• Breaking News

    Kamis, 13 September 2018

    Chapter 6 – Kelezatan dari Pot-au-feu

    Translator : TAKI-kun
    Selamat Membaca
    --------------------------------------------------------------------------------------------

    Ohh, ini pasti hidangan pesta untuk hari ini

    Ergys-san berkata dengan gembira saat melihat banyak piring di atas meja.

    Di depan mata kami ada makanan pot-au-feu*  yang berisi kentang, wortel, sosis, kol dan brokoli. Juga terdapat tumis yang dibuat dengan menggunakan sayuran dan jamur yang dicampur dengan mentega, ayam goreng, dan roti yang dipotong menjadi berukuran kecil dengan beberapa keju krim di atasnya.
    TL Note : sebuah sup yang berasal dari Perancis, tetapi agak populer di Jepang
    Tidak terlalu berlebihan jika menyebut menu ini sebagai hidangan pesta. Hanya dengan melihatnya saja membuatku menjadi tersenyum.
    Kita memiliki orang baru di desa mulai hari ini. Jadi ini adalah perayaan untukmu
    Ya. Kita akan merayakannya malam ini. Izinkan aku membuka anggur yang disimpan selama sepuluh tahun
    Terima kasih banyak
    Dengan perlahan aku menundukkan kepala dan mengucapkan terima kasih setelah mendengarkan kata-kata yang menghangatkan.
    Aku tidak pernah bertemu dengan orang seperti ini selama hidupku. Jadi aku sangat tersentuh hingga aku hampir meneteskan air mata.
    Ergys-san berdiri dari kursinya dengan tergesa-gesa dan meninggalkan ruangan, dan tak lama kemudian, dia kembali dengan sebotol anggur di tangannya. Sepertinya terlihat senyuman yang bahagia di wajahnya, aku  mengerti karena dia telah menyimpan anggur terbaiknya untuk saat-saat seperti ini.
    ... Nordende?
    Tanpa sengaja aku mengatakan nama anggur itu.
    Anggur ini dibuat di tempat Aisha-chan
    Ah, benar Aisha adalah petani anggur, dan aku mengerti bahwa dia menggunakan tempat produksi sebagai nama merek anggur.
    Pada saat Ergys-san sedang membuka botol anggur, Fiona-san membawa empat gelas untuk tempat anggur tanpa bertanya.
    Anggur Aisha-chan sangat halus dan mudah diminum. Meskipun Flora kami tidak terlalu menyukai anggur, tapi dia tetap saja menyukai anggur yang dibuat Aisha-chan.
    Flora dengan lembut memukul bahu Fiona-san dengan kedua tangannya sambil melihat ke bawah, sehingga dia tampak malu-malu.
    Hehh, aku pasti sangat menantikannya.
    Jadi, Aisyah adalah orang yang membuat anggur ini... yah, walaupun kepribadian dan sifat anggurnya tidak ada hubungannya sama sekali.
    Suara busa muncul bergema di ruangan itu, lalu masing-masing dari gelas anggur diisi sampai penuh dengan anggur merah. Aroma anggur yang sangat harum tercium di udara.
    Kalau begitu, mari kita bersulang untuk merayakan datangnya penduduk desa yang baru, Aldo-san!
    Setelah mendengarkan kata-kata Ergys-san, masing-masing dari kami dengan ringan mendentingkan gelas anggur.
    Suara yang unik dari gelas anggur berdenting terdengar di dalam ruangan tersebut, dan semua orang mengarahkan gelas tersebut ke mulut mereka.
    Wow, ini memang sangat mudah untuk diminum dan terasa sangat halus
    Seperti yang diharapkan dari anggur yang telah disimpan selama sepuluh tahun, rasanya memang memiliki rasa manis yang halus.
    Rasa astringency* itu sangat pas. Jika seperti ini, bahkan orang yang tidak suka dengan rasa anggur merah pun bisa meminumnya.
    TL Note : Astringency dalam wine adalah suatu sensasi setelah meminum anggur merah (jujur saya  juga tidak mengerti bagaimana rasanya karena tidak pernah mencicipi wine >.<)
    Apakah anggur ini sesuai dengan seleramu?
    Ya, sangat nikmat
    Aku ingin meminumnya setiap hari.
    Keju ini juga dibuat di desa ini. Ini benar-benar pas jika disantap bersama dengan anggur
    Ergys-san mungkin sudah mengetahui seberapa besar aku akan menyukai anggur ini, jadi dengan penampilan yang agak senang, dia merekomendasikan keju itu untuk disantap bersama dengan anggur merah.
    Aku dengan cepat mengambil keju tersebut, jadi akan menjadi sia-sia jika tidak mencoba keju bersama dengan anggur merah yang telah direkomendasikan.
    Lalu, aku memolesi beberapa krim keju ke sepotong roti berukuran kecil.
    Setelah roti itu dilapisan keju yang tebal, lalu aku pun memakan roti tersebut.
    Rasa keju dengan ketebalan yang tepat meleleh di dalam mulutku.
    Kemudian, saat aku menikmati rasa keju dengan mengunyahnya sedikit demi sedikit, aku juga mengambil anggur merah yang ada di meja.
    Rasa anggur dan keju yang nikmat, ditambah dengan aroma dan rasa yang tepat, memiliki kombinasi yang sempurna satu sama lain.
    Ini benar-benar enak jika dimakan bersama!
    Benar kan?
    Ergys-san menjawab dengan senyuman sambil memolesi keju di atas roti dan menikmatinya dengan seteguk anggur.
    Flora dan Fiona-san, yang duduk di depanku, sepertinya sedang meminum anggur dan keju dengan sopan.
    Kombinasi keju dan anggur yang berasal dari tempat yang sama mengingatkanku pada sesuatu yang pernah dikatakan Kiel di masa lalu. Dia mengatakan bahwa jika rasa yang berbeda dari anggur dan keju memang sangat cocok dikombinasikan satu sama lain, rasanya juga tidak akan tumpang tindih. Melalui kata-katanya tersebut, aku merasa kombinasi dari anggur dan keju ini memang sangat sempurna sehingga rasanya seperti berada di pesta pernikahan.
    Aku terus makan dan minum sebelum kejunya menjadi dingin, karena rasanya tidak enak saat itu terjadi.
    Di tengah makan malam, kulihat ada keju yang keluar dari mulut Flora, tapi aku tidak langsung menatapnya. Maksudku, aku mengerti dia merasa malu karena wajahnya sudah mulai memerah.
    Setelah itu, delapan puluh persen keju sudah mulai habis, dan aku mulai mencicipi pot-au-feu yang ada di depanku.
    Aku memotong kentang besar menjadi beberapa bagian dalam sekejap, dan memasukkannya ke dalam mulutku.
    Kentang tersebut dibumbui dengan garam, merica, dan rempah-rempah lainnya. Rasa sup yang terserap oleh kentang memiliki rasa yang luar biasa.
    Itu sangat berbeda dengan pot-au-feu sederhana yang disajikan di penginapan.
    Sendok yang kugunakan untuk menyendok sup tak kunjung berhenti.
    Pot-au-fu ini sangat lezat. Kalian bahkan bisa membuka restoran sendiri .
    Ara, bukannya itu bagus, Flora. Pot-au-feu yang kau buat dipuji oleh Aldo-san
    T, terima kasih banyak
    Flora melirikku dengan pandangan ke atas saat dia berbicara.
    Wajah dan telinganya terlihat merah seolah dia benar-benar malu. Penampilannya mirip Fiona-san tapi di dalam dirinya lebih seperti Ergys-san yang pemalu.
    Pada saat yang bersamaan, aku juga merasakan rasa wortel, kol, dan brokoli.
    Menurut Ergys-san, semua sayuran ini juga ditanam di desa ini. Brokoli dan wortel secara pribadi ditanam olehnya.
    Sayuran tersebut lebih manis daripada brokoli dan wortel lainnya yang pernah aku makan sebelumnya, dan mereka memiliki rasa nikmat yang berbeda.
    Jadi begini rasa sayuran yang baru saja dipetik.
    Karena aku sekarang mengetahui rasa dari sayuran yang segar, aku jadi ingin menanam sayuranku sendiri.
    Lalu, aku mencicipi sosis dan roti yang dicelupkan ke dalam sup.
    Aku merasa Flora melirikku ke sana-sini saat aku makan pot-au-feu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa kepadaku.
    Aku tidak terlalu keberatan karena dia mungkin hanya mengamati apakah aku akan memuji makanan atau tidak.
    Aku juga pernah bertugas memasak pada saat aku berpetualang, jadi aku tahu bagaimana rasanya. Itu adalah perasaan senang saat melihat orang lain menikmati makanan yang telah kau buat sendiri.
    Ergys-san dan Fiona-san memperhatikan Flora dengan tatapan hangat saat mereka memperhatikan keadaannya. Meski ada kesunyian dan keheningannya tetapi tidak ada rasa canggung sedikit pun.
    Setelah selesai memakan pot-au-feu, lalu aku mulai menyantap ayam goreng dengan bumbu rempah-rempah, jamur goreng & sayuran, kulihat Flora yang sedang berada di depanku menjadi sangat gelisah.
    Meskipun dia memegang garpu di tangan kanannya, tangannya itu sama sekali tidak bergerak. Dia melihat piring yang berisi pot-au-feu telah kosong dan kemudian melihat wajahku.
    Seperti yang diharapkan, aku tidak tahu apa yang dia pikirkan.
    Karena perutku belum kenyang, mungkin aku tanpa rasa malu menghabiskannya dalam beberapa detik. Pot-au-feu itu memang sangat lezat sehingga aku memutuskan untuk menambah porsiku.
    Ketika aku mulai bertanya, Flora berbicara kepadaku.
    Um, apakah kamu ingin menambah pot-au-feu?
    …Ya, Tentu saja
    Baiklah kalau begitu!
    Flora, yang bertanya dengan malu-malu, menunjukkan senyuman cerah seperti bunga yang mekar saat aku menyerahkan piringku yang kosong.
    Dia meletakkan garpu di tangannya, lalu dia menerima piring itu dengan kedua tangannya dan berjalan ke arah dapur.
    Setelah itu, dia kembali dengan sepiring penuh pot-au-feu yang diberikan untukku.
    Silakan
    Terima kasih
    Melihatnya begitu bahagia sehingga membawa senyum lebar ke wajahku, dan dia juga dengan malu-malu tersenyum sebagai balasannya.
    Mungkin dia sudah agak terbiasa denganku. Kami mulai saling tersenyum saat kami berbicara, dan dia juga sempat mengajukan beberapa pertanyaan kepadaku.
    Rasanya seperti jarak diantara kami sedikit berkurang dengan adanya makan malam ini. Aku yakin dia tidak perlu melarikan diri pada saat kita bertemu lagi.
    Setelah itu, aku menambah dua piring lagi pot-au-feu.
      


    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    TULIS KOMENTAR