
Suhu tubuh manusia merupakan sesuatu yang begitu aneh.
Tiba-tiba
itu Yuuki Asuna memikirkan seperti itu.
Hujan
telah berhenti, dibawah langit biru gelap, dengan bagian dari awan tercampur
dengan warna orange, mereka berdua berjalan bersama secara perlahan sambil
bergandengan tangan. Di sampingnya, Kirigaya Kazuto, orang yang memiliki
ekspresi cemberut bahkan semenjak dia memikirkan sesuatu dari beberapa menit
lalu, merendahkan pandangannya ke jalan berbatu tanpa mengatakan apapun.
Asuna
yang tinggal di Setagaya dan Kazuto yang hendak kembali menuju Kawagoe,
biasanya terpisah di stasiun Shinjuku saat mereka menaiki kereta yang bebeda,
tetapi hari ini, untuk suatu alasan, Kazuto mengatakan "Aku akan
mengantarmu sampai ke rumah." Bahkan meskipun dia itu membutuhkan satu jam
lebih lama untuk kembali ke rumahnya dari Shibuya, saat Kazuto memiliki
ekspresi yang tidak biasa di matanya, Asuna mengangguk setuju.
Saat
mereka keluar dari stasiun Miyanosaka di jalur Setagaya, yang merupakan stasiun
yang paling dekat dengan rumah Asuna, mereka masih bergandengan tangan.
Sementara
melakukan ini, Asuna samar-samar mengingat kejadiaan itu. Itu tidak hanya
manis, tapi juga sangat menyakitkan di saat yang bersamaan, jadi itu sebenarnya
adalah ingatan yang tidak selalu muncul di kesadarannya, tapi, ingatan itu
kembali muncul setiap kali dia memegang tangan Kazuto.
Itu
bukan ingatan di dunia nyata, tapi kota di menara besi «Grandum» di Aincrad
lantai 55, yang tidak lagi ada.
Pada
saat itu, Asuna menjadi sub-leader di guild Knights of the Blood. Pendampingnya
adalah pengguna pedang hebat bernama Kuradeel, orang yang mengawasinya
sepanjang waktu. Kuradeel, seseorang yang memiliki obsesi yang aneh dengan
Asuna, dia telah menggunakan racun pelumpuh pada Kazuto/Kirito, yang
menyebabkan Asuna mengundurkan diri dari guild.
Kuradeel
telah membunuh dua anggota dalam aksinya, Asuna yang baru saja sampai di waktu
tepat sebelum Kirito kehilangan nyawanya, menarik rapiernya dengan kemarahan
dan tanpa ampun, HP Kuradeel telah berkurang hingga sampai pada tingkat dimana
satu serangan dapat menghabisinya, tapi dia ragu. Kuradeel mengambil kesempatan
untuk membalas tetapi Kirito telah sembuh dari racun pelumpuh itu, dan dia
menghabisi Kuradeel dengan tangan kosong.
Keduanya
kembali ke markas dari Knights of the Blood di lantai 55. Setelah
menginformasikan tentang pengunduran dirinya dari guild, mereka berjalan tanpa
tujuan sambil bergandengan tangan di Grandum.
Ketika
dia bersikap tenang di permukaan saat itu, di dalam hati Asuna, dia merasakan
perasaan bersalah pada dirinya karena dia tidak membunuh Kuradeel. Perasaan
bersalah pada Kirito yang membuatnya menanggung beban berat itu menyelimuti di
sekitarnya. Dia merasa bahwa dia tidak memenuhi syarat untuk memanggil dirinya
sebagai bagian dari grup penyelesaian, bahwa dia memiliki hak untuk berdiri di
samping Kirito. Tapi, ketika dia menderita dari perasaan ini, dia mendengar
suara. Hanya kau, aku ingin mengantarmu sampai di dunia nyata tidak
peduli apapun yang terjadi.
Pada
saat itu, sebuah perasaan kuat mengalir di dalam Asuna. Berikutnya aku
akan melindungimu dengan kedua tanganku. Tidak, tidak hanya berikutnya tapi
setiap saat. Tidak peduli di dunia manapun dia berada.
Asuna
samar-samar dapat mengingat tangannya, yang tidak merasakan apapun selain dari
hawa dingin di udara meskipun memegang tangan Kirito, pada saat itu, menjadi
hangat seolah-olah mereka duduk di dekat api unggun. Setelah kastil melayang
itu terjatuh, berpetualang pada dunia peri, dan kembali ke dunia nyata, ketika
dia memegang tangannya, dia masih dapat mengingat perasaan hangat di tangannya
di saat itu.
Sungguh,
suhu tubuh manusia adalah sesuatu yang aneh. Bahkan meskipun dia tahu bahwa
panas yang dihasilkan berasal dari energi untuk menjaga tubuh, pertukaran
kehangatan dari tangan mereka terasa seperti itu memiliki sejumlah informasi.
Karena, Asuna dapat mengerti Kazuto, orang yang berjalan dan sementara terdiam
sampai sekarang, memiliki sesuatu yang ragu-ragu untuk dikatakan.
'Jiwa
manusia adalah kuanta cahaya yang berada di dalam unsur struktur microscopic di
sel otak mereka masing-masing' adalah sesuatu yang Kazuto telah katakan. Tapi,
cahaya itu tidak hanya berada di sel otak, tapi juga di semua sel di dalam
tubuh. Medan kuantum, yang menyusun partikel cahaya dan membuat wujud manusia,
telah terhubung melalui tangan mereka. Mungkin itulah bagaimana kehangatan itu
dapat dirasakan di tangan Asuna.
Asuna
menutup kelopak matanya dengan lembut, sebelum membisikkan sesuatu
dipikirannya.
——Lihat ini, akan baik-baik saja, Kirito. Aku akan selalu
menjagamu. Itu karena kita adalah pasangan terhebat dan saling membantu.
Kazuto
tiba-tiba berhenti, membuat Asuna juga melambatkan langkahnya. Matanya terbuka
lebar, Ini sudah jam tujuh? Saat lampu di jalan antik mengeluarkan cahaya orange
di atas kepala.
Di
sore hari setelah hujan, tidak ada seorangpun yang terlihat di jalan selain
dari mereka berdua. Kazuto perlahan menggerakkan kepalanya, mata hitamnya
melihat ke arah Asuna.
"Asuna....."
Seolah-olah
dia menepis keraguannya, dia mengambil langkah ke depan——
"......Aku
masih berpikir untuk pergi."
Asuna,
yang mengerti alasan dari perhatiaannya, tersenyum saat dia bertanya.
"Amerika?"
"Ya.
Aku menghabiskan waktu setahun untuk meneliti, dan aku berpikir penelitian
«Brain Implant Chip» di universitas Santa Clara benar-benar penerus teknologi
FullDive. Brain Machine Interface mungkin menuju perubahan. Aku benar-benar
ingin melihatnya, dimana dunia selanjutnya akan ada”.
Asuna
melihat langsung pada mata Kazuto sebelum memperlihatkan anggukannya.
"Tidak
hanya ingatan menyenangkan, tapi juga ingatan sedih dan menyakitkan juga.
Tujuannya, adalah kastil itu, kau ingin mengetahui tentang itu, bukan?"
"......Aku
bahkan tidak yakin seribu tahun adalah waktu yang cukup untuk memahami hal
itu."
Kazuto
tersenyum samar-samar dan menjadi terdiam.
Itu benar-benar sulit untuk berbicara tentang perpisahan itu adalah pemikiran Asuna. Tanpa menghapus
senyumnya, dia mencoba untuk mengatakan jawaban yang disimpan di dalam hatinya—tapi
sebelum dia dapat melakukan itu, Kazuto membuat ekspresi yang sama ketika dia
di Aincrad dan ekspresi yang sama ketika dia mengajukan pernikahan padanya-saat
dia mengatakannya dalam keadaan gugup.
"Karena
itu......Aku ingin kau pergi bersamaku, Asuna. Aku tidak ingin hidup tanpamu.
Aku tahu apa aku mengatakan sesuatu yang tidak beralasan. Aku tahu bahwa Asuna
memiliki jalan sendiri. Tapi, bahkan meskipun begitu aku......"
Pada
saat itu, dia menghentikan perkataanya seolah-olah dia dalam keadaan bingung.
Mata Asuna terbuka lebar dan dia bersuara tertawa dan pelan.
"Eh......?"
"M......Maaf
aku tertawa. Tapi......mungkin itu adalah apa yang membuat Kirito-kun
bermasalah sampai sekarang?"
"Y-Ya."
"Apaaa...
Jika itu tentang jawabanku. Aku telah memutuskannya semenjak waktu yang
lalu."
Tangan
kirinya menggenggam erat tangan kanannya, yang masih memegang tangan Kazuto.
Setelah mengangguk dengan dalam, dia memberitahunya.
"Tentu
saja, Aku akan pergi...Kita akan pergi bersama. Jika bersamamu. Aku dapat pergi
ke manapun."
Mata
Kazuto terbuka lebar saat dia mengedipkan matanya beberapa kali, dan lalu
senyuman cerah terlihat di wajahnya. Di saat yang sama, dia menaruh tangan
kanannya di bahu Asuna.
Asuna
merespon dengan memeluk erat Kazuto dengan kedua tangannya.
Saat
mulut mereka bertemu, perasaan dingin segera pergi dari mulut mereka, diganti
oleh perasaan hangat, Asuna sekali lagi merasakan pertukaran informasi, melalui
cahaya yang tidak terbatas yang terdiri dari jiwa mereka satu sama lain. Bahkan
di masa depan, tidak peduli di dunia mana, tidak peduli berapa lama kita akan
pergi, hati kita tidak akan terpisahkan, aku yakin tentang hal itu.
Tidak, hati kita sebenarnya terikat dari dahulu. Di langit yang
telah jatuh Aincrad, ketika itu menghilang saat dibungkus oleh pelangi aurora
—— atau bahkan mungkin jauh sebelum itu, hari di mana saat kita bertemu di
dugeon gelap, sebagai seorang solo player yang kesepian.
"Bagaimanapun
juga."
Beberapa
menit kemudian, saat mereka berjalan di atas jalan sambil bergandengan tangan,
Asuna menanyakan pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepalanya.
"Jadi
kau berpikir Soul Translator yang teliti bukanlah penerus dari teknologi
FullDive? Brain Chip yang bersatu dengan sel otak pada tingkatan yang sama dengan
Nerve Gear, tapi STL jauh lebih dari itu, dan menggunakan level kuantum,
bukan?"
"Hmmm......"
Kazuto
dengan perlahan mendorong batu menggunakan ujung metal dari payung di tangan
lainnya saat dia menjawab.
".....Desain
konsepnya sudah pasti jauh lebih maju dibandingkan dengan Brain Chip. Tapi
bagaimana mengatakannya...... mungkin itu terlalu canggih. Agar dapat membuat
mesin itu, dapat digunakan di pasaran, itu tidak akan hanya membutuhkan waktu
beberapa tahun, tetapi membutuhkan beberapa dekade untuk itu. Aku memiliki
perasaan STL bukanlah mesin yang dibuat manusia untuk Full Dive menuju dunia
virtual dengan ......"
"Ehh……?
Lalu itu untuk apa?"
"Mungkin
itu mesin untuk memahami pikiran manusia...... the Fluctlight."
"Hmm....."
Jadi maksudmu STL bukanlah tujuannya tapi metodenya? Saat Asuna memikirkan apa pengertian
jiwa manusia yang dia pikirkan, Kazuto melanjutkan berbicara kepada Asuna.
"Di
samping itu. Aku berpikir STL adalah...... bagian dari ide Heathcliff. Orang
itu, punya alasan tertentu dia membuat Nerve Gear, dia mengorbankan ribuan
orang, membakar otaknya sendiri, dan lebih dari itu, dia bahkan menyebarkan
«The Seed» ke seluruh dunia...... Tapi aku tidak tahu bahkan jika dia memiliki
tujuan dari semenjak pertama, tapi aku merasakan kehadirannya melayang di suatu
tempat di Soul Translator. Bahkan meskipun aku ingin tahu apa yang dia
inginkan, aku tidak ingin ini berefek pada tujuanku. Aku tidak ingin merasa
seperti aku berjalan di atas tangannya"
Sebuah
wajah dari seseorang muncul di dalam otak Asuna dengan sekejap, dan ia mengangguk.
".....Aku
mengerti......Hei, kesadaran Ketua Guild, pikiran programnya masih ada di suatu
tempat di server, bukan? Seperti yang Kirito-kun katakan sebelumnya."
"Yeah,
tapi hanya sekali. Mesin yang digunakan orang itu untuk bunuh diri adalah
original prototype dari STL. Agar dapat membaca Fluctlight, diperlukan
high-powered beam yang cukup untuk membakar sel otak. Mungkin, dia telah
menderita lebih lama dan rasa sakit yang lebih panjang...... Untuk tujuan
membuat dirinya yang lain, aku tidak berpikir bahwa ini tidak berhubungan RATH
dengan STL sekarang. Mungkin sesuatu di hatiku masih berpikir......Bahwa aku
ingin melihat suatu jenis resolusi, yang membuatku menerima permintaan
Kikuoka......"
Pada
saat dia mengatakan itu, pandangan Kazuto berbalik menuju langit yang
menghilang oleh senja yang berwarna orange kemerahan. Saat dia melihat wajahnya
untuk sesaat, Asuna memegang tangannya dengan kuat, sebelum membisikkan.
"......Berjanjilah,
cukup satu hal. Jangan melakukan sesuatu yang berbahaya lagi."
Kazuto,
yang berbalik padanya, tersenyum dan mengangguk.
"Tentu
saja, Aku janji. Aku akan pergi ke Amerika dengan Asuna musim panas mendatang
bagaimanapun juga."
"Sebelum
itu, kau seharusnya menghawatirkan tentang peelajaran agar dapat mendapat nilai
bagus di Ujian Scholastic Assessment?"
"Uuu....."
Kazuto
kehilangan katanya untuk sesaat, sebelum dia perlahan terbatuk dan mengubah
topik,
"Bagaimanapun
juga, aku harus secara pantas menyapa keluarga Asuna terlebih dahulu. Aku telah
bertukar email dengan Shouzoushi-shi dari waktu ke waktu, namun ingatan ibumu
terhadap aku cukup buruk....."
"Tidak
masalah, akhir-akhir ini ingatannya menjadi sedikit membaik. Ah, ya......Kenapa
tidak pergi sekarang saja?"
"Ehh!?
T-tidak......Mungkin lebih baik pergi setelah ujian akhir saja, yah."
"Benarkah..."
Mereka
telah sampai di taman di dekat rumah Asuna saat mereka berbicara, Ini adalah
dimana Kazuto biasanya mengatakan perpisahan sebelum melepas Asuna. Asuna
berhenti saat dia merasa berat hati sebelum berbalik. Dia melihat wajah Kazuto,
dan pandangannya juga sama dengannya.
Jarak
di antara mereka hanya kurang dari lima puluh sentimeter. Tiba-tiba, langkah
berat yang dapat didengar dari belakang, dan secara refleks Asuna melangkah ke
belakang.
Saat
dia memutar kepala, sesosok manusia muncul berlari dari arah jalan pertigaan .
Orang itu adalah seorang pria pendek memakai pakaian hitam. Pandangannya
terhenti pada Asuna dan Kirito sebelum mengatakan "Permisi," dengan
suara keras.
"Erm,
apa kau tahu dimana stasiun berada?"
Pria
muda itu merendahkan wajahnya saat dia bertanya, Asuna menunjuk barat dengan
tangan kirinya.
"Ikuti
jalan ini sebentar, dan belok kiri ketika lampu lalu lintas
pertama......lalu..."
Tiba-tiba,
Kazuto, yang ada di belakangnya, secara paksa menarik bahu Asuna. Lalu dia
melangkah ke depan sambil melindungi Asuna dibelakangnya.
"A-Apaa......"
"Kau....yang
mengikuti kita dari Dicey Café bukan? Siapa kau?"
Dengan
nada tajam, Kazuto mengatakan sesuatu yang bahkan Asuna tidak sadari. Dia lalu
menarik nafas sambil melihat wajah orang itu sekali lagi.
Dia
memiliki rambut panjang tidak rata dan kusut. Garis pipinya yang kurus secara
keseluruhan di tutupi oleh janggut. Di telinganya terdapat anting perak, dan di
lehernya juga ada kalung perak. Dia memakai kemeja hitam yang memiliki warna
yang sama dengan celananya. Sebuah rantai besi tergantung di pinggangnya
membuat suara gemerincing. Kakinya memakai sepatu boot denga tali panjang yang
terlihat berat di musim ini, dan secara keseluruhan dia memberikan kesan lusuh.
Mata
sipitnya terlihat dari rambut berantakan dari dahinya, seolah-olah dia sedang
tersenyum. Orang itu mengerutkan dahinya dan memiringkan kepalanya seolah-olah
dia tidak mengerti apa yang Kazuto katakan—— lalu tiba-tiba, mata kecilnya
bercahaya dengan sinar yang menakutkan.
"......Jadi
serangan mendadak tidak bekerja, huh."
Dengan
ujung mulutnya dengan erat , Asuna tidak tahu jika dia tersenyum atau jengkel.
"Sebenarnya
siapa kau?"
Kazuto
mengulang pertanyaannya. Pria itu mengangkat bahunya, dan menggelengkan kepalnya
dua kali, tiga kali, sebelum dia menghela nafas panjang.
"Hei,
hei, bukan begitu, Kirito-san. Apa kau melupakan wajahku...... oh, disana aku
memakai topeng, bukan? Tapi...Aku tidak pernah melupakan tentangmu meskipun
untuk satu hari."
"Kau......"
Ketegangan
muncul di punggung Kazuto. Dia menarik kembali tangan kanannya saat dia
merendahkan pinggangnya.
"——«Johnny
Black»!"
Dengan
teriakan pelan, tangan kanan Kazuto begerak cepat seperti cahaya dan memegang
udara di punggungnya. Itu pernah sekali menjadi tempat pedang kesayangan «Black
Swordsman» yakni «Elucidator».
"Bu...
Ku... Kuhahahahahaha! Tidak ada pedang saat itu!!"
Orang
yang dipanggil Johnny Black memutar bagian atas tubuhnya saat dia tertawa
keras. Kazuto menurunkan tangan kanannya di saat seluruh tubuhnya tetap tegang.
Asuna
tahu nama itu. Itu adalah nama yang aktif sebagai pembunuh di Aincrad, seorang
yang terkenal bahkan di antara pemain merah. Berasal dari guild PK «Laughing
Coffin» dan menjadi duo dengan «Red-eyed XaXa», yang membutuhkan lebih dari
sepuluh orang untuk menangkapnya.
........XaXa.
Dia pernah mendengar nama itu setengah tahun yang lalu. Orang yang dibalik
insiden buruk «Death Gun Incident».
Dia
mendengar itu setelah XaXa sendiri, Shinkawa Shouichi telah ditahan bersama
adik mudanya, tapi meninggalkan rekannya saat pelarian. Orang ketiga, yang dia
pikir telah tertangkap lebih dulu, namanya mungkin Kanemoto......dengan kata
lain, seseorang yang didepannya adalah————
"Kau......
melarikan diri?"
Kazuto
berkata dengan suara serak. Johnny Black, Kanemoto tersenyum sambil mengulurkan
kedua jari telunjuknya.
"Te——tentu
saja. Kau pikir aku akan menyerah setelah ditangkap? XaXa aku adalah anggota
terakhir Laughing Coffin. Aku menemukan kedai kopi itu lima bulan lalu, dan aku
telah mengawasimu hampir selama sebulan.....setiap hari dipenuhi dengan
kebencian—"
Saat dia berbicara, Kanemoto memiringkan kepalanya ke kiri dan
ke kanan.
"Tapi, Kirito-san, tanpa pedang......kau hanya seseorang
yang terlihat lemah, bukan? Bahkan meskipun wajahmu masih sama, itu sangat
sulit untuk berpikir bahwa kau adalah Swordsman-sama yang telah mengalahkanku
dengan sangat memalukan."
"Itu juga berlaku untukmy......Apa yang dapat kau lakukan
tanpa senjata beracun kebanggaanmu?"
"Hei, itu sangat tidak profesional untuk menilai senjata
dari penampilannya."
Kanemoto menggerakkan tangan kanannya di belakang punggungnya
dengan sangat cepat, dan menarik keluar sesuatu dari bajunya.
Itu adalah benda asing. Dari cylinder yang terbuat dari plastic
halus, ada gagang kuat yang seperti mainan. Asuna berpikir itu hanya pistol air
untuk sesaat, tapi dia menarik nafas saat dia melihat Kazuto menjadi sangat
kaku. Kebingungannya berubah menjadi ketakutan saat Kazuto bersuara.
"Itu...... the «Death Gun»......!"
Tangan kananya menuju ke belakang, menyuruh Asuna untuk mundur.
Di saat yang sama, dia mengarahkan ujung payung di tangan kirinya ke arah
Kanemoto.
Satu langkah, dua langkah, saat dia tanpa sadar mundur ke
belakang, mata Asuna masih fokus pada «Pistol» plastik. Itu bukan hanya pistol
air, tapi suntikan menggunakan gas bertekanan tinggi, di dalamnya ada bahan
kimia mengerikan yang dapat menghentikan jantung.
"Aku punya—, aku punya senjata beracun— Aku meminta maaf
karena ini bukan pisau—"
Saat dia mengeluarkan jarumnya, yang satu-satunya bagian yang
terbuat dari metal, Kanemoto membuat suara seperti tertawa. Kazuto memegang
payungnya dengan kedua tangan sementara dengan hati-hati memperhatikan
Kanemoto, lalu sambil bersuara pelan.
"Asuna, larilah! Panggil seseorang untuk membantu!"
Setelah beberapa saat dalam keraguan, Asuna mengangguk, lalu
berputar dan mulai berlari. Dari belakang, suara Kanemoto dapat didengar.
"Oi, «The Flash»! Pastikan semua orang tahu.....bahwa orang
yang mengambil hidup dari «Black Swordsman» adalah Johnny Black!"
Bell dari rumah terdekat sekitar tiga puluh meter.
"Seseorang......tolong!!"
Saat dia berlari sambil memanggil dengan suara paling
keras. Bukankah salah untuk meninggalakan Kazuto dan berlari? .....
Jika kita bekerja sama, bukankah kita dapat menghentikan senjata itu? Dia
melewati separuh jalan dan saat dia berpikir seperti itu, pada saat itu, sebuah
suara terdengar di telinganya.
Seperti ketika tutup dari minuman bersoda terbuka, atau cat
semprot yang digunakan, sebuah suara tajam terdengar. Tapi, dia segera mengerti
maksudnya pada saat itu juga, Asuna menahan rasa takutnya, menghentikan
langkahnya, terhuyung, dan menahan tangannya di batu basah.
Asuna perlahan menengok dan melihat melalui bagian atas bahunya.
Sebuah kejadian mengerikan terlihat di pandangannya.
Poros dari payung di tangan kiri Kazuto menusuk pada bagian
bawah paha kanan Kanemoto.
Dan suntikan di tangan Kanemoto ditusuk pada bahu kiri Kazuto.
Secara bersamaan, tubuh mereka terpisah satu sama lain, sebelum
terjatuh dengan keras di jalan.
Beberapa menit kemudian setelah kejadian itu terasa tidak nyata, itu seperti dia melihat film hitam putih.
Dia berlari menuju tubuh Kazuto yang tidak bergerak. Dia menarik
Kazuto dari Kanemoto, yang memegang kakinya dengan kesakitan,
"Bertahanlah," dia memanggilnya saat dia mengambil terminal mobile
dari sakunya dan membukanya.
Dia tidak dapat merasakan apapun di jarinya, seolah-olah itu
telah membeku. Ujung jarinya yang kaku mengoperasikan layar sentuh, dan dia
melaporkan lokasi dan situasi pada operator dari pusat bantuan darurat, dengan
terengah-engah dan kehabisan nafas.
Banyak penonton yang penasaran bermunculan. Lalu, seorang polisi
muncul dari kerumunan. Asuna hanya dengan singkat menjawab pertanyaan saat dia
dengan erat memeluk Kazuto.
Pernafasan Kazuto menjadi lambat dan pelan. Di bawah rasa
sakitnya, dia membisikkan dua kata pendek. "Maaf, Asuna."
Beberapa menit kemudian yang terasa seperti keajaiban. Kazuto
dibawa oleh satu dari dua mobil ambulans yang telah tiba, dan Asuna juga berada
di mobil yang sama.
Saat Kazuto terbaring tidak sadarkan diri di tandu, seorang
paramedis menggerakkan wajahnya di dekat wajah Kazuto untuk mengecek
pernafasannya, lalu memanggil paramedis yang lain.
"Respiratory gagal! Berikan aku tas darurat!"
Untuk membantu pernafasan dengan cepat, mulut dan hidung Kazuto
ditutupi oleh masker transparan.
Asuna entah bagaimana berhasil untuk menahan dorongannya tidak
berteriak melalui tenggorokannya, saat dia menginformasikan pada paramedis nama
bahan kimia yang secara ajaib dapat dia ingat.
"Erm, s-succinylcholine......dia telah disuntik dengan obat
itu. Di bahu kirinya."
Paramedis itu melihat dia dengan takjub untuk sesaat, lalu dia
memberi instruksi yang baru dengan cepat.
"IV suntik epinephrine......tidak, gunakkan atropine! Buatlah
menjadi IV!
Sebuah jarum transfusi ditusuk di tangan kiri Kazuto, di bagian
bajunya yang terkoyak. Mesin elektroda dari ECG monitor di taruh di dadanya.
Sebagai tambahan suara udara di sekitar, suara sirine memecahkan keheningan.
"Detak jantung menurun!"
"Mulailah menekan jantungnya!"
Wajah Kazuto dengan kelopak matanya tertutup, terlihat sangat
pucat di bawah panel internal LED light. "Tidak...tidak ...
Kirito-kun...Bukan sesuatu yang seperti ini..." sebuah suara kecil yang
keluar dari mulut Asuna tanpa dia sadari untuk sesaat.
"Detak jantung berhenti!"
"Teruslah menekan!"
Kirito-kun, ini bohong, bukan? Kau tidak akan meninggalkanku,
bukan? Kau mengatakan bahwa kita akan terus bersama selamanya.....bukankah kau
mengatakan itu?
Pandangan Asuna menunduk menuju terminal mobile yang ada
ditangannya.
Hati yang terlihat di monitor itu perlahan berdetak sekali lagi,
sebelum itu berhenti berdetak.
Angka monitor digital itu berubah dengan kejam dan berhenti di
nol, saat semuanya menjadi hening.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TULIS KOMENTAR