• Breaking News

    Selasa, 11 September 2018

    Chapter 4 - Peri di Taman Bunga

    Translator : TAKI-kun
    Selamat Membaca
    --------------------------------------------------------------------------------------------
    Setelah meletakkan tas di dalam rumah kepala desa, aku pergi ke luar dengan membawa makanan yang bisa dibawa kemana saja, seperti keju, raspberry dan biskuit.
    Entah bagaimana, aku masih ingat jalan ke ladang bunga.
    Jika aku tidak salah, dengan menuju ke arah barat dari plaza tengah desa mengikuti jalan yang dilalui pepohonan, aku harusnya bisa mencapai ladang bunga.
    Aku berjalan ke selatan dari rumah kepala desa, dan menuju ke barat dari alun-alun.
    Jumlah orang dan rumah secara bertahap berkurang saat aku berjalan, akhirnya aku memasuki jalan yang dikelilingi pepohonan.
    Daun hijau  yang subur bergoyang dikarenakan angin  yang seakan menyambutku.
    Dan, seolah pohon sedang memikatku untuk masuk lebih dalam dan dalam.
    Jika mendengarkan dengan seksama, aku bisa mendengar suara serangga dan suara burung yang berkicau di pohon.
    Aku tidak bisa menikmati alam yang santai seperti ini ketika hari-hariku sebagai petualang, karena aku selalu berada di tempat yang banyak monster tinggal.
    Jika aku tahu betapa menyegarkannya perasaan ini, pasti  sangat menyenangkan pergi piknik atau berjalan di sini bersama anggota partyku.
    Meskipun pada masa itu, yang aku lakukan hanyalah berusaha menjadi lebih kuat, karena aku ingin hidup.
    Ketika aku melewati tempat-tempat seperti ini saat berada di kereta kuda, aku merasa seperti ingin tidur, atau melakukan semacam latihan otot, sembari mengabaikan hal lainnya. Itu membuatku berpikir tentang betapa sia-sianya saat itu.
    Aku merasa sekarang aku mengerti sedikit tentang perasaan anggota party saat mereka menatapku tanpa berkata-kata selama masa itu.
    Udara menjadi berat saat aku berjalan lebih dalam menyusuri jalan setapak. Ini mulai menyerupai hutan yang dulu pernah kukunjungi.
    Namun ... Jika aku keluar dari sini ...
    Ladang bunga yang indah harusnya ada di sana. Aku telah dekat tempat tujuan.
    Aku bisa merasakan kakiku bergerak lebih cepat dan cepat saat aku maju selangkah demi selangkah.

    *crunch*, *crunch*, aku menggerakkan kaki dengan segenap kekuatanku saat menginjak jalan tanah. Kecepatanku  berangsur-angsur meningkat menjadi dua kali lipat dari biasanya.
    Apa yang ada di depan adalah tempat yang kuinginkan.
    Aku bertanya-tanya berapa kali aku memimpikan saat ini sejak aku di kerajaan.
    Aku menggali sisa ingatanku sejak sembilan tahun yang lalu, dan menggunakan imajinasiku untuk mengisi kekosongan yang hilang dari hatiku.
    Meski begitu, tidak sekali pun aku bisa mengingat adegan ini dengan cukup baik. Aku selalu berpikir bahwa, "Tidak, tidak seperti ini", setiap kali aku mengumpulkan sebuah imajinasi di kepalaku.
    Namun, inilah yang sebenarnya ada disini, tontonan yang belum pudar sedikit pun sejak sembilan tahun yang lalu.
    Jalan dengan pepohonan di kedua sisinya berakhir, dengan cahaya menyilaukan yang datang dari ujung jalan.
    Aku berlari menuju cahaya itu dan itu dia, ladang bunga yang luas.
    Bunga-bunga yang berwarna merah, merah muda, oranye, kuning, dan putih telah sepenuhnya mekar, dan mereka menyebar sejauh mata memandang. Warna dari bunga-bunga ini adalah sesuatu yang tidak bisa aku gambarkan secara lengkap dengan kata-kata karena kurangnya pengetahuan dan kosa kataku yang buruk; Aku hanya tahu bunga memiliki gradasi warna yang luas.
    Ini seperti karpet yang terbuat dari berbagai jenis bunga.
    Beberapa jenis yang kulihat saat semakin dekat adalah bunga rapeseed, Tulip, Poppy, dan Kiruruku*.
    TL Note : Kiruruku merupakan jenis bunga yang hanya ada di dalam cerita ini (bunga fiksi)
    Langit juga sedang cerah, diwarnai dengan warna biru.
    Saat angin bertiup dari satu arah, aroma bunga yang harum melayang saat bunga-bunga itu bergoyang mengikutinya.
    ...... ..
    Aku menatap adegan ini tanpa berkedip. Tidak, maksudku, itu bahkan tidak bisa digambarkan karena terlalu indah untuk mengedipkan mataku.
    Menyaksikan pemandangan yang begitu indah sehingga orang tidak berpikir itu bisa ada di dalam dunia...  Hampir seolah-olah aku sendiri telah diisolasi dalam dimensi yang terpisah.
    Saat melihat pemandangan yang lainnya ternyata saling terkait melalui warna, pikirku-
    Tidak perlu lagi membicarakan kenangan yang ada mimpiku lagi, pemandangan di depan mataku ini jauh lebih indah.
    Warna, bunga, dan nuansa udara yang berbeda dari apa yang aku bayangkan. Selain itu, aku tidak bisa membayangkan bau, angin, atau suara yang ada. Imajinasiku masih sangat kurang.
    Kupikir pemandangan dari sembilan tahun yang lalu terukir di pikiranku karena itu tak terlupakan. Namun, ini adalah fakta yang kuketahui bahwa ingatan manusia sangatlah terbatas.
    ... aku akhirnya disini
    Kata-kata itu keluar dari mulutku yang kering.
    Inilah adalah pemandangan yang kuimpikan; tempat yang aku rindukan selama satu setengah bulan terakhir.
    Aku sekarang disini.
    Air mata keluar saat perasaan hangat memenuhi dadaku dari berbagai emosi kebahagiaan dan kegembiraan yang bercampur aduk.
    Aku menyeka air mata dari pipiku dengan tergesa-gesa dengan punggung tanganku.
    Aku bertanya-tanya apakah air mata ini terbentuk dari perasaan tersentuh karena semua emosi ini. Aku bahkan tidak mengetahuinya.
    Ini adalah pertama kalinya aku mengalami hal seperti ini.
    Aku merasa bingung karena tidak bisa memahami emosi yang kurasakan, tapi rasanya seperti lubang kekosongan yang tercipta sejak aku menjadi pembunuh naga sudah sedikit terisi.
    Aku selesai menyeka air mata dan mulai berjalan lagi setelah emosiku tenang.
    Aku ingin menikmati tontonan bunga yang indah ini dari berbagai sudut pandang, tidak hanya dari satu pandangan.
    Aku memilih daerah tanpa ada bunga yang mekar dan terus berjalan.
    Seiring perubahan pandanganku, aku melihat lebih banyak jenis bunga.
    Bunga dalam bentuk yang belum pernah kulihat sebelumnya, beberapa bentuknya pendek, beberapa bentuknya panjang, beberapa berbentuk lapisan kelopak yang ditumpuk bersama. Ini sangat memalukan bahwa aku sama sekali tidak tahu apa nama dari bunga-bunga itu.
    Namun, ini agak menyenangkan untuk dipikirkan. Apa nama mereka, kapan mereka mekar, dan arti nama mereka.
    Aku pergi menyusuri ladang bunga saat aku menikmati warna dan aroma, seiring dengan bau tanah dan rerumputan. Mencium aroma bunga harum yang menempel pada bajuku saat aku berjalan, rasanya tidak masalah meski aku tidak mencucinya. Aku menduga aroma yang berasal dari Fiona-san juga tercipta dari penggunaan bunga.
    Aku berjalan melewati bukit sambil memikirkan hal-hal itu saat aku menatap bunga-bunga itu.
    Aku sudah berjalan sekitar seratus meter jauhnya setelah melintasi bukit, tapi ladang bunga masih terus membentang di depanku.
    Selain itu, bentuk dan warnanya bahkan sedikit berbeda dari yang kulihat sebelumnya.
    Di sini saja, ada banyak jenis bunga.
    Hal lain yang berbeda dari beberapa saat yang lalu adalah ada sebuah pohon yang berdiri tegak sendirian di kejauhan.
    Tidak begitu besar ataupun kecil, itu adalah pohon yang bisa kutemukan di mana saja, tapi bercampur dengan bunga.
    Persis seperti itu, aku ingin beristirahat di bawah pohon itu.
    Rasanya akan enak tidur siang sambil berbaring di bawah pohon. Ini pasti akan menjadi tempat yang bagus untuk menghindari panasnya musim panas.
    Aku berjalan menuju pohon tersebut.
    Aku teringat musim panas yang ada pikiranku. Namun, aku tahu bunga disini juga mengubah warna tergantung musimnya juga.
    Siapa yang mengajari aku hal ini?
    Aku bahkan tidak bisa mengingatnya dengan baik, karena sudah sembilan tahun yang berlalu...
    Aku memutuskan untuk menghilangkan pikiran-pikiran itu dari kepalaku, karena sangat mudah untuk membuat kenangan palsu jika kau berusaha terlalu keras untuk mengingat sesuatu dan akhirnya menjadi bingung.
    Ini bukan sesuatu yang penting sekarang. Mari nikmati pemandangan yang indah ini.
    Lalu, aku sampai di sisi pohon saat aku menikmati pemandangan yang indah ini dengan saksama.
    Kakiku sedikit lelah, kurasa aku akan istirahat disini.
    Begitu aku mulai duduk di bawah naungan pohon, seorang wanita keluar dari ladang bunga.
    Dengan rambut berseri dan berambut pirang yang sampai ke pinggangnya, dan matanya yang besar dan bulat berwarna hijau terang seperti zamrud.
    Aku bisa melihat bahwa dia lebih muda dariku, karena dia memiliki wajah seperti bayi, tapi dari lekukan wajahnya dia hampir mirip seperti boneka.
    Tubuhnya yang ramping terbungkus dengan kain blus putih yang terasa sangat kebersihan, dan pinggulnya yang melengkung dibungkus dengan rok berwarna biru tua.
    "Peri" yang tiba-tiba mampir di kebun bunga ini dan tidak diragukan lagi dia adalah wanita yang cantik.
    TL Note : Peri disini merupakan kata kiasan karena kecantikan wanita tersebut
    Dari melihat berbagai bunga dan buah dari keranjang yang ada di tangannya, aku mengerti bahwa dia telah mengumpulkannya untuk sementara waktu.
    Peri itu menatapku dengan ekspresi tertegun.
    Karena agak memalukan hanya saling memandang, aku memutuskan untuk berbicara dengan peri-san untuk saat ini.
    ... Um, hai
    - ?!
    Bahu peri itu tiba-tiba bergetar setelah aku memulai interaksi dengan memberikan salam.
    Mungkin dia terkejut dari melihat pria berusia dua puluh tujuh tahun yang tiba-tiba berbicara dengannya.
    Bagaimanapun, agar tidak menakut-nakuti dia lebih jauh lagi, aku memasang ekspresi lembut di wajahku tanpa bergerak sedikit pun.
    ... ..E, erm ...
    Gadis itu bergumam dengan suara yang malu-malu, dengan wajah yang sedikit merah.
    Dengan gelisah dia menggerakkan bola matanya yang bulat dan berwarna hijau lalu menutupnya. Apakah dia orang yang pemalu?
    Ketika kupikir begitulah yang terjadi tidak peduli bagaimana aku melihatnya, sebuah ekspresi muncul di wajah gadis itu, seolah dia mempersiapkan dirinya setelah mengumpulkan semua keberanian yang dia miliki dan...
    ... H, Halo!
    Teriaknya lalu dia lari ke arah desa.
    Sementara aku melihat punggungnya yang kecil menjadi lebih kecil dan kecil saat aku berkedip, lalu aku bergumam pada diriku sendiri.
    ... Apakah wajahku benar-benar menakutkan?

    2 komentar:

    TULIS KOMENTAR