga.
「Ada apa? 」
Apakah ada bunga yang sangat indah di sana?
「Ah, tahukah kau? Beberapa bunga dapat dimakan, dan beberapa dapat diolah menjadi obat herbal 」
「... Ohh, benarkah begitu? 」
Jadi sama dengan tanaman liar dan kacang-kacangan. Meskipun aku tidak berpikir bahwa bunga tidak mungkin digunakan sebagai obat, itu karena aku sama sekali tidak mengetahuinya bahkan aku belum pernah mencoba atau melihat ada orang yang melakukannya.
「Ya. Dan tentu saja, ada banyak yang tidak bisa kau makan sementara ada juga beberapa yang bisa dimakan. Bunga ini disebut munnika adalah salah satu yang berguna untuk kulit saat kau mengkonsumsinya 」
Flora berbalik dan menunjukkan padaku bunga yang ada di tangannya dengan senyum cerah.
Itu adalah bunga kecil berwarna merah muda. Begitu ya, jadi bunga ini bernama munnika.
「... Apakah rasanya enak? 」
Setelah aku bertanya kepadanya tentang rasa bunga yang ada di tangannya, dia membuang beberapa bagian dan membilasnya dengan air dari teko airnya sebelum memakannya.
Aku sedikit terkejut melihat dia memakan bunga.
Tanpa ekspresi yang aneh terdapat di wajahnya, dia mengunyah dan menelannya tanpa masalah.
Ohhh, dia memakannya.
Itu tidak terlihat beracun, dan dia juga tidak terlihat kesakitan saat memakannya- Tetapi, dia memilih lebih banyak bunga tersebut dan membilasnya dengan air setelah dia membuang bagian yang sama.
Ketika aku menghirup aromanya sebelum memutuskan apakah ingin memasukkannya ke dalam mulut, aku mencium aroma bunga yang manis. Jadi kupikir ini adalah bunga yang biasa.
Setelah aku selesai menatapnya, aku berhenti berpikir dan mencobanya juga.
Aroma bunga memenuhi lubang hidungku saat aku menggigitnya. Tidak ada bau rerumputan dan teksturnya seperti selada. Nektar manis dari bunga keluar dengan sedikit rasa pahit.
Yup, tidak aneh untuk berpikir bahwa bunga ini adalah sayuran yang bisa dimakan. Rasanya tidak aneh dan bermanfaat untuk tubuh.
「Apakah baunya enak dan rasanya tidak aneh? Bukankah teksturnya membuat kau merasa seperti sedang makan sayur atau semacamnya? 」
Flora bertanya sambil tertawa kecil. Apakah aku menunjukkan wajah yang terlihat lucu saat aku memakannya? Setelah itu Flora melanjutkan berbicara.
「Yah. Aku juga tidak akan bisa membedakannya jika aku makan bungai ini bersama salad atau daging. Selain itu, nektar bunga ini juga dapat dicampur dengan teh dan sup agar terasa lebih enak」
Oh, itu sebenarnya terdengar seperti ide yang bagus. Mari kita coba mencampur bunga ini dalam salad atau membuat teh dengan campuran bunga ini kapan-kapan.
「Ngomong-ngomong, dalam bahasa bunga, munnika melambangkan" tidak bersalah "," kemurnian ", dan" keaslian "」
「Ohhh, begitu. Lalu, bagaimana dengan yang ini? 」
「Itu namanya bunga konron. Bunga yang melambangkan "kenang-kenangan", "kebaikan", dan "ikatan" 」
Ketika aku menunjuk bunga berwarna oranye yang tidak kuketahui, Flora menjawab pertanyaanku seperti itu.
「Dan bunga dengan kelopak panjang ini? 」
「Itu adalah bunga shinjo. Itu melambangkan "kerinduan", "persahabatan", "persaudaraan" dan "keanggunan" 」
Luar biasa. Apakah semua bunga di sini memiliki arti tersendiri? Dia dapat mengingat maknanya dengan sangat baik bahkan satu bunga dapat memiliki banyak makna.
Hal ini bisa menyebabkan kesalahpahaman jika kau salah mengerti artinya.
Ngomong-omong, aku pernah mendengar cerita dari Kurune di masa lalu tentang putri bangsawan yang menerima bunga dari tunangannya yang berakhir dengan tragedi karena mereka telah salah mengartikan arti dari bunga tersebut.
TL Note : sekedar mengingatkan Kurune adalah teman perempuan satu party dari Aldo. Jobnya adalah mage.
Gadis itu secara mengejutkan adalah penggemar kisah cinta yang tragis dan hal-hal sedih.
Setelah itu, kami terus berjalan sambil menunjuk bunga yang tidak kukenal dan bertanya kepada Flora tentang artinya. Dia dengan bangga akan menjawab pertanyaanku dan mengajariku semua tentang bunga. Ekspresinya lucu seperti anak kecil, seolah-olah mengatakan "Aku tidak mungkin salah".
「... Aku merasa seperti pernah diajari oleh seseorang gadis seperti ini sembilan tahun yang lalu .... 」
Aku mulai mengingat adegan itu dengan samar.
—Saat itu juga ada bunga yang berubah warna setiap kali musim berubah ...!
Aku ingat waktu itu aku juga diajari oleh seorang gadis ketika kami berjalan melintasi ladang bunga.
Gadis itu pada waktu itu bukanlah seseorang yang setenang Flora, dan aku merasa bahwa orang itu akan sedikit lebih muda daripada dia saat ini.
Kami terus berjalan saat aku samar-samar mengingat kembali kenangan-kenangan lama itu. Kemudian, aku mendengar sesuatu yang jatuh dari belakang.
「Hm? 」
「Ah, maafkan aku! 」
Ketika aku menoleh ke belakang, Flora sepertinya telah menjatuhkan keranjangnya dan sedang berusaha mengambilnya kembali dengan tergesa-gesa. Untungnya, tutupnya kokoh dan tidak ada yang keluar.
Pikiranku sedikit tenang. Namun, tidak ada tanda-tanda darinya untuk mengambil keranjang kembali sama sekali. Dia hanya melihat ke arah bawah.
「…Apa ada yang salah? 」
「... T-tidak, bukan apa-apa. Hanya ada sedikit pasir di mataku 」
Tepat ketika aku mulai khawatir karena dia tidak berdiri kembali, dia menggosok matanya dan berdiri kembali tanpa masalah.
Ada sedikit pasir di dekat matanya. Hari ini cukup berangin, dan kemungkinan besar dia menyentuh tanah ketika dia mengambil bunga munnika. Pasir tersebut mungkin masuk ke matanya ketika angin bertiup.
「Maaf, tolong beri aku waktu sebentar」
「* Hau * ...! (* ≧ ∀ ≦ *) 」
Aku mengambil tangannya yang dia gunakan untuk menggosok matanya dan aku mulai menyeka pasir dari matanya dengan saputangan yang kuambil dari saku.
Dia menjerit kecil karena terkejut. Kemudian, dia menutup matanya saat wajahnya memerah.
Aku tahu ini agak memalukan, tapi tolong tahan dulu, karena kupikir ini akan lebih baik daripada menggosok mata dengan tangan.
「「 ………… 」」
Untuk beberapa saat berikutnya, aku dengan hati-hati mengeluarkan pasir dari matanya. Kemudian, aku mulai merasa malu ketika aku memperhatikan raut wajahnya yang halus dari dekat.
Ini seperti situasi tegang dari sepasang kekasih yang tidak berpengalaman, yang mungkin saja akan berciuman dari jarak dekat.
Aku berusaha untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak perlu sebanyak mungkin dan terus mengeluarkan pasir dari matanya.
「Seharusnya sekarang tidak masalah」
「Ah ... baiklah. Terima kasih banyak」
Ketika aku selesai dan membersihkan sedikit pasir, dia menundukkan kepalanya dengan telinga yang berwarna merah.
Wajahku mungkin juga terlihat sedikit merah.
「「 ………… 」」
Kecanggungan yang sunyi memenuhi udara.
「... U-um, aku ...」
「.... *guuu*」(Suara perut)
Tepat ketika dia akan mengatakan sesuatu, perutku bergemuruh untuk mengeluh tentang rasa lapar yang kurasakan. Flora berhenti dan menahan apa yang akan dikatakannya.
「Ah..haha, maaf. Perutku keroncongan 」
Kataku dengan senyum pahit di wajahku. Kemudian, dia menatapku dan tertawa terbahak-bahak.
「... Ahaha. Benarkan? Mumpung kita sudah bisa melihat pohon besar sekarang, jadi ayo kita makan siang 」
Flora kemudian berlari di bawah pohon-pohon dengan rambutnya yang terombang-ambing oleh angin. Aku juga mulai mengejarnya untuk mengikutinya. Kecanggungan itu hilang karena suara dari perutku. Dia tampak seperti memiliki sesuatu yang ingin dikatakan, tetapi aku juga tidak ingin merusak suasana hati yang baik ini dengan memikirkannya.