Juni 2026
Bagian 1
Sambil
meminum seteguk kopi susu yang dingin, dan menikmati bau aroma yang menenangkan
sambil secara perlahan ia meminumnya, Asada Shino mendesah panjang.
Dia
sedang melihat pemandangan yang samar-samar dari payung warna-warni yang sedang melintas melalui kaca jendela antik.
Dia tidak menyukai hujan, tapi dia duduk di kursi yang ada di kafe ini, yang
terlihat seperti lorong tempat persembunyian, dan sekali lagi melihat
pemandangan jalan basah yang tidak bisa membuatnya suasana hatinya murung.
Perabotan di dalam kafe ini tidak tersentuh teknologi sama sekali, dan aroma
nostalgia yang dikenalnya dari dapur membuatnya seperti di dalam ilusi, seperti
jatuh di perbatasan antara dunia nyata dan dunia virtual. Seolah-olah kelas di sekolah
yang baru saja selesai satu jam yang lalu merupakan peristiwa dari dunia yang
berbeda.
"Hujannya
cukup deras, bukan."
Butuh
beberapa saat sebelum ia menyadari suara berat yang berasal dari meja konter
yang tertuju padanya. Tentu saja, karena tidak ada pelanggan lainnya. Mengarahkan
tatapannya ke arah pemilik kafe au lait, yang sedang membersihkan gelas kaca
dengan hati-hati, Shino pun menjawab.
"Ya,
tentu saja sekarang kan musim hujan. Tampaknya hujan akan terus turun sampai
besok."
"Aku
sangat yakin ini perbuatan penyihir Undine."
Orang
bertubuh besar yang bermuka menyeramkan itu pun mengatakan perkataan itu dengan
wajah merah, sebelum tanpa sadar tersenyum masam.
".......Ketika
kau menceritakan lelucon, maka kau akan akan kehilangan efek lucunya jika kau
membuat wajah seperti itu, Agil-san."
"Mu......."
Begitulah
suasana di kafe dan bar, «Dicey Café» Agil yang sedang meraba dahi dan mulutnya
untuk membentuknya 'wajah lucu’, dan kelihatannya dapat membuat anak kecil
segera menangis jika melihatnya, Shino yang sedang melihatnya pun mengeluarkan
sedikit tawa. Dia kemudian dengan cepat meminum kopinya dengan menggerakan
gelas yang berisi kopi tersebut menuju mulutnya.
Bagaimana
dia harus menanggapi reaksi Shino? Tepat setelah Agil membuat wajah yang sangat
menakutkan dengan cara yang menghibur, bel pintu pun berbunyi. Pelanggan baru tersebut
berhenti melangkah saat dia baru melangkah
satu kali memasuki kafe itu dan melihat wajah pemiliknya lalu menggelengkan kepalanya
sebelum mengatakan sesuatu.
".....Hei
Agil, jika kau menyambut pelanggan dengan wajah itu setiap hari, kafe ini pasti
akan bangkrut dalam waktu dekat."
"B-Bukan
seperti itu. Ini hanyalah untuk lelucon saja."
".....Tidak,
itu juga salah."
Saat
dia menyanggah jawaban dari Agil, dia memasukkan payungnya ke dalam tong wiski
di dekat pintu sebelum melihat ke arah Shino dan mengangkat tangan kanannya.
"Otsu."
"Kau
terlambat."
Dia
meregutkan keningnya sambil menjawab, orang yang ditunggunya——Kirigaya Kazuto
menunduk sebelum minta maaf.
"Maaf,
aku belum pernah menaiki kereta dalam beberapa saat ini...."
Dia
duduk di kursi sisinya yang berlawanan dengan Shino, kemudian melepaskan
kancing kerah kemejanya sehingga membuatnya sedikit terbuka.
"Kamu
tidak naik sepeda motor hari ini?"
"Aku
tidak mau memakai sepeda motor saat hujan....Agil, satu Caffe Shakereto
untukku."
Shino
menatap Kazuto yang dengan santai memesan minuman yang terdengar asing baginya,
lehernya sangat kurus seperti avatarnya di dunia virtual, wajahnya juga tidak bisa
dibilang sehat.
"......Bukannya
kau terlalu kurus? Sebaiknya kau harus makan lebih banyak."
Shino
mengatakannya sementara merengut, tapi Kazuto hanya menggerakkan tangannya.
"Mulai
hari ini mungkin saja berat badanku akan kembali normal. Tapi dari hari Jumat
sampai Minggu, akan turun lagi....."
"Berlatih
di gunung?"
"Tidak,
tidak melakukan apapun selain tidur."
"Lalu
kenapa kamu menjadi lebih kurus?"
"Tidak
makan dan minum sama sekali."
".....Hah?
Kau bertujuan untuk mencapai pencerahan?"
Shino
memiringkan kepalanya karena ia tidak mengerti arti dari perkataannya, dan di
saat itu, suara klik-klak yang pelan terdengar dari konter. Dia melihat
pemiliki kafe itu sedang mengocok shaker perak dengan gerakan tangan yang indah
yang sama sekali tidak cocok dengan tubuh besarnya——tapi mengatakannya dengan jelas
seperti itu tentu saja tidaklah sopan. Saat Shino melihatnya sambil
memikirkannya, Agil dengan lembut menuangkan isi dari shaker itu ke dalam gelas
coupe yang besar, sebelum meletakkannya ke atas nampan dan membawanya.
Gelas
kaca yang ditaruh di depan Kazuto berisi cairan cokelat muda dengan busa
cokelat lembut yang berada di atasnya.
"Ini
adalah sebuah Caffe......Apakah ini sesuatu yang kau pesan untuk
sekarang?"
Shino
bertanya, namun Kazuto kemudian menggeser gelas kaca tersebut dengan ujung
jarinya. 'Itadakimasu,' dia mengangkat gelas tersebut sambil mengatakan hal
itu, dan menaruhnya ke dalam mulutnya. Tekstur dari busa tebal dari krim lembut
, rasa dingin yang menenangkan, dan aroma kopi yang keluar, setelah meminumnya,
serta rasa manis yang sangat enak setelah meminumnya. Sangat berbeda dengan au
lait dingin kaleng yang biasa dia beli di mesin penjual di sekolah.
"..............Rasanya
sangat enak."
Sambil
Shino bergumam, Agil membuat tampang puas sebelum memukul bagian atas lengannya.
"Tanpa
lengan bartender yang fantastis ini, kopi tersebut tidak akan memiliki krim
seperti itu."
"Tidak
bisakah kau berhenti membanggakan kemampuanmu bahkan semenjak kembali ke dunia
nyata, huh. Kesampingkan dulu hal itu, Agil, aroma apa ini?"
Kazuto
bertanya saat aroma itu tercium oleh hidungnya, pemiliki kafe itu berdeham dan
menjawab.
"Kacang
panggang bergaya Boston. Yang dibuat dari tangan kuat ini....."
"Heh——,
masakan dari kampung halaman istrimu, huh? Kalau begitu aku akan memesannya."
Agil,
yang perkataannya terpotong, berjalan pergi dengan dengan bibirnya membentuk へ, Kazuto mengambil
gelas kaca yang berada di depan Shino, kemudian meminumnya. Setelah
menghembuskan nafasnya, dia memperbaiki posisinya yang ada di kursi, sebelum
melihat lurus ke depan.
"...............Bagaimana
dia sekarang?"
Dia
mengerti maksud dari pertanyaan yang tiba-tiba tersebut. Namun, Shino tidak
langsung menjawabnya, dia mengambil gelas dari tangan Kazuto lagi, kali ini dia
meminumnya lebih banyak. Saat krim lembutnya mengalir di tenggorokannya, aroma
yang harum masuk ke dalam hidungnya. Rangsangan tadi menghubungkan bagian
pikiran di pikirannya, dan mengubahnya menjadi kalimat pendek.
"Ya.....
Dia kelihatannya sudah cukup tenang."
Setengah
tahun lalu, di tahun 2025, terjadi insiden «Death Gun».
Salah
satu dari tiga pelakunya adalah teman dari Shino,yaitu Sinkawa Kyouji, telah
menerima pengecualian setelah masa percobaan yang panjang untuk kasus anak
remaja, dan sekarang dia dipindahkan untuk ditempatkan di tempat rehabilitasi
remaja bulan lalu.
Selama
masa percobaan, dia tetap bersikeras untuk diam, bahkan pemeriksaan kejiwaan
yang dilakukan psikiater ahli tidak dapat membuatnya bicara, tetapi, di suatu
hari setelah enam bulan sejak kejadian tersebut, dia mulai setuju untuk
menjawab sedikit-sedikit pertanyaan dari psikiater. Shino samar-samar bisa
menebak alasannya. Enam bulan——lebih tepatnya seratus delapan puluh hari,
adalah periode sewa pembayaran yang tidak terbayar dalam game VRMMO «Gun Gale
Online». Setelah periode waktu itu telah habis, diri lain dari Shinkawa Kyouji,
atau dapat dikatakan diri sejati dari «Spiegel» akan menghilang dari server
GGO, yang menyebabkan Kyouji harus bersiap untuk menerima kenyataan.
"Aku
berencana untuk mengunjunginya setelah dia sudah memperbaiki dirinya sedikit.
Aku pikir kali ini dia akan mengizinkanku untuk menemuinya."
"Aku
mengerti."
Saat
ia memberikan respon singkat pada jawaban Shino, Kazuto melihat ke arah hujan.
Setelah beberapa detik terdiam, Shino sengaja memecah keheningan dengan
memasang ekspresi wajah tidak puas.
"——Hei,
bukannya pada saat ini, kau seharusnya menanyakan apa aku baik-baik saja, bukan?"
"Eh,
ah, B-Baiklah, ——Erm, lalu bagaimana keadaan Sinon?"
Setelah
sukses membuat Kazuto panik, Shino tersenyum saat dia merasakan perasaan puas.
"Aku
sudah menyaksikan semua koleksi dari film action lama yang kau pinjamkan.
Adegan yang paling aku suka adalah adegan laki-laki yang menghindari peluru
dengan menggelinding menuju tempat berlindung. Jika kau ingin kembali ke GGO,
aku akan menunjukkannya di waktu pertemuan latihan berikutnya."
"B-Begitukah?
Maka itu sangat bagus......Tolong agar lebih lembut....."
Pada
senyuman sedikit kebingungan di wajah Kazuto, Shino menahan tawanya.
Ketakutan
pada senjata yang diderita Shino selama lebih dari lima tahun, bahkan sampai saat
ini masih belum bisa dianggap benar-benar menghilang sepenuhnya. Meskipun dia tampaknya
menyukai melihat film aksi yang menggunakan pistol, itu masih akan membuat
jatungnya berdetak ketika dia tanpa sengaja melihat senjata api di poster yang
ada di sudut kota, atau di jendela toko mainan. Ketika dia berpikir tentang hal
itu sekarang, tampaknya itu hanya reaksi kaget biasa. Karena dia tidak bisa memastikan
tidak akan bertemu seorang penjahat yang memiliki senjata api di dunia nyata
suatu hari nanti.
Selain
itu, Shino berpikir hilangnya reaksi terhadap tekanan saat ia melihat gambar
dan foto senjata api, seperti pingsan atau muntah, sudah lebih dari cukup. Dia
juga tidak lagi merasa terasing di sekolah. Dia sekarang sudah bisa makan siang
dengan beberapa temannya. Namun, itu menempatkan Shino pada situasi yang rumit
saat topik yang mereka bicarakan mengenai anak laki-laki yang menunggunya di
depan gerbang sekolah untuk menjemputnya dengan sepeda motor.
Saat
Shino tanpa sadar memikirkan hal itu, Kazuto sadar ekspresi ringan, dan
mengangguk.
"Kalau
begitu, semua insiden mengenai Death Gun sudah selasai, bukan?"
"Ya......Itu....Benar."
Shino
juga perlahan mengangguk, sebelum menutup mulutnya. Ada sesuatu, dia
kelihatannya sedang mengingatnya sesuatu dari ujung pikirannya dan mencoba
menarik itu keluar, tapi sebelum dia dapat melakukan itu, penjaga kafe itu
datang dari dapur sebelum meletakkan dua piring panas di meja.
Pemandangan
dari kacang merah yang berwarna merah mengkilap dengan potongan daging yang
ditaruh di bagian tengah membuat suara lapar dari perutnya, yang sudah memakan
makan siang. Shino mengambil sendok seolah-olah dia tertarik pada itu. Pada
saat itu juga, dia kembali sadar dan dengan cepat menarik tangannya sebelum
mengatakan.
"Ah,
A-Aku tidak memesan ini."
Lalu,
ekspresi nakal samar-samar terlihat dari wajah kasar dari pemiliki kafe
berbadan besar itu.
"Tidak
apa-apa, itu adalah traktiran....dari Kirito."
Pada
saat Kazuto yang mendengarnya membuka lebar mulutnya untuk memprotes, pemilik
kafe tersebut sudah kembali ke konter dengan tenang. Saat Shino mencoba untuk
menahan tawanya, dia mengambil sendok lagi sebelum sedikit melambaikannya pada
Kazuto.
"Terima
kasih atas traktirannya."
"......Ya,
tidak apa-apa. Aku baru saja menyelesaikan pekerjaan sampinganku, jadi dompetku
masih penuh bagaimanapun juga."
"Heh,
jadi kau mengambil kerja sampingan? Pekerjaan apa itu?"
"Suatu
hal yang kukatakan sebelumnya tentang tidak makan dan minum selama tiga hari.
Sebenarnya, kita dapat berbicara tentang itu setelah menyelesaikan topik utama
kita hari ini selesai. Untuk sekarang mari kita makan selama itu masih
hangat."
Kazuto
mengambil botol kecil mustard dan menuangkannya secara banyak di pinggiran
piring sebelum memberikannya pada Shino. Shino juga melakukan hal yang sama
lalu menggunakan sendok untuk mengambil kacang merah pada mulutnya.
Rasa
khas dan sederhana dari masakan barat yang dapat terasa dari kacang merahnya,
yang sangat lembut bahkan sampai ke bagian dalam dan melepaskan rasa yang
sangat manis. Daging tebal yang tidak berlemak, yang terpotong kecil di dalam
mulutnya.
"Ini
juga.....Sangat enak."
Saat
dia mengatakannya, dia melihat ke arah Kazuto yang sedang makan dengan cepat
sebelum bertanya.
"Dia
mengatakan ini gaya Boston bukan? Bumbu jenis apa yang dipakai?"
"Hmmm.... Aku melupakan namanya tapi, kelihatannya seperti
sirup yang dibuat secara kasar. Apa namanya, Agil?"
Pemilik kafe itu, yang pergi kembali untuk menggosok gelas,
menatap pada mereka dengan wajahnya terangkat sebelum menjawab.
"Molasses."
"Yeah, itu dia."
"Heh.... untuk masakan Amerika, aku berpikir kau hanya tahu
hamburger dan ayam goreng."
Bagian terakhir dari perkataannya diubah menjadi bisikan, Kazuto
memperlihatkan senyuman masam.
"Itu hanya prasangka. Aku juga banyak berbicara dengan pria
baik yang ada di sana."
"Ya, pastinya. Beberapa hari yang lalu, aku sedang berbicara
dengan perempuan dari Seattle di server internasional GGO selama tiga jam. Ah―,
tapi.... hanya dia yang tidak bisa kumengerti....."
"Dia?"
Kazuto, yang sudah menghabiskan lebih dari setengah makanan di
piringnya, mengulangi kata tersebut sementara masih mengunyah.
"Itu adalah topik hari ini bagaimanapun juga. Kau tahu
tentang turnamen final individual Bullet of Bullet keempat minggu kemarin,
bukan?"
Disingkat sebagai «BoB», itu adalah nama untuk turnamen battle
royale untuk menentukan siapa yang terkuat di Gun Gale Online, Kazuto langsung
mengangguk.
"Yeah, aku melihat siaran langsung dengan semua orang. Oh,
aku belum mengucapkan selamat kepadamu. ......Sebenarnya, ini mungkin hasil
yang sedikit mengecawakan Sinon. Bagaimanapun juga, selamat karena menjadi
juara kedua."
"T.....Terima kasih."
Dia memperlihatkan wajah serius sementara mengatakan itu untuk
menutupi perasaan malunya, lalu dengan cepat melanjutkannya.
"Kalau kamu sudah melihatnya siaran langsungnya maka ini
akan jadi lebih cepat. Bahkan meskipun pemenangnya adalah player dengan nama
«Satrizer»......Dia, ini adalah kedua kalinya dia menjadi pemenang."
Kazuto yang mendengarnya berkedip beberpa kali, dan kesadarannya
kelihatannya mengikuti pandangannya menuju ke atas.
"Jika memikirkan tentang itu.... Di arena BoB ketiga yang
aku ikuti, kau memberitahu tentang player dari Amerika yang hanya menggunakan
pisau dan pistol tapi berhasil memenangkan turnamen pertama......————Eh, tapi
aku sangat yakin semenjak turnamen kedua, servernya telah dibagi menjadi US dan
JP, jadi itu tidak mungkin untuk terhubung dari Amerika, bukan?"
"Seharusnya memang seperti itu..... Sebenarnya, tidak ada
player yang mendaftar dari Amerika waktu turnamen kedua dan ketiga. Tapi di
waktu ini entah dia entah bagaimana bisa berhasil melewati pengamanannya, atau
ada koneksi dari tim manajemen.......Tapi, entah bagaimana dia diterima. Pasti
kau akan menyadari legenda «Satrizer» hanya dengan melihatnya bertarung
sekali."
"Yeah. Bahkan meskipun itu melalui layar siaran langsung,
aku menyadari bahwa Sinon bersemangat sekali."
Kazuto tersenyum pada saat mengatakan itu.Shino menjadi cemberut
sebelum menjawabnya.
"B-Bukan hanya aku.Semua ketiga puluh peserta… bukan,
karena dia tidak termasuk, semua kedua puluh sembilan peserta bersemangat juga.
Dan bahkan ada beberapa diantara mereka yang kalah dengannya di turnamen
pertama. Bahkan meskipun Amerika adalah rumah dari FPS, tetapi menerobos masuk
ke dalam babak battle royale GGO Jepang, yang berasal dari mesin «The
Seed»....namun ketika pertandingan itu terbuka....."
"Suatu pengulangan dari turnamen pertama...Bukan?"
Shino menggangguk dengan menonjol dan menekuk menjadi bentuk ヘ. Sendok di tangan
kanannya membawa satu potongan daging tebal yang terakhir ke mulutnya,
menikmati rasa yang sederhana namun dipenuhi dengan dari makanan itu membuatnya
mengatur ulang pikirannya, dan ingatan tentang kejadian minggu lalu terlintas
kembali.
"…Bahkan meskipun hasilnya seperti itu, topik itu masih
terus menjadi pembicaraan mengenai kemenangan sempurnanya. Karena laki-laki
itu, pada awalnya, tidak memiliki senjata apapun."
"Eh…hanya dengan tangan kosong?"
"Ya. Sebenarnya, sebagai ganti dari senjata, dia memiliki
skill «Army Combative». Dia mengalahkan target pertamanya hanya dengan teknik
gulat, merampas senjata dari targetnya, lalu menggunakannya pada target
selanjutnya…Dia hanya mengulangi hal itu. Adegan dimana dia hanya menggunakan
tangan kosong untuk mengalahkan player lainnya ketika mereka sedang mereload
senjatanya tidak hanya terjadi dua ataupun tiga kali. Itu dapat dikatakan
bahwa…pertarungannya berada pada dimensi yang berbeda…."
Shino bergumam sementara mengeluarkan nafas panjang, Kazuto
melipat tangannya sebelum menggelengkan kepalanya.
"Tetapi…. Singkatnya, membangun kekuatan Satrizer
berdasarkan pada tipe serangan jarak dekat, bukan? Jika seperti itu, dia
seharusnya tidak dapat membalas serangan dari jarak menengah atau jarak jauh,
bukan? Sebaliknya, lebih dari setengah dari semua GGO player adalah pemain
bertipe seperti itu juga…"
"Kau…Kau sebenarnya melihat adegan ketika aku kalah
darinya, tidak?"
"Yeah, di ALO. Ketika Satrizer mendekati tempat
persembunyianmu dengan garis lurus dan kurang dari 3 menit jaraknya, semua
orang berteriak seperti『Bukan ke arah itu―!』atau『Sinon, di belakangmu―!』pada saat yang
bersamaan."
"Yeah, seperti itu."
Shino menghela nafas besar panjang karena kekaguman dan di saat
yang sama merasakan perasaan malu pada kejadian yang terlintas dipikirannya,
sebelum mengatakan dengan nada tenang yang dapat dia katakan.
"Aku mendengar dari sebelas orang yang telah dikalahkan
secara langsung olehnya setelah turnamen, hampir setiap orang dikalahkan dengan
metode yang sama. Dia seharusnya tidak memiliki data tentang mereka, namun dia
dapat membaca dengan jelas pergerakan mereka, saat dia menyergap mereka dalam
jarak yang benar-benar dekat, membunuh mereka tanpa memberi meraka waktu untuk
menggunakan senjata mereka. Aku tidak tahu tentang Amerika, tapi jauh sebelum
seorang bertarung dengan teknik gulat di server JP, bahkan seseorang menggunakan
pisau untuk bertarung belum pernah terjadi… "
"…Eh, aku mendengar setelah turnamen ketiga, jumlah player
yang menggunakan light saber sudah meningkat juga…"
Pada Kazuto yang samar-samar mengatakan hal itu, Shino secara
tanpa sadar memperlihatkan senyuman pahit.
"Itu… mereka hanya mencoba meniru pertunjukan
mengesankanmu. Memang benar bahwa di awal tahun, ada beberapa player yang
mencoba berlatih untuk memotong peluru dengan light saber, tapi kelihatannya
tidak ada satupun yang benar-benar dapat melakukannya dengan sempurna."
——Bahkan meskipun dia berkata seolah-olah itu tentang orang
lain, Shino sendiri juga telah membeli light saber berukuran kecil dan berlatih
secara rahasia dengan mob tentara juga. Sebagai hasil dari perjuangan satu
bulannya, selain tembakan pertama dari assault riffle yang cepat, dia masih
belum bisa mencapai level yang dibutuhkan untuk mempertahankan dirinya dari
serangan peluru beruntun, dan setidaknya mampu bertahan dari tiga tembakan
beruntun, light saber itu tak bisa digunakannya di pertarungan yang sebenarnya.
Impian untuk mencapai level Kazuto, yang dapat mempertahankan dirinya dari
lebih dari 10 tembakan beruntun, tetaplah berakhir sebagai impian, dan dia pada
akhirnya menyerah. Light saber itu sekarang hanya berperan sebagai jimat di
dalam tempat penyimpannya.
Tetapi, jika saja waktu itu, dia mengeluarkannya dari tempat
penyimpanannya dan mengequipnya di pinggangnya, dia berpikir jika dia mampu
melukai Satrizer pada saat itu. Shino segera menggelengkan kepalanya. Ini
bukan saatnya untuk memikirkan itu. Segera ganti pembicaraan, kembali ke topik.
"….Bagaimanapun juga, tidak ada seorangpun JP player yang
bahkan mampu membidikkan senapan mereka padanya, lupakan menembaknya. Apa yang
benar-benar mengerikan dari Satrizer bukanlah teknik serangan jarak dekatnya,
tapi kemampuannya untuk memprediksi situasi pertempuran."
"Yeah....Aku mengerti...Tapi, apakah sesuatu seperti itu
mungkin….? Itu masih mungkin jika melawan seorang pemula, tapi orang-orang yang
berpartisipasi dalam pertempuran utama BoB adalah para veteran, kesempatan
untuk memprediksi tindakan mereka dengan ketepatan seratus persen harusnya
tidak mungkin ada…"
Pada perkataan Kazuto, yang ekspresinya dipenuhi dengan
keraguan, Shino mengangkat bahunya secara perlahan sementara menjawab.
"Dia mengalahkan lebih dari sepuluh orang dengan cara yang
sama. Jadi itu sudah tidak dapat dianggap sebagai kebetulan saja.
Sebenarnya….bahkan meskipun mereka veteran, mereka mungkin masih berada pada
pola yang sama mengenai tindakan mereka. Untuk daerah ini, mereka seharus
mengambil posisi awal, atau menggunakan rute ini untuk pergerakan mereka,
itulah hal yang mungkin menjadi celah dari teori para veteran itu." Saat
dia berbicara, Shino merasa dia terlalu terlambat menyadari sebuah fakta tertentu
dan menghela nafas pelan.
Pada waktu itu, tepat sebelum kesimpulan dari turnamen keempat
BoB.
Shino, yang merupakan orang terakhir yang melawan Satrizer,
sementara berada di sebuah sniping point
*(tempat untuk
membidik target dengan sniper) bersama Hecate II kesayangannya di atas lantai puncak dari
bangunan yang sebagian besar telah runtuh. Prediksinya adalah, dari jendela
dari lantai itu dia seharusnya dapat mengkonfirmasi posisi Satrizer, karena dia
harusnya melintasi jalan yang ada dibawahnya.
Tetapi, musuh telah membaca prediksinya dan bersembunyi di dekat
sniping pointnya di gedung yang ada di depannya. Menunggu sampai dia menyiapkan
senapannya di bipod *(tempat untuk
meletakan kamera atau senjata yang kaki penopangnya ada dua) dan berbaring dalam posisi
tiarap……mendekatinya dari belakang, seperti seekor kucing yang menyerang
mangsanya. Tetapi, Shino sebenarnya tidak ingin berada di lantai paling atas,
namun lantai yang berada di bawahnya,yang ketinggiannya masih dapat menyediakan
sudut yang cukup untuk melakukan tembakan. Alasan dia tidak melakukannya adalah
karena adanya sebuah perpustakaan di lantai bawah itu. Ingatan yang terbangun
kembali dari satu-satunya tempatnya bersantai di waktu SMP telah mengganggu
konsentrasinya. Di saat Shino menyadari bahwa dia kehilangan pikirannya untuk
sesaat, dia telah sampai di lantai paling atas. Dan di dalam bayangan lantai
itu, ada musuh yang telah menunggunya dengan sebuah serangan kejutan….
Dengan kata lain, Satrizer dapat memprediksi bahwa Shino tidak
akan berada di lantai dengan perpustakaan di dalamnya tapi dia akan
mempersiapkan posisi sniping-nya di lantai atasnya. Tetapi, alasan dia
mengganti posisi sniping point-nya bukanlah keputusan masuk akal yang diambil
seorang sniper, tapi itu adalah sebuah alasan pribadi secara keseluruhan. Bisa
membaca tindakan sniper Sinon adalah satu hal, tapi dia seharusnya tidak dapat
melihat pada Asada Shino si kutu buku di dunia nyata. Mungkinkah itu hanya
sebuah kebetulan Satrizer memutuskan untuk mengambil lokasi persembunyian di
lantai atas di bangunan yang sama? Ataukah dia melihat perpustakaan itu dan
meyakini bahwa Shino tidak akan memilih tempat itu untuk suatu alasan……?
Jika alasan kedua adalah jawabannya, dia tidak memiliki dasar
prediksinya berdasarkan data ataupun pengalaman. Tapi melalui sesuatu yang
melampaui kategori skill dalam player VRMMO game…yaitu membaca pikiran orang
lain....
"....non. Oi, Sinon."
Dengan ujung jari dari tangan kanan yang terulur dan berada di
tengah udara, Shino meringis dan mengangkat wajahnya. Saat matanya bertemu
dengan wajah cemas Kazuto, dia dengan cepat berkata.
"Ah…..M-Maaf? Sampai dimana kita bicara barusan?"
"Pola gerakan player veteran, dan teorinya."
"O-Oh. Baiklah...Yeah, untuk alasan itu…aku berpikir player
yang tidak menggunakan pola- pergerakan itu, yang tindakannya tidak berdasarkan
pada teori, seharusnya mampu untuk mengambil posisi di belakang
Satrizer...."
Dia berkata seperti dengan sikap setengah otomatis, saat dia
akhirnya memahami dasar dari alasan dia memanggil Kazuto hari ini. Dia
mengganti suasana hatinya, dan meminum air dingin dari gelas, yang dimana es di
dalamnya hampir seluruhnya telah mencair, tapi hawa dingin yang menusuk
punggungnya tidak akan hilang dengan mudah.
Ya.... Dia perlahan merangkak dan menangkap Shino dari belakang,
mengalahkannya hanya dalam waktu beberapa detik, saat Satrizer menghentikan
pernafasannya dan di berada di perbatasan dari kehilangan garis terakhir dari
HP gauge-nya, dia berbisik dengan suara pelan. Pada saat itu, dia tidak dapat
memahami arti dari bisikan dalam Bahasa Inggris, yang hampir seperti bisikan
pelan, dan sekarang kata-kata itu kembali terdengar di dalam telingannya di
saat dia memikirkan tentang hal itu.
『Your soul will be so sweet.』
Itu memiliki arti yang tidak biasa. Di dalam sebuah net game
PvP, itu akan menjadi pidato yang dikatakan seseorang di akhir pertarungan,
atau hanya sebuah ucapan selamat tinggal kasar yang dikatakan oleh banyak
player. Hanya roleplaying, hanya itu saja.
Setelah mendengarkan dirinya mengatakan itu, Shino dengan santai
membuka kembali pembicaraan mereka dengan nada gembira.
"....Jadi berbicara mengenai seseorang yang menantang
teori, «tanpa alasan-tanpa perasaan-tanpa kepedulian», bukankah hanya nama satu
orang yang akan muncul? Ini mungkin sedikit terlalu awal, tapi aku memikirkan
memesan tempat dalam BoB kelima untuk orang itu——"
Dia lalu membuat tangan kanannya menjadi bentuk sebuah pistol,
dan mengacungkannya pada Kazuto yang duduk di depannya.
"Jadi, undanganku itu untukmu."
"E….Ehhh, aku?"
Saat dia memperlihatkan senyuman kepada temannya yang terkejut,
dia memberikan pidato yang telah dipersiapkannya di waktu yang sama.
"Tentang itu, aku tidak akan mengatakan suatu hal yang
tidak beralasan seperti memintamu untuk menconvert karaktermu dari ALO ke GGO
lagi, Aku hanya meyakini bahwa kau sedikit memiliki hutang padaku. Hei, setelah
itu, apakah senjata legendaris itu nyaman untuk digunakan?"
"Uu."
Kazuto——pedang emas panjang Kirito, «Excaliber» yang dia miliki
di «ALfheim Online» adalah apa yang Shino ambil tepat sebelum pedang itu
menghilang menuju lubang tanpa dasar. Seolah-olah dia telah menghadiahkannya
item yang benar-benar langka, yang mungkin hanya ada satu di setiap server, dia
memiliki hak untuk mengatakan sesuatu sesuai keinginanya. Juga, itu akan
menarik bagi Kazuto untuk mampu bertarung melawan seorang musuh yang kuat.
Seolah-olah dia tidak ingin mengkhianati harapan Shino, Kazuto
menjelaskan suaranya sebelum berbicara.
"Aku juga memiliki perasaan untuk menginginkan bertarung melawan
Satrizer… Tapi, aku berpikir alasan utamanya adalah aku, yang merupakan pemula
dalam mengunakan senjata api, memiliki kesempatan untuk berdiri di turnamen
terakhir, karena peserta yang lain belum berpengalaman dalam pertarungan
melawan seorang pengguna pedang. Tetapi, setelah mendengarkan ceritamu hingga
sejauh ini, Satrizer kelihatannya adalah ahli pertarungan jarak dekat selain
seorang ahli menembak, bukan? Aku berpikir apakah aku punya kesempatan untuk
menang…."
"Apa maksud dari komentar lemah itu, ini sama sekali tidak
seperti dirimu. Memang benar dia kuat, tapi dia masih seorang player VRMMO,
berbicara seperti pro vs amatiran itu hanya…."
"Ya, seperti itu."
Kazuto menyandarkan punggungnya pada kursi kayu bergaya kuno
itu, dengan tangannya diletakkan di belakang kepalanya.
"Apakah Satrizer benar-benar seorang amatir…benar-benar
hanya seorang VRMMO player?"
"…Apa maksudmu? Jika dia bukan seorang player maka siapa
sebenarnya dia?"
"Seorang professional. Yang tujuannya bukan untuk bermain,
tapi untuk berlatih dalam pertarungan senjata api. Seperti seorang prajurit…
atau anggota satuan khusus kepolisian."
"Eh―!? Kau tidak dapat mengatakan sesuatu seperti
itu?"
Pada saat Shino yang memperlihatkan sebuah senyuman pahit saat
dia meyakini bahwa tadi adalah lelucon, Kazuto tetap mempertahankan ekspresi
saat dia melanjutkan.
"Aku membacanya dari situs berita jadi aku masih tidak
mengetahui detail secara keseluruhnya...tapi, kelihatannya tentara dan
kepolisian di beberapa negara, juga perusahaan pertahanan swasta dan sesuatu
seperti itu telah menerapkan teknologi FullDive ke dalam latihan mereka.
Setelah mengasah skill mereka di dalam dunia virtual, bukankah dapat kau
berpikir bahwa mungkin saja seorang yang disebut professional itu mengetes
kemampuannya dengan berpatisipasi dalam BoB?"
".....Itu, tidak mungkin ...."
Saat Shino hendak mengatakan bahwa Kazuto terlalu banyak membaca
pada itu, Dia mengingat kembali ketajaman kemampuan membaca pikiran Satrizer
dan kehalusan dari pergerakannya. Cara bertarungnya dapat dideskripsikan
sebagai sebuah mesin petarung, berpikir tentang itu, itu sudah pasti bahwa itu
melampaui level seorang gamer amatiran.
Tetapi, jika orang itu benar-benar seorang prajurit professional
atau polisi, kenapa dia membisikan kata-kata itu tepat sebelum dia mengalahkan
targetnya? Your soul will be so sweet, untuk berkata sesuatu seperti itu....dia
memang benar-benar seorang «Professional» namun daripada seorang prajurit, dia
adalah seorang pembunuh bayaran.......
Pada titik itu, Shino secara paksa menghentikan pemikirannya.
Semua dunia virtual termasuk GGO ada untuk tujuan bersenang-senang. Itu tak ada
hubungannya dengan seseorang seperti Satrizer di dunia nyata. Berikutnya, jika
dia bertemu dengannya di medan pertempuran, dia akan menembaknya hingga
tubuhnya hancur dengan kaliber lima puluh miliknya. Seolah-olah dia puas dengan
keputusannya, dia mengatakan pernyataan yang jelas.
"Tidak peduli siapapun dia, di GGO kondisi kita semua sama!
Aku tidak akan kalah pada lawan yang sama untuk kedua kalinya,a ku pasti akan
menang di waktu berikutnya, aku akan menggunakan semua metode untuk
mencapainya!"
"...«Metode» itu adalah aku, bukan?"
"Salah satu metode, lebih tepatnya."
Hah? Sementara Kazuto memperlihatkan ekspresi wajah yang seperti
mengatakan itu, Shino memperlihatkan sebuah senyuman sementara dia memberikan
penjelasan tambahan.
"Itu akan mengkhawatirkan jika kau sendirian saja melawan
seorang ahli pertarungan jarak dekat, jadi aku sebenarnya memanggil orang lain
ke sini. Tapi dia sebagian besar berperan sebagai penahan, mencegahmu untuk
tidak berlarian secara tidak teratur, dengan kata lain sebuah pengatur."
"P -Pengatur?"
Kazuto yang mengulangi kata itu, kelihatannya dapat merasakan
sesuatu dari kata itu, Gatan, kursinya mengeluarkan suara seperti itu saat dia
memperbaiki posisi duduknya. Dia lalu mengeluarkan sebuah mobile terminal tipis
dari sakunya, menggerakkan jarinya di atas layarnya. Dia lalu mengangkat
wajahnya dan mengatakan sesuatu pada Shino dengan senyuman pahit.
"Aku mengerti."
"…Apa yang kau lihat?"
Kali ini Shino memiringkan kepalanya. Kazuto lalu menaruh
terminal tadi di atas meja, dan menyorongkannya secara perlahan pada Shino.
Melihat pada monitor empat inci dengan ketepatan yang tinggi itu, dia melihat
peta area Okachimachi dengan coffee shop ini sebagai pusatnya. Ada setitik
cahaya biru yang berkedip sepanjang rute dari arah stasiun menuju toko ini.
"Apa titik biru ini?"
"Orang yang sedang Sinon tunggu akan segera datang. Sekitar
seratus meter lagi."
Itu seperti yang Kazuto katakan, titik cahaya tadi bergerak
menuju toko ini. Menyeberangi perempatan, memasuki gang, sampai di bagian
tengah peta tadi, dan pada saat itu juga.
Kararan,bel
pintu itu berbunyi, Shino mengangkat wajahnya. Seseorang yang memasuki toko itu
melipat payungnya, rambut panjang chestnutnya terurai ke bawah pada saat dia
melihat ke arah Shino. Dari sini, sebuah senyuman cerah terlihat seolah-olah
musim hujan ini telah berakhir sedikit lebih awal.
"Yaho―, Sinonon!"
Bagian 2
Untuk
nama panggilan yang tidak pernah dia sebutkan lagi selama lebih dari 5 tahun,
Shino dengan cepat berdiri sambil memberi senyuman yang lebar.
"Asuna,
halo."
Yuuki
Asuna membuat suara yang berasal dari lantai kayu ketika ia hendak berjalan di
atasnya, kedua gadis itu menggabungkan jari-jari mereka satu sama lain dalam
sebuah suasana reuni yang menyenangkan. Ketika itu mereka berdua duduk di kursi
yang berada di samping, Kazuto, yang menunjukkan ekspresi keheranan pun
bertanya.
"Kalian
berdua… kapan kalian menjadi sedekat ini?"
"Huh?
Sebulan yang lalu aku bahkan bermalam di rumah Asuna."
"A-Apa!?
aku bahkan belum pernah berkunjung ke rumahnya."
"Bukannya
Kirito-kun adalah orang yang selalu mengatakan "aku harus mempersiapkan mentalku dulu" dan melarikan
diri?"
Sementara
Asuna memberi sedikit ekpresi cemberut, Kazuto meminum Caffè Shakeratonya secara
malu-malu. Dalam keadaan ini, Asuna tidak bisa menahannya dengan tersenyum sambil
berpikir "Apa boleh buat" lalu dia melihat Agil, yang menawarinya
segelas air dingin dan handuk padanya, jadi dia segera berdiri, bangkit dari
kursinya sebelum segera membukuk memberikan permintaan maaf.
"Maaf
aku terdiam begitu lama, Agil-san."
"Selamat
datang——Hal ini benar-benar mengingatkanku waktu ketika kalian berdua menginap
di lantai dua tokoku."
"Meskipun
kau berkata begitu, tapi kami masih menumpang di tokomu di Yggdrasil City
sampai saat ini…Hmm, apa yang harus aku pesan hari ini ya…"
Seperti
Asuna, yang merupakan teman lama dari si pemilik took yang bertubuh besar ini,
melihat daftar menu yang sangat banyak, Shino mengintip lagi ke arah terminal
(layar) mobile (hp) Kirito yang berada di atas meja. Blip (titik cahaya
penunjuk) berwarna biru
itu masih tetap berada di tempatnya, yang menunjukan bahwa ia masih berada di
lokasi dari coffee shop ini.
"….
Kalau begitu, aku akan memesan Ginger Ale. Yang paling pedas."
Setelah
Asuna telah selesai memesan dan Agil pun kembali ke meja kasir, sementara Shino
berkata sambil tersenyum.
"Hei,
apakah kalian saling memonitor koordinat GPS kalian masing-masing? Tampaknya
kalian berdua memiliki hubungan yang sangat baik."
Kazuto
kemudian memberikan tatapan serius sambil melambaikan tangan kanannya dan
berkata "Tidak, tidak, tidak."
"Ini
mungkin hanya memperlihatkan koordinat secara tepat dari terminal Asuna, dan
juga itu tidak membutuhkan pengoperasian dari Asuna, tapi punyaku tidak sesederhana
itu. Asuna, perlihatkan itu padanya."
"OK."
Asuna
menggangguk dan mengeluarkan terminal mobilenya dari tas yang tergantung di
belakang kursi, sebelum menyerahkannya dalam mode layar standby kepada Shino. Ketika
dia menerimanya dan melihat, monitor yang terpasang dengan wallpaper animasi
yang manis.
Di
bagian tengah dari layar tersebut terdapat gambar hati merah muda yang terikat
dengan pita merah, yang berdetak dalam jarak waktu sekitar satu detik sekali.
Di bawah hati itu terdapat dua baris dari beberapa karakter angka, yang artinya
tidak dimengerti oleh Shino. Angka [63] di sisi kiri terlihat dengan ukuran
besar, dan angka [36.2] yang lebih kecil berada di sisi kanan. Sementara Shino
memiringkan kepalanya, angka di sisi kiri naik menjadi 64.
"Apa
itu...."
Saat
Shino hendak bertanya "Apa itu sebenarnya", Kazuto yang tampak malu
dan berkata, "Jangan menatapku seperti itu." Dan pada saat itu, Shino
akhirnya menyadari arti dari layar standby ini.
"Ehh….
Ini….mungkinkah ini….detak jantung dan suhu tubuh Kirito?"
"Itu
benar―Seperti yang diharapkan dari Sinonon, kau memiliki intuisi yang
bagus."
Asuna
berkata sambil bertepuk tangan. Setelah Shino mengalihkan pandangan matanya
diantara terminal mobile dan wajah Kazuto beberapa kali, dia menanyakan
pertanyaan pertama yang terlintas di dalam pikirannya.
"T-Tapi….
Bagaimana mekanismenya…?"
"Ada
dibawah kulitku…"
Kazuto
menyentuh pada bagian tengah dadanya dengan ibu jari kanannya. Dia kemudian
mengulurkan tangannya kearah Shino, dan membuat celah sekitar lima millimeter
dengan menggunakan kedua jarinya.
"Ini
adalah sensor implan sangat kecil. Benda ini memonitor detak jantung dan suhu
tubuh, dan mengirimkan datanya ke terminal mobileku melalui sinyal radio. Dari
itu, hampir semua informasi yang real time (waktu saat ini atau waktu
ter-update) dikirimkan ke terminal Asuna melalui jaringan."
"Ehhh,
sensor tubuh?"
Kali
ini Shino yang benar-benar terkejut, saat ia tidak bisa tidak bisa mengatakan
apapun selama 2 detik sebelum akhirnya mulai berbicara lagi.
"K-Kenapa
kau melakukan hal seperti itu… Ah, apa mungkin itu sebuah sistem pencegahan
perselingkuhan?"
"T-Tidak,
tidak!"
"Tidak—!"
Reaksi
Kazuto dan Asuna benar-benar sama saat mereka menggelengkan kepala mereka
berulang kali.
"Tidak,
saat itu ketika aku mulai bekerja paruh
waktu, mereka merekomendasikan agar aku menanamkam benda ini, karena akan jadi
sangat merepotkan untuk menempelkan elektroda setiap hari. Setelah aku
memberitahu Asuna tentang hal itu, dia mendesakku untuk mendapatkan data penting
tersebut. Dia lalu memaksaku untuk memasangkan aplikasinya, dan menginstallnya
di terminalnya."
"Itu
karena―aku tidak ingin dari suatu perusahaan yang tidak diketahui memonopoli
data kesehatan Kirito-kun. Aku pun pertamanya menolak menanamkan sesuatu yang aneh
ke dalam tubuhnya."
"Eh,
bukankah kau kelihatan senang kapanpun kamu melihat monitor itu setiap waktu
ketika kamu memiliki waktu bebas, jadi kenapa kau mengatakan hal
tersebut?"
Saat
Kazuto mengatakan hal tersebut, pipi Asuna samar-samar menjadi berwarna merah.
"Aku
merasa agak tenang ketika melihat itu. Memikirkan jantung Kirito-kun yang
sedang berdetak, seolah-olah kita sedang berjalan bersama-sama…."
"Uwa,
Asuna, itu terdengar sedikit berbahaya."
Sambil
Shino tertawa, dia melirik kearah terminal yang ada di telapak tangannya sekali
lagi. Denyut jantung itu bertambah cepat menjadi 67, sementara itu suhu
tubuhnya juga sedikit bertambah. Meskipun Kazuto membuat ekspresi polos saat
dia meminum air itu dengan cepat, data ini menunjukkan bahwa dia sebenarnya
sangat malu.
"Hahaha,
aku mengerti….Itu benar…Entah kenapa…Hal ini akan menjadi sangat menarik…."
Ketika
dia tanpa sengaja bergumam seperti itu, Shino dengan cepat mengangkat wajahnya,
dan menggelengkan kepalanya pada Kazuto dan Asuna yang berkedip karena
terkejut.
"Ah,
tidak…Itu…Aku tidak bermaksud seperti itu. Sebenarnya…G-GGO juga memiliki
sensor detak jantung, itu adalah tambahan untuk situasi pertempuran dengan
jarak penglihatan yang buruk, itu tidak memiliki penambahan yang feminim
seperti ini, itulah apa yang baru saja aku pikirkan."
Sambil
dia dengan cepat mengembalikan terminal itu ke tangan Asuna, dia melanjutkan
berbicara.
"O-Oh,
aku hampir lupa topik utama hari ini. Hmm, aku bertanya pada Asuna lewat pesan
tentang turnamen kelima di GGO, bisakah kamu ikut berpartisipasi? Mumpung kau
bisa mengkonversi karaktermu, aku sih sebenarnya juga tidak ingin memaksamu
untuk menyetujuinya melakukan hal itu."
"Ah,
tentang itu, sama sekali tidak masalah. Aku memiliki sub-account di ALO jadi
rumah dan item dapat ditinggalkan pada account itu untuk diurus."
Senyuman
bahagia Asuna dan nada yang halus membawa kembali Shino menuju keadaan
tenangnya, dia mengambil nafas dalam sebelum berkata.
"Terima
kasih, dengan bantuan Asuna, itu akan seperti memberikan sebuah pemukul besi
kepada ogre, atau memasang senapan mesin di dalam bunker. Aku berpikir kau akan
membutuhkan beberapa hari waktu untuk berlatih menggunakan photon sword untuk
mengejar waktu."
"Ya,
aku akan mengkonversi karakter sekitar satu bulan sebelum turnamen, aku akan
membutuhkanmu untuk memanduku menuju ke kota jika memang begitu."
"Tentu
saja. Makanan di GGO juga tidak bisa diabaikan. Kalau begitu….mungkin ini
sedikit terlalu awal, tapi aku akan berada dalam penjagaanmu."
Tangan
kanan Shino yang terulur ditutupi oleh jari ramping Asuna. Setelah saling
mengenggma tangan mereka satu sama lain dengan erat, Shino mengetuk permukaan
meja dengan tangannya sekali.
"Jadi,
topik utama sekarang telah mencapai kesimpulannya. Mari lihat,
berikutnya..."
Dia
berkata saat dia menatap pada wajah Kazuto, sementara dia masih mengunyah es
yang tersisa dari sisi meja yang berlawanan.
"Haruskah
kita mendengarnya secara hati-hati sekarang? Tentang pekerjaan sampinganmu yang
mencurigakan. Pekerjaan jenis apa itu? Tapi bahkan jika kita bertanya, mengenai
Kirito, kemungkinan itu akan menjadi alpha testing dari suatu jenis game VRMMO
baru."
"Sebenarnya,
itu sama sekali tidak benar, tapi itu tidak jauh dari hal itu."
Kazuto
menggangguk saat dia memperlihatkan senyuman pahit, kemudian menyentuh sensor
mikro yang tertanam di bagian atas dari jantungnya dengan ujung jarinya.
"Bagian
test player memang benar. Tapi apa yang aku test bukanlah aplikasi game, tetapi
sebuah BMIBrain Machine Interface dari FullDive sistem yang baru."
"Heh!"
Shino
terkejut, sementara pandangan matanya masih menatap pada Kazuto.
"Itu
berarti, generasi selanjutnya dari Amusphere akhirnya akan segera dirilis?
Jangan-jangan, sebagai tester untuk perusahaan milik ayah Asuna?"
"Salah,
ini tidak ada hubungannya dengan RECTO. Bagaimana aku mengatakannya….entah
bagaimana aku masih tidak mengerti gambaran keseluruhan tentangi perusahaan
itu…Itu adalah perusahaan tidak terkenal yang namanya aku belum pernah dengar
sebelumnya, dan juga perusahaan itu memiliki dana yang cukup banyak yang mampu
memenuhi anggaran pengembangannya. Mungkin ada sebuah organisasi besar yang
membantu mereka dalam hal pendanaan..."
Melihat
ekspresi wajah Kazuto yang tidak jelas, Shino memiringkan kepalanya ke kanan
dan bertanya.
"Heh....Apa
nama perusahaannya?"
"«RATH»"
"Itu terdengar sangat biasa, tapi aku juga belum pernah
mendengar nama perusahaan seperti itu sebelumnya. Hmm, apa ada istilah Bahasa
Inggris untuk nama itu…?"
"Aku memikirkan hal yang sama juga, Asuna mengetahui
tentang itu bagaimanapun juga."
Duduk di samping Shino, Asuna meminum ginger ale-nya sebelum
mengganguk dan menjawab.
"Dalam 『Melalui Kaca Yang Terlihat, dan Apa Yang Alice
Temukan Disana』terdapat sebuah kalimat pada 『Jabberwocky』yang mengatakan ada makhluk yang keluar dari
dalam mimpi. Kelihatannya makhluk itu di gambarkan sebagai seekor babi atau
seekor kura-kura." "Hehhh…."
Bahkan mekipun itu adalah buku yang pernah dia baca di waktu
yang dulu, dia tidak terlalu mengingat kalimat seperti itu sama sekali. Shino
membayangkan makhluk aneh dengan kepala babi yang menjulur keluar dari
tempurung lingkaran, sembari ia lanjut bertanya,
"RATH…kalau begitu, mereka adalah perusahaan independen
yang bertujuan mengembangkan mesin FullDive generasi selanjutnya untuk dijual?
Tapi bukankah pengembangan Amusphere telah dilakukan oleh beberapa
perusahaan?"
"Tidak, aku tidak berpikir seperti itu…."
Kazuto bergumam dalam nada tidak berganti, nada tidak jelas.
"Mesin utamanya sangat besar. Menambahkan dengan konsol dan
peralatan pendinginnya secara keseluruhan, itu dapat dengan mudah memenuhi seluruh
ruangan ini….Meskipun mesin eksperimen FullDive generasi pertama memang sebesar
itu, mulai dari situ, ukuran Nerve Gear akan tetap sama untuk lima tahun
mendatang. Dan Amusphere 2 (sementara) yang pengembangan utamanya dipimpin oleh
Recto akan dijual tahun depan juga…oops, itu seharusnya adalah sesuatu yang
dirahasiakan."
Sementara Kazuto mengangkat bahu, Asuna memperlihatkan senyuman
kecil sebelum berbicara.
"Tidak apa-apa, mereka akan mengumumkan hal itu di Tokyo
Game Show bulan depan bagaimanapun juga."
"Ah, jadi RECTO akan ikut berpartisipasi juga…Aku berharap
itu tidak akan terlalu mahal…."
Asuna menatap Shino, yang matanya melihat ke atas, anak
perempuan dari direktur perusahaan itu kemudian membuat eskpresi serius yang
sama dan mengangguk dengan dalam.
"Aku berharap seperti itu juga―Namun untuk sekarang ini
harganya masih belum diputuskan…Sebenarnya, meskipun aku telah puas dengan ALO
dan benar-benar tidak memiliki rencana membeli perangkat yang baru, mereka
mengatakan bahwa perangkat baru ini akan memiliki kecepatan penghubung yang
jauh lebih tinggi. Dan itu akan cocok dengan softwarenya juga."
"Jadi begitu. Kuu―, seharusnya aku mencari pekerjaan
sampingan juga…″
Mengkesampingkan data di buku tabungan yang muncul di dalam
pikirannya, Shino melanjutkan untuk menanyakan Kazuto pertanyaan lainnya.
"……Baiklah, jadi mesin FullDive besar perusahaan RATH tadi
tidak dimaksudkan untuk penggunaan rumah? Apakah itu untuk penggunaan
bisnis?"
"Tidak, aku pikir itu belum sampai pada tingkatan seperti
itu.Pertama, secara tegas dapat dikatakan, mesin itu sebenarnya menggunakan
teknik FullDive yang berbeda."
"Berbeda...? Bukankah ini tentang menciptakan sebuah dunia
VR menggunakan poligon, dimana seorang user dapat Dive ke dalamnya? Apa yang
kau rasakan di dalam dunia itu?"
"Aku tidak tahu."
Kazuto mengangkat bahu, lalu mengatakan sesuatu yang tidak
terduga dengan nada biasa saja.
"Dikarenakan perlindungan keamanan, ingatan dari dunia yang
dibuat oleh mesin itu tidak dapat dibawa keluar ke dunia nyata. Semua hal yang
kulihat atau yang kulakukan saat test, aku sekarang ini tidak memiliki satupun
ingatan tentang itu."
"H….Hah!?"
Shino tanpa sengaja berteriak dengan suara keras, kemudian
menurunkan suaranya sebelum bertanya.
"Tidak dapat membawa keluar…Ingatan? Sesuatu seperti
itu…Bagaimana mungkin? Apa mungkin bahwa kau dihipnotis setelah kau
menyelesaikan testnya?"
"Tidak, tidak, itu hanya murni menggunakan mekamisme
elektonik. Tidak...itu dapat disebut sebagai quantum......"
Kazuto yang memotong kata-katanya sendiri kemudian memandang
sekilas pada mobile terminal yang berada di atas meja.
"Jam setengah lima, huh. Sinon, Asuna. Apa kalian masih
memiliki banya waktu? "
"Ya."
"Itu sama sekali bukan masalah untukku."
Saat mereka berdua menggangguk pada saat yang bersamaan, Kazuto
menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kayu antic itu——
"Baiklah kalau begitu, biarkan aku memulai penjelasan dari
dasarnya. Pertanyaan mengenai….teknologi «Soul Translation»."
Kazuto mengatakan sesuatu kata yang tidak dikenalnya secara
perlahan.
Entah kenapa, itu terdengar seperti nama sihir di dalam game. Shino berpikir seperti itu. Dia merasa
tidak nyaman mendengar kata-kata yang berhubungan dengan teknologi terbaru.
Asuna di sampingnya sedikit memiringkan kepalanya saat dia berguman bergumam.
"Jiwa....?"
"Pertama kali aku mendengarnya, aku juga berpikir bahwas
itu adalah nama yang sedikit berlebihan juga."
Kazuto dengan perlahan mengangkat bahunya sebelum melemparkan
sebuah pertanyaan secara mendadak.
"Pikiran manusia, dimana kau pikir itu berada?"
"Pikiran?"
Shino hampir menyentuh bagian tengah dari dadanya secara
refleks, dia kemudian menjelaskan suaranya saat dia menjawab.
"Di dalam kepala...otak, bukan?"
"Kalau begitu mari kita memperbesar otak itu, dimana
pikiran itu seharusnya berada sekarang?"
"Dimana..."
"Otak, atau dengan kata lain, kumpulan dari sel otak. Lihat
ini…"
Kazuto mengulurkan tangan kirinya dengan jarinya yang terulur
menuju Shino. Dia lalu menyentuh bagian tengah telapak tangannya dengan jari
telunjuk kanannya, sebelum menggerakan jari tersebut di seluruh telapak
tangannya.
"Yang berada di bagian tengsh adalah nucleus, dan yang
membungkusnya adalah badan sel…"
Setelah menyentuh kelima jarinya satu sama lain, dia menarik
garis dari pergelangan tangannya menuju sikunya.
"Ini semua adalah dendrit *(cabang
dari sel saraf),yang terhubung dengan
Akson *(bagian dari sel saraf yang
panjang), menghubungkan sel
ini menuju sel selanjutnya. Dimanakah pikiran berada di dalam struktur sebuah
sel otak ini? Di nucleus *(inti sel)
? atau di Mitokondria *(suatu organel di dalam tubuh yang terdapat
fungsi respirasi)?"
"Hmm….."
Asuna menjawab sebagai pengganti dari Shino, yang sedang
berguman.
"Kirito-kun, bahkan meskipun kau baru saja mengatakan
«menghubungkan sel ini menuju sel selanjutnya», bukankah pikiran adalah suatu
jaringan yang menghubungkan banyak sel otak secara sekaligus. Hampir sama
seperti…pertanyaan tentang «Apa itu internet», jawabannya tidak akan muncul
bila hanya memperhatikan satu komputer saja."
"Yeah."
Sementara mereka kelihatannya mendapatkan gambaran tentang itu,
Kazuto mengangguk dengan dalam.
"Jaringan sel otak sudah pastinya adalah pikiran itu.Aku
juga berpikir bahwa ini adalah jawaban yang tepat dalam situasi seperti
sekarang ini. Tetapi…sebagai contohnya, untuk pertanyaan «Apa itu internet»,
jika diselidiki secara mendalam, berbagai macam jawaban dapat diperoleh.
Seperti, internet adalah struktur dimana komputer di seluruh dunia ini
terhubung satu sama lain berdasarkan pada sebuah protokol umum——"
Dia lalu menunjuk pada mobile terminal Asuna dan miliknya yang
berjajar di atas meja secara bersebelahan.
"Begitulah, setiap komputer adalah komponen dari internet.
Sebagai tambahan, itu dapat dikatakan user yang berada di depan komputer
termasuk bagian dari internet juga."
Pada titik ini Kazuto berhenti sejenak, setelah mengatakan
"Berikan aku sedikit dari itu.", dan meminum Ginger Ale Asuna, lalu
dia menutup matanya.
"Oo….seperti biasanya, rasa pedas sini benar-benar sangat
panas."
"Ini benar-benar berbeda dibanding dari membelinya dari
supermarket, bukan? Bahkan meskipun kelihatannya dasarnya adalah cocktail, aku
menyukai rasa kuat dari jahe ini."
Shino mengingat kembali rasa pedas ginger ale dari setengah
tahun yang lalu, pertama kalinya dia memesannya dikarenakan saran Kirito. Tanpa
menemuinya di GGO, dia tidak akan pernah melangkahkan kakinya ke dalam toko
ini, yang tidak terlihat ramah dari luar, dan perkembangan dari semua hal
semenjak waktu itu dapat dianggap sebuah keajaiban…Sementara dia menahan
perasaan itu jauh di dalam hatinya, Shino melanjutkan topik pembicaraannya.
"Kalau begitu…..Bagaimana pikiran manusia dan internet
saling berhubungan?"
Setelah mengembalikan gelas itu pada Asuna, Kazuto mengangguk
sekali lagi sebelum menggunakan tangannya untuk membuat sebuah bentuk.
"Baiklah——Hmm, jika koneksi diantara sebuah server dan
sebuah router, PC dan mobiles yang terlihat seperti jaringan makan inilah
«bentuk» dari internet...."
"Bentuk…"
"Kalau begitu, apa «intinya»?"
Shino berpikir sejenak sebelum membuka mulutnya.
"Singkatnya, itu adalah apa yang mengalir dalam bentuk
itu…di dalam struktur jaringan…? Sinyal-sinyal elektris….?"
"Mungkin juga seperti itu, karena sinyal elektris atau
sinyal cahaya adalah media yang tetap. Inti dari jaringan adalah bagaimana itu
semua mengalir sepanjang struktur itu dan menyampaikan informasi…Mari untuk
sementara kita mengambil penjelasannya disini."
Setelah dia selesai membuat gerakan dengan menggunakan kedua
tangannya sampai titik ini, Kazuto meletakkan tangannya di meja dan mempertemukan
jari-jari rampingnya.
"Lihat, seperti yang kukatakan sebelumnya, jaringan dari
ratusan milyar sel otak saling terhubung bersama-sama….Sekarang lihatlah
«bentuk» dari pikiran, apakah «inti» dari pikiran?"
"Media…dengan kata lain, aliran dari gelombang elektris di
sepanjang sel-sel otak…adalah informasinya?"
"Bukan, gelombang listrik itu, seperti ini..."
Kazuto membawa tangan kanannya mendekati telapak tangan kirinya
yang terbuka.
"Synapse pada celah diantara neuron dan neuron, adalah
pemancar tunggal substansi. Untuk proses merambatnya sepanjang rute dari
sel-sel otak, dapatkah fenomena itu disebut sebagai inti dari pikiran?"
"Hmm…."
Di saat yang sama Shino mengerutkan dahinya, Asuna tersenyum
dengan sikap yang kebingungan saat dia berkata.
"Hal-hal yang lebih dari ini sudah tidak mungkin lagi,
Kirito-kun~ Karena sampai sekarang, sains masih belum mampu menemukan jawaban
‘apa itu pikiran’ bukan?"
"Sebenarnya, itu mungkin saja benar."
Kazuto pada akhirnya tersenyum saat dia mengangguk.
"H-Hah!? Tunggu, ide yang dikemukakan sampai titik ini
masih belum bisa memecahkan apapun, bukan?"
Sementara Shino menjadi marah dan memprotes, Kazuto mengambil
kesempatan itu untuk melihat ke arah jalanan yang basah, sebelum melanjutkan
berbicara dengan nada serius.
"Tetapi, ada juga manusia yang mendekati jawaban itu dengan
teori mereka sendiri."
"Teori…mereka sendiri."
"«Quantum brain dynamics». Itu kelihatannya telah dikemukan
di akhir abad sebelumnya oleh seorang mahasiswa Inggris. Setelah melakukan
penelitian mengenai dasar teori itu untuk waktu yang lama, «RATH» akhirnya
berhasil menciptakan mesin yang terlihat seperti monster itu… ——Mulai dari
titik ini hingga seterusnya, aku masih belum sepenuhnya dapat memahami hal itu.
Beberapa saat yang lalu, kita membicarakan mengenai struktur dari sel otak
bukan."
Shino dan Asuna menggangguk pada saat yang bersamaan.
"Sel itu sendiri juga memiliki sebuah kerangka untuk
menahan strukturnya. Kelihatannya itu disebut sebagai «Microtubules». Fungsi
dari kerangka itu bukan hanya untuk menahan, tapi itu juga bertindak seperti
tulang juga. Otak di dalam sel otak."
"H-Hah……?"
"Tulang itu memiliki bentuk tabung, dengan kata lain, pipa
berongga. Tentu saja itu sangat kecil sekali….Kita sedang membicarakan mengenai
diameter dalam ukuran nanometer,tapi itu sama sekali tidak kosong. Ada sesuatu
yang tersimpan di dalam tabung itu." Shino secara tanpa sadar bertukar
pandangan dengan Asuna, sebelum melihat ke arah Kazuto dan bertanya dengan
suara pelan.
"Apa yang ada di dalamnya…..?"
"Cahaya."
Kazuto memberikan sebuah jawaban singkat.
"Sebuah partikel cahaya…atau «Evanescent Photon» yang biasa
dikatakan. Photon ini, dengan kata lain, kuantum. Eksistensi itu seperti
indeterminisme (Konsep yang menyatakan bahwa peristiwa/kejadian tertentu
tidak disebabkan oleh peristiwa sebelumnya), itu terus menerus berubah tanpa akhir sesuai dengan teori
probabilitas (teori kemungkinan). Perubahan....itulah apa yang disebut pikiran
manusia, berdasarkan pada teori itu."
Tepat ketika dia mendengar kata-kata itu, Shino dapat merasakan
sebuah ketakutan mengalir dari tulang belakang menuju kedua tangannya untuk
suatu alasan. Sebuah gambaran yang misterius namun indah muncul dari dalam
dirinya dan di waktu yang sama, pemikiran bukankah itu berada dalam
daerah kekuasaan Tuhan? Terlihat dari dalam pikirannya.
Asuna yang juga diliputi oleh emosi dalam yang sama, mata
coklatnya menjadi kabur karena cahaya kegelisahan saat dia berbicara dengan
suara yang sedikit serak.
"Kirito-kun, nama dari mesin baru itu….«Soul Translator»,
bukan? Soul(jiwa)……dengan kata lain, kumpulan dari cahaya di dalam jiwa seorang
manusia?"
"Pekerja RATH menyebutnya sebagai «Quantum Field». Tapi,
dengan memberi nama seperti itu, mereka pasti telah memikirkan tentang itu
sebelumnya….mengenai Quantum Field dan jiwa manusia."
"Tapi kalau begitu, apa maksud dari itu? Soul Translator
adalah mesin yang tidak mengakses otak manusia, namun jiwa itu sendiri…."
"Ketika mengatakan seperti itu, itu tidak lagi terdengar
seperti sebuah mesin, tapi justru terdengar seperti item sihir di dalam game,
huh."
Apa yang dia telah katakan sedikit meringankan suasana, dan
Kazuto lalu melanjutkan perkataannya sambil tersenyum.
"Tapi, itu bukanlah perbuatan sihir ataupun keajaiban
tuhan. Mari kita meloncat menuju penjelasan dari strukturnya untuk
sebentar….Apa yang terekam di dalam putaran dan vector tiap-tiap photon di
dalam microtubule, adalah satuan data «Qubit». Dengan kata lain, sel-sel otak
bukan hanya sebuah tombol untuk satu gerbang yang berfungsi membiarkan sinyal
elektrik melaluinya, tapi itu dapat dikatakan sel itu sendiri adalah satu unit
dari komputer kuantum…Ya, sampai bagian inilah batas pemahamanku bagaimanapun
juga…."
"Itu tidak apa-apa, aku telah melewati batas itu beberapa
waktu yang lalu."
"Aku juga…"
Shino dan Asuna menyerah secara bersamaan di depan Kirito yang
menghembuskan nafas lega.
"Kumpulan dari photon-photon yang menjadi memori dari
komputer itu, mungkin, itu bahkan boleh dianggap sebagai jiwa manusia…RATH
telah memberinya nama aslinya. «Fluctuating Light», yang mereka singkat
menjadi———"
Dia berhenti sejenak.
"«Fluctlight»"
"...........Fluct...light."
Shino perlahan mengulangi istilah dikatakannya dengan suara
misterius. Jika apa yang telah mereka bicarakan sampai titik ini semuanya
benar, maka kalau begitu Fluctlight juga berada di dalam kepalanya juga. Tidak,
hanya mengatakan seperti itu, apa yang dia pikirkan tentang «dia» adalah....
Perasaan takut dari waktu sebelumnya kembali pada Shino, dia
menggosokan tangan yang terulur keluar dari lengan seragam musim panasnya. Di
sebelahnya, Asuna juga membuat sebuah gerakan yang terlihat seperti dia sedang
memeluk dirinya sendiri, sementara berkata dengan sebuah suara kecil.

"——Membaca Fluctlight…Tidak, mesin yang «Menerjemahkan»
itu, itulah apa yang dilakukan Soul Translator. Jika memang seperti
itu….penerjemahannya bukan hanya satu arah, bukan? "
Shino memiringkan kepalanya saat dia tidak mengerti arti
kata-kata barusan dengan baik, dan di saat yang sama itu, Asuna menatapnya,
dengan mata yang dipenuhi dengan ekspresi kegelisahan.
"Sinonon, memikirkan tentang itu…Amusphere yang kita
gunakan tidak hanya membaca perintah pergerakan yang dikirim ke tubuh kita. Itu
juga memberikan penglihatan dan pendengaran…sinyal sensor dari kelima indera
pada otak kita, menciptakan sebuah pengalaman dunia virtual. Inti dari
teknologi FullDive digunakan pada mesin itu, bukan? Kalau begitu, Soul
Translator yang dapat melakukan hal yang sama seharusnya adalah mesin generasi
selanjutnya, bukan?"
"……Dengan kata lain…itu dapat menulis sesuatu pada jiwa
seseorang yang terhubung dengannya….?"
Pada titik itu, mereka berdua mengalihkan pandangan mereka pada
Kazuto.
Meskipun anak laki-laki berambut hitam itu kelihatannya sedikit
ragu, dia menggangguk setuju beberapa saat kemudian.
"Ya….Soul Translator, karena itu terlalu panjang, maka RATH
menyingkatnya menjadi «STL», mesin penerjemah yang dilakukan secara dua arah.
Di dalam ratusan milyar qubit data yang memiliki Fluctlight manusia, mesin itu
menerjemahkan dan membaca kata-kata yang kita pahami, dan di saat yang sama,
itu menerjemahkan dan menulis informasi ke dalam sebuah bentuk yang kita dapat
baca. Jika memang bukan seperti itu, maka itu seperti yang Asuna katakan, itu
tidak akan mungkin untuk Dive ke dalam dunia virtual. Singkatnya, itu menangani
dan mengatur informasi kelima indera Fluctlight, dan mengisikan informasi
mengenai sesuatu yang sedang dilihat, atau suara apa yang sedang
didengar."
Lalu, Asuna menggerakan tubuhnya ke depan dan menanyakan apa
yang kelihatannya menjadi pertanyaan utamanya.
"Apakah itu mungkin….Dapat mempengaruhi pada ingatan di
dalam jiwa? Kirito-kun, apa yang barusan kau katakan bahwa kau tidak memiliki
memori ingatan apapun selama Dive. Ini artinya Soul Translator…STL dapat
menghapus atau menulis ulang ingatanmu, bukan?"
"Tidak…"
Kazuto menyentuh tangan kiri Asuna beberapa saat untuk
meringankan beban pikirannya saat dia menggelengkan kepalanya.
"Bagian yang menangani data ingatan jangka panjang memiliki
ukuran yang sangat besar dan metode penyimpanannya sangatlah rumit, untuk
kondisi yang sekaranag dapat dikatakan bahwa itu masih di luar jangkauan.
Alasan bahwa aku tidak memiliki ingatan saat Dive hanya karena mesin itu
mencegat sepanjang rute menuju bagian itu saja. Dengan kata lain, mesin itu
tidak sepenuhnya menghapus ingatan, itu seperti aku saja tidak dapat
mengingatnya…hanya seperti itu."
"Tapi, aku….takut, Kirito-kun. Sesuatu seperti memanipulasi
ingatan…."
Sebuah ekspresi gelisah masih tetap tersisa di wajah Asuna.
"Di samping itu, orang yang membawakan pekerjaan sampingan
ini untukmu adalah Chrysheight…tidak, Kikuoka-san dari Departemen Urusan Dalam
Negeri dan Komunikasi, bukan? Meski aku berpikir bahwa dia bukan orang jahat,
aku merasa bahwa aku tidak dapat melihat bahkan sedikitpun apa yang ada di
dasar hatinya. Itu entah mengapa sama seperti dengan Ketua Guild. Entah
kenapa…aku merasakan seperti sesuatu yang buruk akan terjadi lagi…"
"……Itu benar bahwa dia tidak pernah memperlihatkan apa yang
sedang dipikirkannya. Dan aku juga tidak tahu status sosialnya yang sebenarnya
ataupun tugas dari pekerjaannya, bersamaan dengan berbagai hal yang lain.
Tetapi…"
Saat dia memotong kata-katanya, mata Kazuto kelihatannya menjadi
tidak fokus pada tempat manapun yang ada di dalam toko sementara dia berbicara.
"Di hari pertama debut mesin Fulldive generasi pertama yang
digunakan untuk keperluan bisnis di taman hiburan Shinjuku, aku menaiki kereta
paling pertama agar bisa ikut mengantri. Waktu itu aku masih siswa sekolah
dasar…."Ini dia," itulah apa yang kupikirkan. "Inilah dunia yang
telah memanggilku sejak lama." Di hari pertama peluncuran Nerve Gear, aku
juga membelinya dengan uang yang telah aku simpan…dan tetap diving ke dalam
berbagai macam game. Pada saat itu, aku benar-benar tidak mempedulikan lagi
dengan dunia nyata. Pada akhirnya aku terpilih untuk beta test SAO, dan insiden
itu meluas….tak terhitung sejumlah manusia telah meninggal. Setelah dua tahun
terpenjara dan kembali, insiden Sugou dan Death Gun terus terjadi secara
berturut-turut. Aku… ingin tahu. Mengenai perkembangan teknologi FullDive itu
berlanjut….tentang arti dibalik insiden itu…Untuk Soul Tranlator, meskipun
secara fungsi masih sepenuhnya baru, rancangannya menggunakan Medicuboid yang
digunakan untuk keperluan pengobatan sebagai prototypenya. "
Di saat Asuna, yang sedang memegangi kepalanya, mendengar
perkataan Kazuto, kedua bahunya bergetar. Segera setelahnya, suara tegasnya
mengalir keluar melalui bagian dalam toko yang sunyi.
"Ini firasatku. Mengenai apa yang ada di dalam Soul
Translator. Bagaimana itu tidak hanya berakhir sebagai mesin yang digunakan
untuk tujuan hiburan saja….Mungkin, ada juga sisi berbahaya juga.
Tetapi…."
Kazuto meniru gerakan menggenggam pendangnya dan mengayunkannya
ke bawah saat dia mengatakan.
"Sampai sekarang, tidak peduli dunia jenis apa itu, aku
selalu mampu kembali. Untuk kali ini juga, aku pasti akan kembali.
Sebenarnya….di dunia nyata aku hanya seorang gamer yang lemah dan tidak berdaya
bagaimanapun juga."
"…Bahkan meskipun tanpa bantuan dariku, punggungmu masih
terbuka lebar."
Asuna memperlihatkan senyuman samar-samar sementara menghela
nafas pendek, lalu melihat wajah Shino yang duduk di sampingnya.
"Ya ampun, anak laki-laki ini terlalu percaya diri."
"Ya, sebenarnya, sejak awal dia memang Hero-sama yang
legendaries bagaimanapun juga―"
Dari percakapan diantara Asuna dan Kazuto, yang langsung dia
mengerti, bahkan meskipun ada kata-kata yang baru dia dengar untuk pertama
kalinya, Shino tidak mencoba untuk terlalu ikut campur di dalamnya dan
sebaliknya dia berbicara dengan nada bercanda.
"Aku telah membaca 『Seluruh Catatan Insiden SAO』yang keluar bulan
lalu―, itu sangat sulit sekali untuk menpercayai kalau anak laki-laki ini
adalah 『Black
Swordsman』yang muncul di dalan buku itu."
"H-Hei, hentikan…."
Asuna tertawa melihat perbuatan Kazuto yang menggerakkan
tangannya sambil mundur ke belakang, sementara dia berkata "Ya, benar
sekali" sementara menggangguk.
"Ini tertulis dalam buku itu, dikatakan sang ketua tadi
memiliki pengaruh yang besar di antara guild penyelesai lantai, bahkan meskipun
catatan itu sendiri sudah cukup akurat, banyak sekali dugaan dan telah
ditambahkan ke dalam deskripsi karakter. Seperti ketika Kirito bertarung
melawan sekelompok player orange…"
"『Ketika aku menarik pedang keduaku, tidak ada seorangpun yang
boleh berdiri didepanku!』"
"Kyahahahaha," kedua anak perempuan itu menjadi
tertawa terbahak-bahak sementara Kazuto duduk dengan murung di kursinya dengan
ekspresi kosong. Di saat Asuna merasa kelegaan dan kembali ke wajah
tersenyumnya, Shino melanjutkan mengirimkan sebuah hantaman terakhir.
"Buku itu juga diterjemahkan dan diterbitkan di Amerika.
Itu artinya Hero-sama ini adalah seseorang yang terkenal di tingkat dunia sekarang."
"….Setelah aku melewati waktu yang cukup panjang untuk
mengabaikan hal ini….Dan aku sudah setuju untuk menunggu royaltinya juga."
Shino masih tetap tersenyum disaat Kazuto merengut, dia lalu
mengingat kembali pertanyaan yang dia punya dan melanjutkan topik pembicaraan.
"Tapi Kirito. Setelah semua, STL melakukan hal yang sama
seperti AmuSphere, bukan? Menciptakan sebuah Dunia VR menggunakan polygons,
kemudian mengirim gambar dan suara dengan menghubungkan otak orang tersebut,
apakah ada tujuan tertentu di dalam mesin itu yang menghabiskan sejumlah biaya
yang sangat besar pada mesin itu?"
"Oo, itu adalah pertanyaan yang bagus."
Kazuto meluruskan tubuhnya sebelum memperlihatkan sebuah
anggukan.
"Apa yang Sinon katakana barusan, 『Menciptakan dunia VR
menggunakan polygon. 』.Polygon, dengan kata lain, adalah kumpulan dari koordinat dan
bidang….data digital. Model yang sekaran memiliki detail paling tinggi telah
mencapai tingkatan dimana pohon atau peralatan di dalamnya sulit untuk
dibedakan dengan benda aslinya di dunia nyata, tetapi intinya masih tetap
sama."
Dia lalu dengan cepat mengoperasikan mobile terminal yang
tertaruh di atas meja, memulai proses pre-installed mini-game. Mobil balap
bertema futuristik yang perlahan mulai berputar di layar demo memiliki sebuah
interior yang manis, bodinya yang melengkung juga tidak terlihat aneh, itu
tentu saja, sebuah bentuk dari model polygon.
Shino mengangkat kepalanya dan perlahan memiringkan kepalanya.
"Yeah, itu adalah intinya. Hmm….bagaimana aku
menjelaskannya…"
Kazuto menjadi terdiam untuk sesaat sebelum mengangkat gelas
kosong dari Caffè Shakerato dan menunjukkannya pada Shino.
"Sinon, gelas ini ada dalam kenyataan, bukan?"
".......Yeah."
Sambil memperlihatkan ekspresi keraguan, dia memperlihatkan
sebuah anggukan. Kazuto kemudian membawa gelas itu mendekat padanya dan
mengatakan sesuatu yang sulit untuk dipahami.
"Sekarang dengar, gelas ini yang sekarang berada pada
tanganku, dan di saat yang sama berada di dalam pikiran Sinon…atau «Fluctlight»
Sinon dalam istilah RATH. Untuk lebih tepatnya, cahaya yang memantul dari gelas
diterima di dalam mata Sinon, sinyal elektrik dari retinanya mengubah cahaya
tadi menjadi objek gelas di dalam kesadarannya. Selanjutnya, ketika aku
melakukan ini..."
Tiba dia mengulurkan tangan kirinya untuk menutupi mata Sinon
dengan rapat. Dia secara refleks menutup kelopak matanya, membuat pandangnya
menjadi warna abu-abu gelap dengan sedikit warna merah.
"Bagaimana, apakah gelas di dalam kesadaranmu tiba-tiba
menghilang?"
Sementara dia tidak mengetahui apa yang Kazuto maksudkan, Shino
dengan segera menjawab secara jujur.
"…….Tidak mungkin, aku tidak akan melupakannya secepat itu.
Dari melihatnya, aku dapat mengingat warna dan bentuknya, itu adalah hal yang
normal buka. Ah…..tapi perlahan menjadi semakin samar-samar bagaimanapun
juga…."
"Ya, itu."
Setelah dia menarik tangannya, Shino membuka kelopak matanya,
dan memperlihatkan rengutan pelan pada Kazuto.
"Apa maksudnya ‘Itu’?"
"Dengar….Pada saat kita melihat gelas atau meja atau wajah
satu sama lain, data rekaman penciptaan ulang sedang berlangsung dalam bagian
pengolah penglihatan dari Fluctlight. Bahkan memejamkan kelopak mata, itu tidak
akan segera menghilang, itu bukan hanya shadowgraph *(citra atau gambar
fotografi yang dihasilkan pada permukaan radiosensitif oleh radiasi selain
sinar tampak) saja. Atau dengan kata
lain, pada saat gelas ini tidak dapat terlihat, itu akan lenyap menuju ke dalam
ingatan Sinon…"
Kazuto kemudian menyembunyikan gelas di tangan kanannya di bawah
meja.
"Pada saat Sinon melihat gelas ini, sejumlah besar data
yang sama dari bentuknya masuk ke dalam bagian penglihatan dari Fluctlight. Hal
inilah yang membiarkan Sinon untuk tetap terus bisa melihat gelas yang aslinya
tak ada lagi di atas meja. Pada ketelitian yang jauh melebihi polygon….….Atau
itu dapat dikatakan bahwa itu benar-benar sama seperti benda aslinya"
"………Mungkin seperti itu di dalam teori….Tetapi, hal ini
berhubungan dengan daya penyimpana kesadaran manusia, atau dengan kata lain,
«Ingatan», bukan? Memanipulasi ingatan dengan di luar dari ilmu hipnotis,
bagaimana itu dapat dilakukan….?" Shino menutup mulutnya setelah berbicara
sampai titik ini.
Beberapa saat yang sebelumnya——bukankah Kazuto mengatakan
tentang mesin yang memiliki kemampuan seperti itu? Sementara dia memikirkan
itu, Asuna, yang dari tadi mendengarkan dengan tenang, berbisik dengan suara
pelan menggantikan Shino.
"AmuSphere memperbolehkan otak seorang user untuk melihat
data polygon…Sementara STL menuliskan itu pada kesadaran manusia….ingatan
jangka pendek….Singkatnya…Itu bukanlah sesuatu yang dibuat. Semua hal yang
diciptakan oleh STL, penglihatan, pendengaran, sentuhan,….berada di level yang
sama dengan sesuatu yang nyata di dalam kesadaran kita, seperti itu….?"
Kazuto menggangguk dan berbicara saat dia menaruh kembali gelas
tadi ke atas meja.
"Informasi ingatan optikal….atau «Mnemonic Visual Data»
yang disebut oleh Rath secara nama resminya. Untukku, yang masih memiliki
ingatan dari hari pertama Dive test … itu terasa berbeda. Benar-benar berbeda
dengan dunia VR yang diciptakan oleh AmuSphere. Itu hanya ruangan kosong yang
memiliki ukuran kamar sempit, tapi aku… "
Dia memotong kata-katanya untuk sesaat, senyuman yang
kelihatannya dipaksakan terlihat dari salah satu sisi pipinya, saat Kazuto
melanjutkan perkataannya.
"...Pada awalnya, aku tidak tahu bahwa itu adalah dunia
virtual."
Bagian 3
Dunia virtual, merupakan dunia yang tidak dapat dibedakan dengan
dunia nyata.
Ada
banyak cerita fiksi dari abad sebelumnya yang berkaitan dengan tema ini. Shino
setidaknya juga bisa mengingat lima judul novel atau film yang menggunakan tema
ini.
Di
era dimana penerapan teknologi FullDive telah digunakan ke dalam perangkat konsumen
seperti Nerve Gear dan AmuSphere, kita akhirnya telah sampai pada titik yang
meragukan ini? «apakah dunia nyata ini benar-benar dunia nyata?» —— dan seperti
yang kita baca tentang hal itu dari artikel maupun blog yang ada di berbagai
tempat, Shino juga pernah merasakan cemas sebelum dia melakukan FullDive
pertamanya.
Namun,
ketika ia membuka kelopak matanya, bisakah perasaan lega atau kekecewaan pada
kekhawatiran seperti itu adalah sesuatu yang penting? Dunia yang diciptakan
oleh AmuSphere tanpa diragukan lagi, adalah sebuah keajaiban yang terlahir dari
teknologi canggih. Dunia virtual yang dapat dirasakan oleh kelima indera itu
adalah dunia yang benar-benar sangat menakjubkan—— tapi itulah yang membedakannya
dengan dunia nyata. Pemandangan yang dia lihat, suara yang dia dengar, semua
yang dia sentuh, semuanya terlalu murni, atau dengan kata lain, terlalu
sederhana. Udaranya tidak memiliki debu, pakaian tidak bisa kusut, dan meja
yang tidak dapat rusak. Objek 3D yang diciptakan dari kode digital dibatasi
oleh usaha manusia dalam merancangnya, serta tenaga CPU untuk menampilkannya.
Tentu saja, dia tidak dapat mengetahui bagaimana hal seperti ini akan berubah
di masa depan, tapi setidaknya dengan teknologi di tahun 2026 ini, menciptakan
sebuah dunia virtual yang hamper sama dengan dunia nyata adalah sesuatu yang
tidak mungkin——......
Dan
itu, adalah hal yang sedang dipikirkan Shino. Sampai hari ini, sebelum dia
mendengar cerita dari Kirigaya Kazuto.
"…
Itu berarti, Kirito. Kau…. Mungkin saja ….masih berada di dalam mesin STL….
itu? «Recollections» *(seperti ingatan
buatan) dari Asuna dan aku yang mungkin saja dimasukkan ke dalam
pikiranmu."
Untuk
menghindari perasaan aneh yang tiba-tiba, sebelum Kazuto dapat menjawab, Shino
tersenyum sambil berkata. Tentu saja "Tapi bagaimanapun itu adalah hal yang
konyol " dia tertawa saat dia memikirkan tentang itu, tapi teman-temannya
mengerutkan dahi mereka sambil menatap lurus padanya.
"Tungg...H-Hentikan.
Aku adalah orang yang nyata."
Saat
itu ia buru-buru menggelengkan tangannya, Kazuto masih tetap ragu saat dia
berbicara.
"Jika
kau adalah Shino yang asli...maka kau pasti mengingat apa yang kau janjikan
kepadaku kemarin."
"Di-Janjikan?"
"Sebagai
ucapan terima kasih untuk memanggilku hari ini, kau akan mentraktirku banyak
dessert paling mahal di sini, «Dicey Cheesecake» sebanyak yang aku
inginkan."
"E,…Ehh!?
Aku tidak pernah menjanjikan sesuatu seperti itu! Ah, t-tapi aku bukanlah
tiruan, aku ini asli, bukan, Asuna?"
Melihat
ke arah samping, Asuna yang dengan erat menggenggam tangannya sambil berbisik.
"Sinonon...apa
kau sudah lupa? Kau berjanji untuk mentraktirku makan «Berry & Cherry Tart»
yang aku inginkan......"
"Ehhhh!?"
Apakah aku benar-benar berada di dalam dunia virtual dan
mengoperasikan memori ini dari sana....? saat dia berpikir seperti itu, pipi Kazuto maupun Asuna
bergetar, dan segera setelah itu mereka berdua pun sedikit tertawa. Pada saat
itu, dia akhirnya menyadari bahwa rencanannya untuk menggoda Kazuto telah
berbalik menyerangnya.
"K....Kau
telah melakukannya, Asuna! Lain kali, di ALO, bersiaplah untuk menerima ratusan
anak panah pelacak!"
"Ahaha,
maaf maaf, maafkan aku Sinonon!"
Asuna
tersenyum sambil memeluk Shino dengan erat. Sambil merasakan kekakuan di dalam
dadanya yang telah mencair karena perbuatan Asuna, yang polos dan dan dipenuhi
rasa persahabatan, ia pun akhirnya berbalik dengan wajah cemberut. Tapi
mulutnya dengan segera terbuka dan mengeluarkan tawa bersamaan dengan mereka
berdua.
Seolah-olah
untuk meredakan suasana, Kazuto berkata dengan nada pelan.
"Baik
itu Fluctlight atau Mnemonic Visual, hanya dengan mendengar istilahnya saja
akan membuatmu merasa itu adalah teknologi yang masih bisa
dipertanyakan…Tetapi, dunia virtual yang diciptakan oleh STL, jauh lebih baik
dibandinkan dengan yang diciptakan oleh AmuSphere yang kita kenali selama ini.
Pada akhirnya, hal tersebut mungkin adalah apa yang kita sebut sebagai «Mimpi
Yang Nyata»......"
"M—Mimpi....?"
Shino
berkedip setelah mendengar kata-kata yang mengejutkan tersebut, pendekar pedang
Spriggan, yang memiliki aura yang membuat orang-orang disekitarnya menjadi
mengantuk di ALO, mengangguk dengan wajah serius.
"Ya.
Menciptakan dunia dengan mengumpulkan objek-objek yang dipertahankan di dalam
ingatan secara bersamaan....bukankah itu hampir sama seperti cara kerja mimpi?
Sebenarnya, gelombang otak manusia saat Diving di STL hampir sama dengan pola
yang terjadi selama kita tertidur."
"Kalau
begitu, itu artinya kau melakukan pekerjaan paruh waktu di dalam mimpi?
Mendapatkan bayaran hanya dengan tidur selama tiga hari?"
"B-Bukankah
itu yang aku katakan dari awal? Tidur sepanjang hari, tanpa makan maupun minum.
Tapi tentu saja, aku mendapatkan nutrisi dan air melalui infus."
Sekarang dia mengatakan hal itu, dia benar-benar pernah
mengatakan hal tersebut tepat setelah dia masuk ke dalam toko ini. Tapi aku pasti
tidak menduga bahwa dia benar-benar bekerja dengan melihat mimpi panjang sambil
berbaring di atas tempat tidur. Saat Shino melihat ke atas, dia pun bergumam dan mulai mengambil
nafas panjang.
"Tiga
hari bermimpi terus menerus, huh...Jika aku dapat bermimpi selama itu, ada
banyak hal yang bisa kulakukan. Seperti tidak akan terbangun kecuali setelah
memakan sepotong kue."
"Itu
terlalu buruk, karena kau tidak akan mengingat apapun yang kau makan selama di
mimpi itu. Sebenarnya, berbicara tentang semua-kue-yang-dapat-kau-makan setiap
hari..."
Setelah
bercanda sampai titik ini, Kazuto memotong perkataannya di tengah. Alis tipis
Shino pun terlihat di bawah rambut yang sedikit panjang yang membuat dahinya
mengerut.
"...Apa
terjadi sesuatu, Kirito-kun?"
Dia
tidak segera menjawab pertanyaan Asuna, sementara tangannya membuat gerakan
seolah-olah ia meletakkan sesuatu ke dalam mulutnya
"...Kue....bukan,
bukan itu...lebih keras...asin...tapi, enak, makanan apa itu...."
"K-Kau
mengingatnya? Apakah itu sesuatu yang kau makan di dunia virtual?"
"................Tidak,
aku tidak dapat mengingatnya. Tapi aku memiliki firasat bahwa itu tidak
memiliki rasa seperti apapun yang ada di dunia nyata..............."
Kazuto
terus mengerutkan dahinya untuk beberapa detik lamanya, sebelum akhirnya
menyerah saat dia menghela nafas. Shino, yang terdiam sampai saat ini,
menanyakan pertanyaan yang tidak dapat dia tahan lebih lama lagi di dalam
pikirannya.
"Hei
Kirito, apakah sesuatu seperti itu mungkin? Untuk memakan sesuatu di dalam STL
yang tidak ada di kenyataan? Karena dunia virtual yang diciptakan oleh STL
adalah kumpulan dari bagian yang berdasarkan pada ingatan seorang Diver, kalau
begitu, bukankah itu normal kalau seseorang tidak bisa melihat apa yang belum
pernah dia lihat, dan tidak bisa memakan sesuatu yang belum pernah dia
makan?"
"Ah......Itu
benar. Persis seperti yang Sinonon katakan….Jika begitu, dunia virtual yang
berasal dari STL memiliki tingkat kebebasan yang sangat terbatas, bukan? Itu
tidak dapat menciptakan sebuah dunia yang benar-benar berbeda dengan dunia
nyata, seperti Aincrad atau Alfheim."
Kazuto
perlahan menggangguk pada apa yang Asuna katakan, sebelum tersenyum seolah-olah
untuk menyingkirkan kejengkelannya sebelumnya.
"Kalian
berdua benar-benar tajam, itu adalah hal yang bagus. Ketika aku mendengar
tentang Mnemonic Visual, pada awalnya aku tidak menyadari batasan itu. Aku akan
mengingat untuk menanyakannya pada staff RATH sebelum melakukan eksperimen
Diving panjang selanjutnya, tetapi karena hal itu melibatkan teknologi utama
STL, aku tidak berpikir bahwa mereka akan setuju untuk menjawabnya...Namun,
masih ada satu hal...dalam penjelasan tentang dunia virtual yang terdiri dari
ingatan, para staff itu tidak pernah menyebutkan bahwa ingatan itu berasal dari
Diver."
"Eh...kalau
begitu bagaimana mereka..."
Sementara
Shino tidak dapat menangkap arti itu pada saat itu juga, Asuna, yang berada di
sampingnya, menghirup nafas pelan.
"Mungkinkah
itu….ingatan orang lain? Tidak…apa mungkin itu ingatan yang tidak dimiliki oleh
siapapun tetapi diciptakan dari awal...?"
Sambil
mendengar perkataan yang hampir sama seperti bisikan, Shino akhirnya
menyadarinya.
Bagaimana jika informasi memori optik...Mnemonic Visual dari
manusia mempunyai struktur umum? Dan analisa dari struktur itu sudah selesai….?
Apakah itu mungkin dapat membuat suatu teori untuk menciptakan sebuah «Mimpi»
yang nyata dapat dipenuhi oleh sesuatu yang tidak pernah dilihat, makanan yang
semua orang belum pernah rasakan, dan juga pemandangan yang tidak pernah dibayangkan
oleh seseorang.
Kemudian,
kata-kata yang membenarkan pikirannya itu secara kebetulan keluar dari mulut
Kazuto.
"….Aku
telah melakukan pekerjaan sampingan dengan RATH ini selama dua bulan sampai
sekarang…Selama test Dive pertama, tidak ada pembatasan ingatan, jadi aku masih
dapat mengingat dunia VR pada saat itu. Salah satu dari itu adalah sebuah
ruangan luas yang memiliki kucing yang sangat banyak, yang mungkin memiliki
jumlah sekitar ratusan."
"......Sangat
banyak......"
Mulut
Shino mengendur saat dia membayangkan sebuah surge yang dipenuhi kucing,
sebelum dengan cepat mengusir imajinasi itu. Saat dia melihat lurus ke depan,
Kazuto berkata dengan ekspresi seolah-olah dia sedang mencari sesuatu di dalam
ingatannya.
"...Apa
yang aku dapat ingat mengenai ruangan itu adalah, bahwa itu adalah ruangan yang
dipenuhi dengan anak kucing yang aku tidak tahu. Dan bukan hanya itu saja…Ada
juga beberapa yang memiliki sayap dan sementara terbang, beberapa ada yang
menggulung tubuhnya dan memantul di berbagai tempat. Sesuatu seperti itu tidak
mungkin berasal dari ingatanku."
"….Dan
di waktu yang sama, itu juga pasti tidak berasal dari ingatan orang lain bukan?
Karena kucing dengan sayap tidak ada di dunia nyata bagaimanapun juga."
Itu
adalah apa yang Asuna katakan, sebelum dia melanjutkan.
"Kucing
terbang itu adalah apa yang dibuat oleh staff untuk dilihat Kirito-kun…Pasti
itu adalah sesuatu yang diciptakan oleh sistem STL dari nol, bukan?"
"Bagian
yang terakhir pasti sangat hebat. Jika hal itu mungkin, maka tidak hanya
sekedar objek individual saja, mungkin saja itu pada akhirnya mampu menciptakan
sebuah dunia secara keseluruhan dengan sempurna."
Membuat sebuah dunia virtual tanpa bantuan dari manusia——
Ide
ini menyebabkan dada Shino bergetar. Sementara Shino mengingat bahwa dia
akhir-akhir ini menjadi sering merasa lebih tidak nyaman dengan
« Egocentric designed » dunia VRMMO seperti GGO dan ALO.
Dunia
game VR yang ada sekarang benar-benar didesain secara sepenuhnya para desainer
perusahaan yang mengembangkan game tersebut. Meskipun bangunan atau pepohonan
atau sungai itu dengan ditaruh secara sembarangan, itu semua sebenarnya adalah
objek yang diletakkan pada sebuah bidang berdasarkan pilihan seseorang.
Selama
bermain game, kapanpun dia memikirkan tentang ini, ada sesuatu yang selalu
muncul di dalam hati Shino. Sejak awal, dia juga, hanyalah suatu keberadaan
yang berlari di seluruh arah tepat di atas telapak tangan para pengembang,
seseorang yang disebut sebagai Dewa, dan pemikiran inilah yang tersisa di dalam
pikirannya tidak peduli apakah dia menyukainya atau tidak.
Shino
yang awalnya tidak memainkan Gun Gale Online untuk kesenangan, sekarang setelah
dia dapat mengatasi kutukan dari masa lalunya, dia mulai memikirkan tentang
arti pengalaman di dalam dunia virtual dengan di dunia nyata. Dia kelihatannya
tidak bersimpati pada seseorang kelompoknya yang membawa pistol model di dunia
nyata sementara memakai sebuah pakaian yang berhiaskan lencana yang cocok. Dia
mempercayai bahwa keteguhan dan pengendalian diri yang melekat pada Sinon yang
ada di game akan secara perlahan menguatkan Asada Shino di dunia nyata juga,
namun di saat yang sama, dia berpikir jika itu sebanding dengan menghabiskan
sejumlah waktu dan uang untuk Diving ke dalam dunia virtual.
Shino
berpikir bahwa pasti ada sebuah alasan kenapa dirinya yang sangat pemalu ini
bisa bertemu dan bersahabat baik dengan Asuna dari beberapa bulan lalu sampai
sekarang. Anak perempuan, yang selalu memperlihatkan senyuman lembut, pastinya
memiliki harga diri yang sama dengan Shino. Bermain game VRMMO tidak untuk
melarikan diri, tapi untuk memperoleh pengalaman dan ikatan dari dunia virtual
untuk meningkatkan hal pada dirinya di dunia nyata, Asuna pastinya adalah
seseorang seperti itu.Tentu saja, itu juga berlaku terhadap Kazuto.
Karena
itu, Shino tidak ingin memikirkan bahwa dunia VR hanyalah palsu, bahwa segala
sesuatu di dalamnya hanyalah imajinasi. Dia tidak ingin memikirkan tentang
fakta bahwa dunia VR tidak dapat ada tanpa adanya pengembang.
Bulan
lalu, di malam yang dia habiskan di rumah Asuna, di dalam kamar setelah lampu
kamar dimatikan, dia telah mengungkapkan kelemahan yang dia telah sembunyikan.
Lalu, Asuna yang berbaring di tempat tidur di yang ada disampingnya berpikir
untuk sesaat, sebelum berbicara.
『Sinonon, bukankah itu seperti dunia nyata?
Bahkan sekarang, keadaan sekeliling kita menerima kita, entah itu rumah, atau
kota, atau status kita sebagai siswa dalam masyarakat, segalanya telah dirancan
seseorang…..bukan? Mungkin, menjadi kuat, adalah tentang menghadapinya
bersamaan dengan hal itu, bukankah seperti itu?』
Setelah
berhenti sejenak, Asuna melanjutkannya dengan suara yang sedikit tertawa.
『Tapi, aku juga ingin melihatnya meskipun
sekali, dunia VR yang tidak didesain oleh siapapun. Mungkin jika hal itu menjadi
kenyataan, itu mungkin, dapat diartikan sebagai «Dunia Nyata», yang bahkan jauh
lebih nyata dibandingkan dengan dunia nyata ini….』
"Dunia...Nyata...
"
Sementara
Shino tanpa sadar bergumam, Asuna, yang kelihatannya sedang memikirkan hal yang
sama, menggangguk dari sisi yang berlawanan dari meja tersebut.
"Kirito-kun...
Maka, itu berarti...Dengan mengenakan STL, kenyataan yang secara subyektif jauh
lebih nyata dibandingkan dengan dunia nyata kita yang wujudkan? Sebuah dunia
yang berbeda tanpa adanya keterlibatan dari seorang pendesain."
"Hmmm...."
Kazuto
berpikir sejenak, sebelum perlahan menggelengkan kepalanya.
"Tidak...Untuk
situasi yang sekarang ini, itu masih cukup sulit. Hutan atau padang rumput di
dataran alami dapat diserahkan kepada sistem untuk diciptakan, tapi aku
berpikir membangun sebuah kota berskala besar sambil mempertahankan keutuhannya
tanpa seorang pendesain masih mustahil. Tentang kemungkinan yang
lain....Seperti mempersiapkan beberapa ratus player tester dan membiarkan
mereka untuk membangun sebuah kota mulai dari nol di dalam bidang yang pada
awalnya adalah alam liar, atau dengan kata lain, membangun sebuah peradaban,
untuk hal tersebut, aku berpikir itu masih bisa dilakukan di dunia tanpa
pencipta yang berkuasa seperti Dewa...."
"Uwa,
itu akan menjadi strategi yang menghabiskan banyak waktu―"
"Penyempurnaan
seluruh area itu akan menghabiskan waktu beberapa bulan, aku pikir."
Asuna
dan Shino tertawa pada lelucon Kazuto di waktu yang sama. Akan tetapi, pemilik
pidato itu masih tetap merenung dengan mengerutkan dahinya, dan tidak lama
kemudian, dia mulai berbicara dalam sikap berbicara yang bermonolog.
"Jadi
itu adalah simulasi pembangunan sebuah peradaban, huh. Tidak...itu dapat
dikatakan bahwa itu diperlukan. Jika fungsi FLA dalam STL digunakan dan
dibiarkan untuk berkembang…Apakah ada pembatasan yang ditaruh pada ingatan yang
berada di dalamnya.....?"
"FL
dari STL...Apa itu?"
Shino
mengerutkan dahinya karena pergantian singkat itu, saat Kazuto mengangkat
wajahnya dan mengedipkan matanya.
"Ah…Itu
adalah sihir kedua yang dimiliki Soul Translator. Beberapa saat yang lalu, aku
berbicara tentang dunia virtual seperti mimpi yang diciptakan oleh STL,
bukan?"
"Yeah."
"Apakah
kau pernah mengalami mimpi yang benar-benar sangat panjang, dan merasa sangat
kelelahan ketika kau terbangun? Sebuah mimpi buruk khususnya..."
"Ah―ya,
aku pernah."
Shino
menggangguk sementara mengerutkan dahinya.
"Melarikan
diri dari sesuatu, dan sepanjang jalan itu aku berpikir "Ini pasti hanya
mimpi" namun aku tidak mampu untuk bangun. Ketika berpikir aku akhirnya
terbangun setelah dikejar untuk waktu yang lama, itu ternyata adalah sebuah
mimpi juga."
"Menurutmu
berapa jam yang kau habiskan di dalam mimpi itu?"
"Eh―?
Dua……Atau mungkin tiga jam."
"Sebenarnya,
ketika memonitor gelombang otak selama bermimpi, yang dirasakan seseorang
memiliki waktu yang sangat lama, waktu sebenarnya diantara melihat mimpi dan
membuka mata kita hanya sekitar beberapa menit."
Kazuto
yang memotong perkataannya sampai titik ini, tiba-tiba mengulurkan kedua
tangannya untuk menutupi kedua terminal yang tergeletak di atas meja. Dia lalu
memperlihatkan sebuah tatapan rendah ke arah Shino.
"Kita
mulai berbicara mengenai STL sekitar jam setengah lima, bukan? Sinon, sekarang
menurutmu jam berapa sekarang?"
"Hmm..."
Saat
terkejut, Shino menjadi ragu-ragu untuk menjawab. Langit yang melewati titik
balik matahari di musim panas masih terang, jadi dia tidak dapat menebak waktu
dengan cahaya yang bersinar melalui jendela. Dia terpaksa mengandalkan
perkiraannya untuk menjawab.
"...Sekitar
jam empat lebih lima puluh menit..."
Kazuto
lalu menarik tangannya yang menutupi terminal, sebelum mengarahkan layarya pada
Shino.Saat dia menatap pada layar itu, beberapa angka digital menunjukkan bahwa
sekarang sudah lewat jam lima.
"Whoa,
aku tidak menyadari bahwa kita telah menghabiskan waktu selama ini dengan
berbicara."
"Kesadaraan
terhadap waktu waktu adalah masalah yang subyektif. Tidak hanya selama berada
di dalam mimpi tapi juga di dunia nyata. Ketika dalam keadaan darurat, perasaan
adrenalin membuat waktu terasa menjadi lambat, di sisi lain, waktu berlalu
lebih cepat ketika kita tenggelam padfa pembicaraan santai. RATH telah meneliti
tentang bagaimana ini terjadi dalam kesadaran manusia…atau Fluctlight, dan itu
menjadi sebuah teori awal. Kelihatannya, aliran yang ada pada inti kesadaran
adalah dorongan yang bertindak sebagai «Sinyal kontrol pemikiran waktu». Tapi
itu nampaknya mereka masih belum dapat memahami darimana itu berasal."
"Waktu…?"
"Itu
adalah kata yang sering kau dengar ketika berbicara tentang sesuatu yang
berhubungan dengan gigahertz komputer."
"Jumlah
perhitungan yang bisa dilakukan dalam satu detik, bukan?"
Asuna
berkata saat dia mengangguk, Kazuto kemudian mengetuk permukaan meja dengan
jari tangan kanannya, menciptakan suara ton ton.
"Itu
juga adalah angka maksimal yang mereka masukkan di dalam katalog, angka tadi
sebenarnya tidaklah tetap. Itu biasanya beroperasi secara perlahan agar
menghasilkan panas yang lebih sedikit, lalu ketika beban pekerjaan yang berat
dibutuhkan——"
Ton ton ton, suara
itu terdengar saat dia mempercepat iramanya.
"Saat
pengoperasian jam itu meningkat, maka perhitungannya juga akan meningkat. Itu
sama halnya dengan komputer kuantum dalam bentuk Fluctlight. Ditempatkan pada
kondisi yang gawat, menangani sejumlah data berukuran besar, pemikirkan jam itu
akan berakselerasi menanggulanginya. Sinon pasti pernah mengalaminya juga,
ketika berkonsentrasi pada pertarungan yang hebat, kau merasa seperti kau dapat
melihat peluru, bukan?"
"Ah—Sebenarnya....Yeah,
ketika aku sedang dalam kondisi sangat bagus. Tapi itu tidak ada cara untuk aku
dapat meniru gerakanmu «Memprediksi garis prediksi peluru kemudian
menghindarinya»"
Shino
mengatakan itu saat dia menjadi cemberut, Kazuto memperlihatkan senyuman masam
sebelum menggelengkan kepalanya.
"Itu
juga mustahil untuk aku yang sekarang. Aku harus berlatih kembali sebelum BoB
berikutnya...Bagaimanapun juga, pemikiran jam itu mempengaruhi kesadaran kita
terhadap waktu. Ketika jam itu berakselerasi, manusia akan merasakan bahwa
aliran waktu menjadi melambat. Pada saat selama tidur akan menjadi contoh yang
jelas untuk hal itu. Untuk menangani sejumlah besar data mengenai ingatan,
Fluclight akan menambah kecepatan, dan sebagai hasilnya, kita melihat mimpi yang
terasa beberapa jam lamanya dalam waktu beberapa menit."
"Hmmmm...."
Shino
melipat tangannya saat dia merintih. Otaknya, atau lebih tepatnya, pikirannya,
adalah sebuah komputer berbasis cahaya, sesuatu seperti itu sudah melebihi yang
dapat dipikirkan, perbuatan «Berpikir» yang mampu meningkatkan atau menurunkan
kecepatannya, meskipun itu dapat dikatakan seperti itu, dia tidak dapat
merasakan itu mungkin dapat dilakukan. Tetapi, Kazuto tersenyum pada saat dia
melanjutkan perkataannya.
"——Dalam
hal ini. Jika kita dapat mengerjakan pekerjaan rumah atau bekerja di dalam
mimpi kita, bukankah kau berpikir bahwa itu hebat? Bahkan jika itu hanya
beberapa menit saja di dunia nyata, tapi itu akan menjadi beberapa jam lamanya
di dalam mimpi."
"S-Sesuatu
seperti itu sama sekali absurd."
"Ya,
aku juga berpikir seperti itu―, aku belum pernah melihat mimpi yang nyamannya
seperti itu sebelumnya."
Bahkan
meskipun Shino dan Asuna menyangkal di waktu yang sama, senyumannya masih tetap
terlihat di wajah Kazuto sementara dia melanjutkan penjelasannya.
"Mimpi
yang nyata itu tidak konsisten, itu adalah hasil tambahan dari operasi
pengolahan ingatan. Mimpi yang diciptakan oleh STL jauh lebih jelas…Maksudku,
dunia VR yang menyerupai mimpi secara logika tersebut. Di dalam dunia itu, pemikiran
jam dalam kesadaran seseorang akan digabungkan dan diakselerasikan. Di saat
bersamaan, waktu standar di dalam dunia virtual juga disesuaikan dengan
akselerasinya. Sebagai hasilnya, waktu Dive yang dirasakan oleh user di dalam
dunia virtual tersebut adalah beberapa kali lipat waktu sebenarnya di dunia
nyata. Itulah fitur terhebat yang dimiliki STL, «Fluctlight Acceleration»,
disingkat sebagai FLA."
"......Ini
sudah......"
Aku berpikir kita tidak lagi membicarakan tentang kenyataan
lagi, Shino mengeluarkan
nafas pelan. Ini benar-benar sudah jauh dari «Sedikit Beda» AmuSphere.
Kehidupan
sosial benar-benar telah berubah hanya karena penerapan teknologi Fulldive.
Shino telah mendengar bahwa mesin versi pengurangan harga telah digunakan di
perusahaan biasa, dan telah menjadi hal yang biasa untuk pergi ke dunia virtual
untuk menghadari konferensi ataupun presentasi, bahkan ada penyiaran drama dan
film 3D setiap harinya, dimana para penonton dapat masuk ke dalam adegan dari
sudut manapun yang mereka inginkan, dan sebuah software travelling yang
memproduksi sebuah pemandangan dataran tinggi yang sangat populer diantara
orang tua, itu sama seperti yang dikatakan Kazuto sebelumnya, sebuah era yang
bahkan latihan militer telah dilakukan di dalam dunia virtual.
Dengan
meningkatnya jumlah orang yang tidak ingin meninggalkan mereka, maka muncul
ledakan «Strolling Group», yang berjalan tanpa tujuan di sekitar kota dalam
dunia virtual, perilisan «Virtual strolling software», yang disediakan khusus
bagi kelompok tertentu yang telah meraih kepopuleran besar, tapi itu adalah
sebuah fenomena yang telah memiliki prioritas belakang. Dan belakangan ini saja
terdapat banyak toko hamburger dan gyudon yang mulai membuka cabangnya di
dunia virtual.
Bagaimanakah pengaruh besar dari dunia virtual seperti itu
meluas hingga dunia nyata——Bahkan meskipun situasi sosial yang sekarang, dengan
sesuatu yang dapat mengakselerasikan kesadaran seperti Soul Translator, dunia
jenis apa yang akan dibuat?Sementara
Shino merasakan hawa dingin di balik punggungnya, Asuna, yang mengerutkan
dahinya seolah-olah dia sedang memikirkan hal yang sama, mulai berkata saat dia
menghela nafas.
"Mimpi
panjang…Hmm…."
Dia
lalu mengangkat pandangannya ke arah Kazuto di seberang meja dan memperlihatkan
senyuman samar-samar.
"Itu
akan menjadi hebat jika Soul Translator dipasarkan sebelum insiden SAO…Aku
berpikir jika aku seharusnya memikirkan seperti ini. Jika perangkat keras antarmuka
bukanlah Nerve Gear namun STL, maka Aincrad seharusnya akan memiliki ribuan
lantai, dan untuk menyelesaikannya akan membutuhkan waktu sekitar dua puluh
tahun."
"T…Tidak
mungkin aku melakukannya."
Melihat
Kazuto bergemetar sementara menggelengkan kepalanya membuat Asuna tersenyum
sekali lagi, kemudian dia melanjutkan pertanyaanya.
"Yeah.
Itu akan menjadi operasi pengetesan yang memiliki waktu yang panjang. Aku akan
Diving tiga hari secara terus menerus tanpa makan maupun minum. Aku pikir aku
akan menjadi sedikit lebih kurus…."
"Itu
sama sekali bukan sedikit―Benar-benar...Pekerjaan ini sudah terlalu
berlebihan"
Asuna
membuat ekspresi marah yang manis sambil melipat tangan di depan dadanya.
"Besok
aku akan pergi ke Kawagoe dan membuatkan makanan! Aku perlu untuk meminta
Suguha-chan untuk membeli banyak sayuraan juga."
"I-Itu
sangat baik untuk dirimu."
Sementara
Shino tersenyum saat melihat mereka berdua, dia tiba-tiba memikirkan sebuah
pertanyaan, dan mulai berbicara.
"Hei...Itu
berarti, tiga hari selama Dive itu dilakukan di bawah fungsi akselerasi pikiran
tadi, bukan? Apa kau tahu berapa lama waktu yang sebenarnya kau rasakan di
dalam?"
"Hmm,
seperti yang kujelaskan sebelumnya, ingatan di dalamnya ditahan……Tapi, aku
mendengar bahwa kecepatan maksimal fungsi FLA saat ini adalah tiga kali
lipat...."
"Itu
artinya…sembilan hari?"
"Atau
mungkin sepuluh hari."
"Hmmm…aku
ingin tahu apa yang kau lakukan di dalam dunia seperti itu. Ingatan memang
tidak dapat dibawa keluar, tapi bagaimana caranya memasukkan ingatan dari dunia
nyata ke dalamnya? Apa ada tester lainnya?"
"Tidak―tentang
sesuatu seperti itu, aku tidak berpikir seperti itu. Sebab latar belakang
pengetahuan akan mempengaruhi hasil tesnya. Juga, mesin itu dapat memblokir
ingatan selama Dive, jadi membatasi ingatan yang ada seharusnya bukanlah hal
yang sulit...Bagaimanapun juga, bangunan tempatku bekerja di Roppongi hanya
memiliki satu mesin eksperimen STL, jadi orang yang Diving di dalamnya hanya
aku saja. Dan aku tidak mengetahui apapun yang ada «Di dalam», jadi itu tidak
akan cukup untuk menjadi seorang Beater atau lainnya dengan hasil tesnya. Tapi
satu-satunya hal yang dapat aku katakan adalah kode nama dari dunia virtual
yang digunakan dalam eksperimen tersebut."
"Heh...Apa
itu?"
"«Underworld»"
"Under….Underground
world? Aku ingin tahu apakah itu adalah bagaimana dunia VR itu didesain."
"Desainnya
masih belum diketahui apakah itu kenyataan, fantasi, atau SF setting. Tapi,
berdasarkan dari namanya, aku memiliki perasaan bahwa itu adalah tempat di
bawah tanah yang suram..."
"Hmmm,
jadi kita tidak dapat menebaknya."
Saat
Shino dan Kazuto mengelengkan kepala mereka di saat yang bersamaan, Asuna
menyentuh dagu halusnya dengan jarinya sementara dia bergumam dengan suara
pelan.
"Mungkin…itu
juga berasal dari dongeng Alice."
"Alice..."
"Itu
masuk akal karena nama RATH juga diambil dari cerita『Alice in Wonderland』.Edisi khusus pertama
dari buku itu adalah 『Alice’s Adventures Under Ground』."
"Heh…Ini
pertama kali aku mendengarnya. Jika itu benar, entah mengapa...Itu seperti
sebuah perusahaan cerita dongeng."
Shino
memperlihatkan senyuman samar-samar sementara melanjutkan berbicara.
"Ngomong-ngomong,
tentang buku cerita Alice, ada dua buku dengan cerita mengenai mimpi panjang
…Mungkin selama Kirito sedang Dive, itu mungkin saja dia melakukan pesta minum
teh dengan kelinci atau bermain catur dengan ratu."
Asuna
yang mendengarnya tertawa dengan cara geli. Tapi orang yang dipertanyakan,
Kazuto, menatap lurus pada satu tempat di atas meja dengan ekspresi rumit.
"....Apa
ada yang salah?"
"....Tidak..."
Suara
Shino membuat tatapannya menuju ke atas, sementara masih mengerutkan dahinya,
dia berkedip berulang kali dengan jengkel.
"Beberapa
saat yang lalu, ketika aku mendengar kata Alice…Aku merrasa seperti aku dapat
mengingat pada sesuatu…Seperti, pada saat, dimana kau merasakan sesuatu yang
lucu atau mengganggu seperti beberapa saat yang lalu, tapi tidak peduli
bagaimana kau memikirkan tentang itu, kau tidak dapat mengingatnya, apakah itu,
itu seperti perasaan gelisah."
"Ah,
yeah. Seperti terbangun dari mimpi buruk tapi tidak mengingat apapun isi
mimpinya tadi."
"Sesuatu…Beberapa
saat yang lalu aku merasa bahwa aku melupakan sesuatu yang buruk…"
Asuna
bertanya saat dia dengan khwatir melihat pada Kazuto, yang mengacak rambutnya.
"Itu,
mungkin, ingatan selama eksperimen....?"
"Tapi…Bukannya
kau mengatakan bahwa semua ingatan tentang dunia virtual itu dihapus?"
Saat
Shino mengatakan hal itu setelah Asuna, Kazuto menghela nafas sambil tetap
menutup matanya, sebelum merendahkan bahunya.
"…Sebenarnya,
itu adalah ingatan berharga selama sepuluh hari. Mungkin saja ada bagian yang
lolos dari pemblokiran... "
"Oh
ya, jika kita memikirkan tentang itu, jika ingatan itu sebenarnya masih tetap
tersisa, itu akan berarti kau lebih tua tua dibandingkan dengan kita, secara
pikiran. Itu entah bagaimana….terdengar menakutkan."
"Untukku,
aku sedikit…senang, itu seperti jarak diantara kita menjadi lebih sempit."
Asuna
mengatakan seperti itu, karena dia satu tahun lebih tua, Kazuto saat dia
memperlihatkan senyuman lemah.
"Jika
memikirkan tentang itu, dalam periode di antara Dive kemarin dan kelas hari
ini, aku merasakan perasaan tidak nyaman yang aneh. Itu seperti waktu telah
berlalu lama sekali semenjak aku melihat kota, atau acara TV. Teman-teman di
kelas juga.... 'Siapa sih cowok itu?' Sesuatu seperti itulah......"
"Jangan
terlalu dibesar-besarkan, itu hanya 10 hari saja."
"Aku
setuju―Itu bukanlah sesuatu yang harus kau cemaskan."
Shino
dan Asuna merengut pada perkataan Kazuto.
"Kirito-kun,
kau seharusnya keluar dari ekperimen yang tidak masuk akal itu. Itu benar-benar
memberi beban yang terlalu berat pada tubuhmu."
"Ah,
jika operasi pengetesan yang memiliki waktu yang panjang telah sukses, itu
berarti bagian terakhir dari masalah rancangan dasar semuanya telah selesai.
Tahap berikutnya adalah membentuk mesin untuk penerapannya, tapi aku ingin tahu
berapa tahun lamanya yang akan dibutuhkan untuk merubah mesin ukuran besar itu
menjadi bentuk yang umum…Aku juga tidak dapat melakukan pekerjaan sampingan ini
lebih lama lagi, karena ujian terakhirn dimulai bulan depan."
"Uu..."
Pada
perkataan Kazuto, Shino membuat ekspresi suram sekali lagi.
"Hei,
jangan mengingatkan aku sesuatu seperti itu. Kalian semua sangat enak, sekolah
kalian hampir tidak memiliki ulangan tertulis lagi. Sekolahku masih memakai
sistem lembar jawaban, yang benar saja..."
"Huhu,
kalau begitu bagaimana membuat belajar kelompok bersama-sama?"
Saat
dia mengatakan itu, Asuna melihat ke atas dinding di belakang Shino sebelum mengatakan,
‘Wah’ dengan suara pelan.
"Ini
hampir jam enam, waktu berlalu dengan cepat di saat kita sedang
berbicara."
"Kalau
begitu kita selesaikan pembicaraannya di sini. Tapi aku tidak berpikir bahwa
kita membicarakan topik utama hanya membutuhkan waktu lima menit saja."
Sementara
Kazuto memperlihatkan senyuman masam, Shino juga tersenyum sementara menjawab.
"Baiklah,
masih ada waktu sebelum BoB kelima, jadi mari memutuskan build karakter dan
rincian taktik bertarung setelah mengkonversi karakter."
"Yeah,
itu juga bagus. Tapi aku merasa tidak seperti memakai apapun selain light
saber."
"Aku
sudah memberitahu padamu bahwa itu adalah photon sword."
‘Apa
benar?’ Kazuto tertawa saat dia memegang ujung dari meja itu, dan mulai
berjalan menuju konter untuk membayar makanan ini dengan uang yang dia dapat
dari pekerjaan sampingan selama tujuh puluh dua jam. Shino dan Asuna
mengatakan, ‘Terima kasih atas makanannya!‘ secara bersamaan, sebelum berjalan
menuju ke pintu keluar.
"Agil-san,
aku akan datang lagi."
"Terima
kasih karena makan di sini, kacang panggang di sini benar-benar enak."
Setelah
jawaban dari pemilik kafe, yang sedang sibuk dengan persiapan kafe di malam
hari, Shino mengeluarkan payungnya dari tong wishky dan mendorong pintu itu
hingga terbuka. Karakaran, saat suara bel pintu itu berbunyi,
suara keras dari suasana perkotaan dan hujan menyelimuti telinganya.
Bahkan
meskipun masih ada waktu sebelum malam tiba, namun dikarenakan awan tebal, yang
merupakan tanda malam yang gelap telah meliputi di atas jalanan basah di
sekitarnya. Shino membuka payungnya, dan mulai menuruni anak tangga kecil——dia
mendadak menghentikan langkahnya saat dia dengan cepat menggerakkan
pandangannya pada sekelilingnya.
"Sinonon,
ada apa….?"
Suara
khawatir dari Asuna terdengar dari arah belakang. Shino kembali menjadi sadar
dan dengan cepat membalikkan pandangannya dari jalan.
"T-Tidak,
tidak ada apa-apa."
Dia
sedikit tertawa untuk menyembunyikan rasa malunya. Tidak mungkin, aku
merasakan hawa kehadiran sniper di belakangku, tapi ini tidak mungkin. Mungkin
kebiasaan memastikan tempat sniper pada saat aku memasuki ruangan terbuka
muncul di dunia nyata? Memikirkan seperti itu, dia menjadi sedikit
tercengang.
Sementara
Asuna memiringkan kepalanya, bel pintu dari belakang berbunyi sekali lagi,
diikuti oleh suara langkah menuruni anak tangga.
Ketika
Kazuto, yang keluar dari toko sambil memasukkan dompet ke dalam tasnya, telah
turun dan berdiri di jalan, dia mengeluarkan satu kata bersamaan dia menghela
nafas.
"ALICE....."
"Apa,
kamu masih memikirkan tentang itu?"
"Tidak....aku
kebetulan mendengar di suatu kesempatan dari percakapan staff di hari Jumat
sebelum Diving ke dalam STL….……Arti…… Labile…… Intelligen……hmm, apa
itu...."
Shino
menyerahkan payung yang dipegangnya pada Kazuto, yang mengucapkan kata-kata
yang tidak dapat dia mengerti, Asuna pasti lebih khawatir tentangnya, saat
dia memperlihatkan senyuman masam.
"Ya
ampun, jika sesuatu seperti itu benar-benar mengusikmu, Bukankah kau seharusnya
menanyakannya pada mereka saat berikutnya kau pergi ke sana."
"Yeah...Itu
benar."
Kazuto
menggelengkan kepalanya dua, tiga kali, sebelum akhirnya membuka payungnya.
"Sampai
jumpa Sinon, pertemuan selanjutnya kita akan berbicara tentang mengkonversi
karakter ke GGO."
"Aku
mengerti. Baiklah kita akan bertemu lagi di ALO. Terima
kasih sudah datang hari ini."
"Sampai
jumpa, Sinonon."
"Sampai
jumpa, Asuna."
Kazuto
dan Asuna akan pulang menggunakan JR, sambil melambaikan tangan mereka. Shino juga mulai berjalan ke arah stasiun di arah yang berlawanan.
Sekali
lagi, dia diam-diam melihat ke arah sekelilingnya dari bawah payung yang ia bawa, namun
perasaan takut dari tatapan sebelumnya juga telah menghilang tanpa jejak
seperti waktu pertama kali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TULIS KOMENTAR