
Bagian 1
Menggenggam sebuah kapak.
Mengayunkannya ke atas.
Mengayunkannya ke bawah.
Mungkin hanya itulah yang terus dilakukan, tapi jika pikiran
kita beralih untuk sementara waktu, reaksi pantulan dari kulit kayu yang keras
itu akan terasa menghantam kembali kedua tangan kita. Mengambil nafas, Waktu,
kecepatan, penggantian posisi berat tubuh, semua itu harus dikontrol dengan
tepat sejak awal, mengirimkan kekuatan tersembunyi dari bagian berat kapak ke
pohon, membuat suara nyaring, jelas dan juga keras.
Sementara dia memahami teori tersebut dengan seksama, gerakan
itu tidaklah semudah teorinya. Eugeo telah diberi tugas ini ketika dia berumur
sepuluh tahun pada musim semi, dan ini akan menjadi musim panas kedua sejak
saat itu, tapi ia hanya dapat menghasilkan suara nyaring tersebut setiap
sepuluh kali ayunan. Dia telah diberi nasehat oleh pengguna kapak sebelumnya,
kakek Garitta yang selalu mengenai sasaran, dan bahkan ia tidak menunjukkan
rasa lelah setelah menghantamkan kapak berat tersebut, tapi setelah kira-kira
lima puluh kali, tangan Eugeo menjadi kaku, pundaknya terasa sakit, dan dia
tidak dapat mengangkat kedua lengannya lagi.
"Empat puluh....tiga! Empat puluh....empat!"
Dia menghitung dengan suara yang paling keras untuk mendorong
dirinya untuk tetap mengayun kapak ke kulit kayu pohon besar tersebut, keringat
yang mengalir keluar membuat pandangan matanya menjadi kabur, tangannya menjadi
licin, dan akurasinya pun berkurang. Hal tersebut disebabkan oleh oleh rasa putus
asa yang ia rasakan, namun ia menggenggam kapak itu dengan erat dan
mengayunkannya dengan kekuatan dari seluruh tubuhnya.
"Empat puluh....sembilan! Li...ma...puluh!"
Ayunan terakhirnya sangat menyimpang dari ayunan sebelumnya, kapak
tersebut mengenai kulit kayu yang sedikit jauh dari potongan dalam pada pohon tersebut
dan membuat bunyi yang besi terbentur yang menyebabkan telinga menjadi sakit. Karena
reaksi tersebut membuatnya seolah-olah percikan api mengenai matanya, Eugeo menjatuhkan
kapaknya tersebut, lalu mundur beberapa langkah, lalu duduk di atas lumut yang
tebal.
Sementara waktu ia mengambil nafas beratnya, dia mendengar suara
bercampur dengan tertawa dari sebelah kanannya.
"Suara yang bagus terdengar tiga kali dari lima puluh ayunan.
Jadi totalnya adalah, erm, empat puluh satu, huh. Sepertinya hari ini kau harus
mentraktirku Air Siral, Eugeo."
Pemiliki dari suara tersebut, sedang berbaring sedikit jauh
darinya, ia adalah anak muda yang berumur hampir sama dengannya. Eugeo tidak membalas
dengan segera, tapi meraba tempat airnya lalu mengambilnya. Dia dengan cepat
meminum air tersebut dengan tergesa-gesa, dan setelahnya ia mulai tenang, dia
menutup tempat airnya dengan tutup keras, lalu mengatakan.
"Hmm, kau hanya bisa melakukannya empat puluh tiga, bukan?
Aku pasti akan menyusulmu dengan segera. Ini, sekarang adalah giliranmu...,
Kirito."
"Yeah, yeah."
Kirito adalah teman kecil Eugeo dan salah satu sahabat
terbaiknya,dan juga partnernya dalam «Sacred Task» yang menyedihkan ini sejak
musim panas tahun lalu. Kirito menyeka keringat di rambut hitamnya, merenggangkan
kakinya dan mengangkat tubuhnya. Tapi dia tidak mengambil kapak tersebut,
Kirito meletakkan tangannya di pinggang sementara itu ia menoleh ke atas.
Tertarik dengan apa yang dilakukannya, Eugeo juga melihat ke atas menuju
langit.
Langit di tengah musim panas di bulan ke-7 benar-benar sangat
biru, dan yang berada di tengah adalah Dewi Matahari Solus, yang menerangi
melalui cahayanya dari langit. Akan tetapi, cahaya tersebut terhalang oleh cabang
dari pohon besar yang menjalar ke segala arah, membuat sebagian besar cahaya
tadi tidak sampai ke tempat dimana Eugeo dan Kirito berada.
Di waktu yang sama tak terhitung dedaunan dari pohon besar ini
menyerap sebagian besar berkah cahaya matahari, akarnya juga tanpa henti
menyerap berkah dari Dewi Tanah Terraria, membuatnya dapat pulih dari kerja
keras yang dilakukan oleh Eugeo dan Kirito secara terus menerus. Tidak peduli
bagaimana banyak mereka menebangnya di siang hari, setelah malam hari, ketika
mereka datang di pagi berikutnya, pohon ini telah memulihkan setengah luka
tebasan dari hari sebelumnya.
Eugeo menghela nafas dengan pelan dan mulai melihat kembali
pohon yang menjulang ke langit itu.
Pohon besar itu bernama————«Gigas Cedar», Itu adalah nama suci
yang diberikan oleh penduduk desa, yang merupakan monster dengan diameter empat
mel, dan memliki tinggi tujuh puluh mel. Menara lonceng milik Gereja desa,
merupakan bangunan tertinggi yang ada di desa itu,hanya seperempat tinggi dari
pohon tersebut. Untuk Eugeo dan Kirito yang tingginya baru saja satu setengah
mel tahun ini, titan (monster tinggi)
yang ada sejak dahulu ini adalah lawan
yang tepat.
Bukankah mustahil dapat menebangnya jatuh dengan kekuatan
manusia?———— Eugeo tidak dapat
melakukan apapun selain dari memikirkan tentang hal tersebut setelah melihat
bekas potongan di batang kayu. Bekas potongannya telah mencapai satu mel, tapi
bagian dari pohon kayu yang tersisa dengan ketebalan tiga kali darinya masih
baik-baik saja.
Pada musim semi tahun lalu, ketika dia dan Kirito dibawa menuju
rumah kepala desa, saat mereka memiliki umur yang cukup untuk melakukan tugas
«Memotong Pohon Raksasa», dia telah mendengar cerita yang membuatnya bingung.
Gigas Cedar sudah menancapkan akarnya sebelum kehidupan di desa
Rulid terbentuk dan tugas untuk menebang pohon tersebut telah diturunkan dari
generasi ke generasi sejak pertama kali terbentuknya desa. Menghitung dari
generasi pertama hingga generasi pendahulunya yaitu kakek Garitta yang
merupakan generasi keenam, Eugeo dan Kirito adalah generasi ketujuh, lebih dari
tiga ratus tahun telah berlalu sejak mereka telah diberikan tugas ini.
————————Tiga ratus tahun!
Ini adalah waktu yang tidak bisa dibayangkan oleh Eugeo yang
baru saja mencapai umur sepuluh tahun. Tentu saja, hal itu tidak berubah bahkan
meskipun dia berumur sebelas tahun sekarang. Entah bagaiamana ia dapat
mengerti, dari waktu orang tuanya, waktu sebelum itu, dan bahkan jauh
sebelumnya, jumlah ayunan kapak dari semua orang yang melakukan tugas ini dapat
dibilang tidak terbatas, dan hasilnya cuma luka bekas tebangan yang kurang dari
satu mel dalamnya.
Kenapa mereka harus menebang pohon besar itu? Alasannya telah
dijelaskan oleh kepala desa dengan sangat tegas.
Gigas Cedar, dengan batang yang besar dan daya hidup yang sangat
luar biasa, telah mengambil anugerah dari Dewi Matahari dan Tanah dari area
sekelilingnya dalam jarak yang cukup luas. Bibit yang ditanam dibawah bayangan
pohon besar ini tidak akan bisa tumbuh, berbagai usaha telah dilakukan untuk
menanam tanaman didekatnya tetapi berakhir sia-sia.
Desa Rulid merupakan bagian dari «Kerajaan Norlangath Utara»,
salah satu dari empat kerajaan yang membagi dan memerintah «Dunia Manusia», dan
desa itu terletak di daerah perbatasan bagian utara. Dengan kata lain, tempat
ini dapat adalah ujung dari dunia manusia. Utara, timur, dan barat, ketiga sisi
tersebut dibatasi oleh barisan pegunungan yang curam, jadi untuk memperluas
ladang dan padang rumput, tidak ada cara lain selain menebang hutan di bagian
selatan desa. Tetapi, hal itu tidak dapat dilakukan karena adanya Gigas Cedar
yang tumbuh di jalan masuk hutan.
Dapat dikatakan bahwa kulit dari pohon besar tersebut sama
kerasnya dengan besi, dan bahkan api tidak dapat menyebabkan bekas terbakar,
menggalinya juga tidak mungkin karena akarnya memiliki panjang yang sama dengan
tinggi pohon. Akhirnya leluhur desa memutuskan untuk menebang pohon tersebut
menggunakan «Dragon Bone Axe» yang bahkan dapat memotong besi sekalipun, dan
tugas untuk melakukannya telah diturunkan ke generasi selanjutnya semenjak saat
itu ————
Kepala desa telah selesai bercerita tentang misi Sacred Task ini
dengan suara yang bergetar, membuat Eugeo merasa ketakutan, jadi dia bertanya, kenapa
mereka tidak meninggalkan Gigas Cedar saja dan membuka hutan lebih jauh ke
selatan.
Lalu kepala desa menjawabnya dengan suara yang bergetar bahwa
menebang pohon itu adalah sebuah sumpah dari leluhur mereka, pekerjaan itu
telah berubah menjadi kebiasaan desa untuk memberikan tugas ini kepada dua
orang. Lalu Kirito mulai memiringkan kepalanya dan bertanya kenapa leluhur
mereka lebih memilih untuk membangun desa di tempat ini. Kepala desa kehilangan
kata-katanya untuk sesaat sebelum menjadi sangat marah dan memukul kepala
Kirito dan Eugeo dengan tangannya.
Sudah satu tahun dan tiga bulan berlalu semenjak mereka berdua
terus bergantian menebang dengan Dragon Bone Axe dan menantang Gigas Cedar. Akan
tetapi, dikarenakan tangan mereka yang belum cukup besar, ayunan kapak mereka
tidak dapat membuat potongan yang lebih dalam ke batang pohon tersebut. Bekas
tebangan di batang pohon yang sampai sekarang ada adalah hasil kerja keras
selama tiga ratus tahun, jadi normal saja jika kerja keras kedua anak muda itu
tidak membuat perbedaan yang cukup besar, mereka tidak dapat merasakan
pencapaian apapun dari hasil kerja mereka.
Tidak————perasaan mereka, tidak hanya bisa dilihat oleh mata, bentuk
nyata dari perasaan depresi mereka tampak terlihat jelas di kenyataan juga.
Kirito, berdiri di samping Eugeo yang saat itu menatap Gigas
Cedar tanpa mengatakan sepatah kata pun, terlihat seperti memikirkan hal yang
sama, lalu dia berjalan dengan cepat menuju pohon sambil mengulurkan tengan
kirinya.
"Oi, Kirito, jangan lakukan itu. Kepala desa bilang jangan
sering melihat «Life» pohon itu, bukan?"
Eugeo dengan cepat memanggilnya, tapi Kirito hanya tersenyum
jahil sambil menatap Eugeo yang terlihat pada ujung mulutnya.
"Terakhir kali kita melihatnya adalah dua bulan yang lalu, hal
ini tidak dilakukan terlalu sering, hanya kadang-kadang."
"Selalu saja seperti itu, huh, Apa boleh buat...Oi, tunggu
aku, biarkan aku melihatnya juga."
Eugeo yang akhirnya mulai bangkit dan segera berdiri dengan
gerakan yang sama seperti Kirito dan berlari menuju ke arah samping patnernya.
"Apa kau sudah siap? Aku akan membukanya sekarang."
Kirito mengatakannya suara nada rendah, tangan kirinya terulur
ke depan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya terulur keluar, sedangkan
jarinya yang lain tertutup. Bentuk gambar yang terlihat seperti ular yang merayap
tergambar di udara. Itu adalah simbol dasar dari pengabdian terhadap Dewi
Penciptaan.
Setelah memotong simbol tadi dengan ujung jarinya, Kirito segera
menyentuh kulit batang dari Gigas Cedar. Itu tidak membuat suara ketukan pelan
seperti biasanya, tapi suara jelas seolah-olah itu berasal dari bermain dengan
peralatan perak yang bersuara dengan halus. Lalu cahaya kecil keluar dari kotak
window dari batang pohon tersebut.
Semua di alam semesta ini, tidak peduli apakah benda itu dapat
bergerak atau tidak, pasti memiliki keberadaan yang telah diciptakan oleh Dewi
Pencipta Stacia dalam bentuk «Life». Serangga dan bunga hanya memiliki sedikit
«Life», kucing dan kuda memiliki lebih banyak, dan manusia memiliki «Life» yang
jauh lebih banyak. Lalu pohon di hutan dan batu yang tertutupi lumut memiliki
«Life» yang lebih banyak daripada manusia. Semuanya memiliki satu persamaan, yaitu
akan terus meningkat setelah lahir, dan saat itu mencapai puncaknya, Life akan
terus menurun. Ketika Life itu benar-benar habis, hewan atau manusia berhenti
bernafas, tanaman menjadi layu, dan bebatuan akan hancur.
«Stacia Window» adalah sacred text dimana Life yang tersisa
tertulis. Hal itu dapat dikeluarkan ketika seseorang dengan sacred power yang
cukup memotong simbolnya, lalu menyentuh benda yang diinginkan. Sementara
sebagian besar orang bisa memanggil window ini pada rumput dan kerikil, entah kenapa
cukup sulit untuk melakukannya pada hewan, dan juga untuk manusia, hal itu
tidak mungkin dilakukan jika tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang
sacred art. ————Di sisi lain, itu akan sedikit menakutkan ketika melihat window
miliknya sendiri.
Secara umum, window dari pohon ini lebih mudah dilihat
dibandingkan dengan manusia, tapi tingkat kesulitan dari pohon iblis Gigas
Cedar sangat tinggi seperti yang diduga, Eugeo dan Kirito baru bisa memanggil
window tersebut sekitar satu setengah tahun yang lalu.
Dahulu ada sebuah cerita , di «Katedral Pusat Gereja Axiom» di
ibukota Centoria Pusat, master tetua dari pengguna Sacred Art berhasil
memanggil window dari Dewi Tanah Terraria setelah upacara selama tujuh hari
tujuh malam tanpa henti. Tetapi, saat master tetua melihat Life Dewi tanah tersebut,
dia menjadi depresi, kehilangan akal sehatnya, dan kemudian menghilang.
Saat mendengar cerita tersebut, Eugeo menjadi sedikit takut
untuk tidak hanya melihat window miliknya sendiri, tapi juga winodw dari
sesuatu yang besar seperti Gigas Cedar, tapi Kirito terlihat tidak
mempedulikannya. Untuk kali ini juga, Kirito menaruh wajah penasarannya di
dekat window yang bersinar itu. Sementara Eugeo berpikir bahwa dia terkadang
tidak bisa mengerti sahabat terbaiknya ini, Eugeo menjadi kalah dengan rasa
penasarannya, dan melihat ke arah permukaan itu.
Window berbentuk persegi berwarna ungu pucat bertuliskan tulisan
dengan kombinasi garis berbentuk lurus dan melengkung. Itu adalah sacred letter
yang kuno, hal tersebut hanya dapat dibaca beberapa kata, Eugeo masih dapat
melakukannya, tapi menulis huruf tersebut adalah hal yang dilarang.
"Baiklah......"
Eugeo menggunakan jarinya untuk mengeceknya satu demi satu
sambil mengucapkan kata-kata yang tertulis,
"235.542."
"Ah————....Berapa jumlahnya pada saat sebulan yang
lalu?"
"Mungkin sekitar....235.590."
".........."
Hanya mendengar jawaban Eugeo, Kirito mengangkat tangannya
dengan gerakan yang berlebihan, terjatuh dengan lutut menyentuh tanah, lalu
mengacak-acak rambut hitamnya dengan menggunakan jari-jarinya.
"Hanya lima puluh! Kita bekerja keras selama dua bulan dan
hanya berhasil mengurangi lima puluh dari 235 ribu! Jika seperti ini terus kita
tidak akan bisa menebangnya selama hidup kita!"
"Tidak, itu bahkan tidak mungkin sejak awal."
Eugeo tidak dapat melakukan apapun kecuali menjawabnya dengan
senyuman masam.
"Enam generasi telah menjalankan tugas untuk memotong pohon
ini sudah bekerja keras selama tiga ratus tahun, dan hasilnya bahkan tidak
mencapai seperempatnya...... Lebih sederhananya lagi, hmmm, Itu mungkin akan
sampai pada generasi kedelapan belas, atau sembilan ratus tahun lagi."
"K-a-u~~"
Kirito yang sedang merangkak sambil memegang kepalanya, menatap
Eugeo, lalu tiba-tiba menggenggam kaki Eugeo. Eugeo kehilangan keseimbangan
yang disebabkan oleh serangan tiba-tiba tadi, lalu terjatuh di lumut tebal di
belakangnya.
"Ada apa dengan sikapmu yang seperti siswa teladan itu!
Setidaknya bersikaplah lebih terbebani dengan tugas tidak masuk akal ini!"
Meskipun dia mengatakannya seolah-olah ia sedang marah, tetapi
seringai kecil terlihat di wajah Kirito ketika dia berada di atas Eugeo dan
mengacak-acak rambutnya.
"Uwa——, kenapa kau!"
Tangan Eugeo mengcengkeram pergelangan tangan Kirito dan
menariknya dengan keras. Dia lalu memanfaatkan keadaan Kirito saat menengangkan
tubuhnya untuk melawan, berputar secara vertical dengan gerakan setengah
melingkar, maka membuat dia berada di atas sekarang.
"Sekarang, waktunya pembalasan!"
Sementara berteriak dan tertawa, dia menarik rambut Kirito
dengan tangannya yang kotor, tapi tidak seperti rambut Eugeo yang berwarna
coklat muda terang yang lembut, rambut hitam lurus Kirito membuat serangannya
tidak berarti. Eugeo lalu berganti menjadi menggelitik perut Kirito.
"Ugya, kau....h-hahah...."
Kirito kehabisan nafas saat dia berjuang melawan penahanan dan
digelitik , tiba-tiba terdengar suara keras yang datang dari belakang mereka.
"Kalian berdua————! Bermalas-malasan lagi!!"
Pada saat itu, pertarungan antara Kirito dan Eugeo menjadi
benar-benar berhenti.
"Uu....."
"Ini buruk...."
Mereka berdua mengangkat bahu mereka kemudian berbalik dengan
ketakutan.
Di atas batu yang sedikit jauh dari mereka berdua, dengan kedua
tangannya berada di pinggang, sesosok manusia dengan dadanya sedikit menonjol
kedepan. Eugeo sedikit mengangkat tubuhnya, lalu berbicara dengan tersenyum.

"H....Hei, Alice, kau datang cukup cepat hari ini."
"Sama sekali tidak, ini sama seperti biasanya."
Sosok tadi membuat wajah yang tidak bersahabat, dengan rambut
panjang yang dikat di kedua sisi kepalanya memantulkan sinar keemasan di bawah
cahaya matahari yang menembus dari dedaunan. Gadis itu melompat turun dari batu
dengan lincah. Dia memakai rok biru terang dengan apron putih, dan keranjang
rotan di tangan kanannya.
Nama gadis muda ini adalah Alice Schuberg. Anak perempuan dari
kepala desa, dan dia umurnya sama dengan Eugeo dan Kirito, yaitu sebelas tahun.
Untuk semua anak yang tinggal di Rulid————tidak, di wilayah
utara, itu sudah menjadi tradisi bahwa mereka akan diberikan «Sacred Task» dan
menjadi murid di musim semi saat mereka berumur sebelas tahun, tapi, Alice
satu-satunya pengecualian, dia pergi belajar di gereja sebagai gantinya. Dia diberi
pelajaran khusus dari Sister Azariya untuk mengembangkan bakatnya dalam sacred
art lebih lanjut sebagai anak terbaik di desa.
Tapi, Rulid tidak cukup kaya untuk membiarkan anak kepala desa
yang berumur sebelas tahun hanya belajar sepanjang hari, tidak peduli seberapa
banyak bakat yang dia miliki. Semua orang harus dapat bekerja, mereka semua
harus terus menahan serangan panas, hujan untuk waktu yang lama, penyakit,
semua yang bisa menghilangkan Life dari tanaman dan bahan pangan————dengan kata
lain, «Dewa kegelapan Vector si penipu», itu hanya ketika musim dingin yang
keras telah tiba sehingga semua penduduk desa akhirnya dapat menjadi tenang.
Keluarga Eugeo mempunyai ladang gandum di tanah yang subur di
sebelah selatan desa, ayahnya Orick dan leluhurnya adalah petani. Setelah
mengetahui Eugeo, salah satu dari tiga anaknya, tepilih untuk menjalankan tugas
menebang mulutnya dipenuhi dengan perkataan yang gembira, tapi sebagian
pikirannya pasti ada rasa kekecewaan. Tentu saja mereka akan mendapat pembayaran
dari tugas menebang milik uang kas desa , tapi faktanya bahwa berkurangnya
bantuan satu orang untuk membantu di ladang sama sekali tidak berubah.
Dalam prakteknya, anak tertua dari setiap keluarga akan
diberikan Sacred Task yang sama seperti ayah mereka, dalam kasus keluarga
petani, anak perempuan mereka, anak laki-laki mereka, dan anak ketiga mereka
juga mengikuti standar ini. Anak dari pemilik toko peralatan akan melanjutkan
bekerja di toko peralatan, anak dari penjaga desa akan menjadi penjaga juga, dan
anak dari kepala desa akan ikut menjadi kepala desa penerusnya. Desa Rulid
telah mempertahankan tradisi ini tanpa perubahan sama sekali selama beberapa
ratus tahun, orang dewasa mengatakan bahwa itu adalah hadiah perlindungan suci
dari Stacia, tapi Eugeo dapa mengingat secara samar-samar ketidaksesuaian dari
cerita mereka.
Kenapa, jika orang dewasa berpikir ingin memperluas desa, kenapa
tidak ada satupun perubahan sampai saat ini? Dia masih tidak bisa mengerti.
Jika mereka benar-benar ingin memperluas lahan, mereka tingal pindah sedikit ke
selatan dan membiarkan pohon besar saja yang merepotkan ini dan memperluasnya
hingga ke hutan selatan. Tapi, kepala desa yang merupakan orang yang paling
bijaksana, tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk mengubah tradisi lama
tersebut.
Oleh karena itu, sebarapa lama waktu telah berlalu, desa Rulid
masih tetap miskin, bahkan Alice yang merupakan anak kepala desa, hanya dapat
belajar di pagi hari saat dia mengerjakan pekerjaan penting untuk merawat hewan
ternak dan membersihkan rumah di sore hari. Setelah bejalar, tugas pertamanya
adalah untuk membawa bekal makan siang pada Eugeo dan Kirito.
Dengan keranjang rotannya yang tergantung di tangan kanannya,
Alice dengan gesit melompati batu besar. Saat dia hendak mengeluarkan kemarahan
dari mulutnya, Eugeo langsung berdiri sambil menggelengkan kepalanya.
"Kita tidak sedang bermain-main! Kita sudah menyelesaikan
tugas pagi."
Dengan cepat Eugeo membuat alasan, bersamaan dengan Kirito yang
berada di belakangnya, sambil berkata "Yeah, yeah."
Mata Alice mengeluarkan cahaya kuat saat melihat mereka berdua
lagi, lalu kemarahannya di pipinya mulai berkurang.
"Jika kalian masih punya energi untuk berkelahi setelah
selesai bekerja, aku jadi penasaran apa aku harus meminta pada kakek Garitta
untuk meningkatkan beban kerja untuk kalian berdua?"
"A-Apapun selain itu!"
"Hanya bercanda.————Ayo, cepat makan siang. Hari ini sangat
panas, jika kita tidak segera memakannya, ini akan menjadi tidak enak."
Alice kemudian meletakkan keranjang rotan itu di tanah,
mengambil kain berukuran besar dari dalamnya, lalu membentangkannya keluar. Dia
memilih tempat yang datar dan meletakan kain tersebut disana, yang membuat
Kirito dengan cepat melepas sepatunya dan duduk diatasnya. Kemudian Eugeo
menyusul duduk setelahnya, lalu makanan itu dijejerkan satu demi satu di depan
dua pekerja yang sedang kelaparan.
Menu makan siang hari ini adalah daging asin dan pai dengan isi
kacang panggang, roti sandwich hitam keju dan beberapa daging asap yang diiris,
beberapa jeni buah dikeringkan, dan susu hasil perahan tadi pagi. Meskipun
semua makanan selain susu dapat disimpan untuk dimakan nanti, tapi sinar
matahari yang kuat dari bulan ketujuh masih dapat menghabiskan «Life» dari
makanan ini tanpa belas kasihan.
Alice memberitahu Kirito dan Eugeo, yang hampir mengambil
makanan, untuk 'menunggu', seolah-olah dia memerintah kepada seekor anjing,
lalu dengan cepat memotong simbol di udara dan mengkonfirmasi «Window» dari
setiap makanan yang dimulai dari toples yang berisi susu.
"Uwa, susunya hanya memiliki waktu sepuluh menit tersisa,
dan painya hanya memiliki waktu kurang dari lima belas menit. Bahkan saat aku
berlari kesini...Kalau begitu, jadi kita harus memakannya dengan cepat. Tapi
pastikan untuk mengunyahnya dengan lembut."
Ketika Life dari suatu makanan habis, makanan itu akan berubah
menjadi «Makanan Busuk», yang bahkan satu gigitannya dapat menyebabkan suatu
gejala penyakit seperti sakit perut untuk yang tidak mempunyai perut yang kuat.
Eugeo dan Kirito yang sudah cukup lapar dan mulai menggigit potongan besar pai
itu tanpa mengatakan apapun.
Mereka bertiga melanjutkan makan tanpa mengatakan apapun. Itu
sudah jelas dengan dua anak laki-laki yang kelaparan, tapi Alice juga membuat
seseorang berpikir dimana dia menaruh semua makanan yang dia makan dengan perut
kecilnya. Semua makanan segera habis satu demi satu. Pertama tiga potong pai,
diikuti oleh sembilan potong roti hitam, lalu sebotol toples susu itu habis,
dan, setelah itu mereka bertiga menghela nafas lega.
"————————Bagaimana rasanya?"
Itu adalah Eugeo yang menjawab pertanyaan Alice dengan nada yang
seriusnya, saat dia menatap pada mereka berdua.
"Ya, pai hari ini sangat enak. Kemampuan sudah sangat
meningkat, Alice."
"B-Benarkah? Aku masih merasa ada yang sesuatu yang kurang
dari rasanya bagaimanapun juga."
Tersipu, Alice mengatakannya sambil mengalihkan wajahnya, Eugeo
saling berganti kedipan dengan Kirito sebelum tersenyum. Kotak makan siang
mereka dibuat oleh Alice semenjak bulan lalu, tapi meskipun mengatakan hal itu,
perbedaan diantara makanan yang dibuatnya dengan bantuan ibunya, Bibi Sadina,
dan tanpa bantuannya, sangatlah jelas. Mereka mengerti bahwa suatu keahlian
tidak segera didapatkan tanpa latihan untuk waktu yang lama, dan ini berlaku
untuk apapun————tetapi, Eugeo dan Kirito juga paham bahwa itu lebih baik untuk
tidak mengatakannya.
"Lagipula——"
Kirito mengatakannya sambil mengambil marigo kuning dari dalam
botol buah kering.
"Dengan semua usaha untuk membuat kotak makanan yang lezat,
aku ingin memakannya dengan waktu yang lebih lama. Aku ingin tahu kenapa hawa
panas bisa membuat makanan rusak....."
"Kenapa? Hmmmm......"
Kali ini, tanpa menyembunyikan senyum masamnya, Eugeo mengangkat
bahunya dengan gerakan yang berlebihan.
"Kau mengatakan hal yang aneh, huh? Musim panas membuat
Life menurun lebih cepat karena itulah bagaimana itu bekerja. Apakah itu
daging, ikan, sayuran dan buah-buahan, itu akan menjadi membusuk jika kamu
meninggalkannya saja, bukan?"
"Aku tahu itu, aku bertanya kenapa, bukan? Di saat musim dingin,
bahkan jika kamu meninggalkan daging asin mentah diluar selama berhari-hari,
daging itu tidak akan membusuk, bukan?"
"Itu....Itu karena musim dingin itu dingin."
Kirito melengkungkan mulutnya seperti anak kecil yang rewel pada
jawaban Eugeo. Mata hitamnya, yang sangat jarang di daerah utara, memancarkan
sinar ketidakpatuhan.
"Itu benar, itu seperti yang Eugeo katakan, hawa dingin
akan membuat makanan menjadi lebih tahan lama. Tidak hanya di musim dingin.
Jika ada hawa dingin, bahkan di musim ini, kita masih dapat menyimpan makanan
untuk waktu yang lama."
Kali ini Eugeo yang tercengang, dia perlahan menendang kaki
Kirito dengan kakinya.
"Jangan mengatakannya seperti itu adalah hal yang mudah.
Dingin? Musim panas itu panas, karena itu adalah musim panas. Apakah kamu
memikirkan tentang menggunakan art pengontrol cuaca yang benar-benar terlarang
untuk memanggil salju? Hari berikutnya Integrity Knight dari pusat akan terbang
ke sini untuk membawa pergi dirimu."
"Y-Yah.....Tidak ada yang dapat kita lakukan.....? Aku
merasa ada suatu cara, suatu cara yang mudah....."
Sementara Kirito bergumam dengan wajahnya yang merengut, Alice
yang dengan tenang mendengarkan percakapan mereka sambil menggulung ujung
rambut kucirnya sampai sekarang dan berkata.
"Menarik."
"A-Apa maksudmu, Alice?"
"Tidak, bukan tentang menggunakan art terlarang. Tidak
perlu untuk skala yang cukup untuk menutupi desa, tapi hanya cukup kecil untuk
diletakkan di dalam kotak makan ini sudah cukup, bukan?"
Saat mendengar apa yang dikatakan olehnya seolah-olah itu sangat
normal, Eugeo tanpa sadar berbalik pada Kirito, yang mengangguk. Senyuman
terlihat di wajah Alice sebelum dia melanjutkannya.
"Ada beberapa benda yang dingin bahkan di musim panas.
Seperti air dari sumur yang dalam, atau daun Silve. Jika kita meletakkannya di
dalam keranjang, bukankah itu akan menjadi dingin di dalamnya?"
"Ah.... Itu benar."
Eugeo melipat kedua tangannya dan berpikir.
Di tengah ruangan luas di depan gereja, ada sebuah sumur
menakutkan yang sangat dalam yang digali semenjak desa Rulid terbentuk, air
yang dikeluarkan dari dalam sumur itu sangat dingin hingga dapat membuat tangan
menjadi mati rasa bahkan di musim panas. Juga, di hutan utara, ada beberapa
pohon Silve yang tumbuh, daunnya sangat dingin dan melepaskan aroma tajam
ketika diremas, tapi itu sangat bemanfaat untuk merawat luka memar. Mungkin
jika menaruh satu toples air dari dalam sumur, atau membungkus pai dengan
beberapa lembar daun Silve membuat itu mungkin untuk menjaga kotak makan dingin
sementara membawanya ke tempat lain.
Tetapi, Kirito, yang juga terdiam sejenak untuk berpikir,
perlahan menggelengkan kepalanya dan berkata.
"Jika seperti itu, aku berpikir itu tidak akan bekerja. Air
sumur akan menjadi hangat beberapa menit setelah itu diambil, daun Silve mungkin
bisa menjaga hawa dingin lebih lama, tapi aku tidak berpikir itu akan cukup
untuk menutupi jarak dari rumah Alice menuju Gigas Cedar."
"Jadi, apa kamu memiliki metode lain?"
Alice, yang idenya telah ditolak, bertanya sementara mengejek.
Kirito mengacak rambut hitamnya sambil terdiam untuk beberapa saat, lalu
tiba-tiba bicara dengan nada rendah.
"Es. Dengan es yang sangat banyak, itu akan lebih dari
cukup untuk menjaga kotak makan ini tetap dingin."
"Kau....."
Alice menggelengkan kepalanya dengan kekaguman.
"Sekarang musim panas. Dimana tepatnya kamu bisa menemukan
es? Bahkan toko besar di pusat pasti tidak akan memilikinya!"
Dia mengatakannya dengan nada seperti ibu yang memarahi anak
bandelnya.
Eugeo, di sisi lain, dapat merasakan perasaan yang buruk, saat
dia sekilas melihat Kirito membuat ekspresi wajah yang seperti sebelumnya.
Teman masa kecilnya, ketika suatu cahaya terlihat di matanya, ketika berbicara
dengan nada seperti itu, Eugeo mengetahui dari pengalaman bahwa Kirito sedang
memikirkan sesuatu yang tidak bagus. Di dalam kepalanya, dia mengingat ketika
Kirito mengambil madu dari lebah raja di pegunungan timur, atau ketika dia
memecahkan toples susu yang telah kadaluarsa ratusan tahun yang lalu di ruang
bawah tanah gereja, pemandangan itu terlihat dan menghilang dengan cepat.
"J-Jadi, tidak apa-apa, bukan? Tidak ada yang salah dengan
makan secara cepat bagaimanapun itu. Juga, jika kita tidak segera memulai
pekerjaan sore kita dengan segera kita akan pulang terlambat."
Eugeo berkata seperti sementara memindahkan piring kosong itu
dengan cepat pada keranjang rotan, saat dia menginginkan untuk menghentikan
pembicaraan mengganggu ini. Tapi, saat dia melihat mata Kirito yang bersinar
dengan terang, seolah-olah dia mendapat suatu ide, secara tak terhindari dia
menyadari bahwa ketakutannya telah menjadi kenyataan.
".......Apa itu, apa rencana yang kamu miliki untuk saat
ini?"
Pertanyaannya telah tercampur dengan kepasrahan, Kirito
tersenyum sebelum menjawab.
"Hei.......Pada waktu yang duluuuu, kakek Eugeo menceritakan
kita sebuah cerita, ingat?"
"Hmm......?"
"Cerita yang mana......?"
Selain Eugeo, Alice juga perlahan memiringkan kepalanya.
Sebelum Stacia memanggil kakek Eugeo ke sisinya dua tahun lalu,
ada banyak legenda yang diceritakan olehnya dibalik janggut putihnya. Sementara
duduk di kursi goyang di taman, dia selalu menceritakan berbagai cerita kepada
tiga anak-anak yang duduk di dekat kakinya. Cerita aneh, cerita menarik, cerita
menakutkan, ada ratusan cerita seperti itu, jadi Eugeo tidak tahu cerita mana
yang Kirito maksudkan. Lalu teman masa kecilnya yang berambut hitam segera
terbatuk sambil mengacungkan jari telunjuknya sebelum mengatakan.
"Es di musim panas, tidak ada yang lain selain itu, bukan? 『Bercouli dan si Putih
dari Utara......』 "
"Oi, hentikan ini, kau bercanda, bukan?"
Eugeo memotong perkataannya tanpa mendengar bagian akhir
sementara mengayunkan tangan dan kepalanya dengan cepat.
Bercouli, diantara leluhur yang membentuk desa Rulid, adalah
pengguna pedang terkuat, yang berperan sebagai kepala penjaga generasi pertama.
Tapi karena itu dia hidup ratusan tahun yang lalu, hanya ada beberapa cerita
tentang keberaniannya yang tersisa, dan cerita yang Kirito sebutkan adalah
cerita yang yang paling hebat diantara itu semua.
Pada suatu hari di saat puncak musim panas, Bercouli melihat
sebuah batu besar yang mengapung di sungai di sebelah timur desa. Saat
mengambil batu tersebut, yang ternyata merupakan bongkahan es, Bercouli, dangan
kekagumannya, berjalan menyusuri hulu sungai. Tidak lama kemudian, dia sampai
pada bagian dari ujung dunia, «Puncak Barisan Pegunungan», dan saat dia tetap
berjalan mengikuti sungai yang sempit itu, dia berhadapan dengan mulut gua yang
besar.
Bercouli melangkah menuju ke dalam gua melawan angin dingin yang
berhembus, dan setelah dia melalui berbagai bahaya, dia sampai aula yang sangat
luas. Apa yang dia lihat adalah seekor naga putih raksasa, yang diceritakan
sebagai penjaga perbatasan Dunia Manusia. Sosok naga, yang menggulung tubuhnya
pada berbagai macam harta karun yang tak terhitung jumlahnya, membuat Bercouli
menyadari bahwa naga itu sedang tertidur, tapi bahkan dengan keberaniannya, dia
masih terus mendekatinya dengan perlahan. Diantara berbagai harta karun itu, dia
menemukan pedang panjang yang indah, dan dia ingin untuk memilikinya tidak
peduli apapun yang terjadi. Dia perlahan menarikt pedang tersebut tanpa
membangunkan naga itu, dan berlari menjauh secepat yang dia bisa———itu adalah
ringkasan ceritanya. Judul cerita itu adalah 『Bercouli dan Naga Putih Utara』.
Bahkan untuk Kirito yang nakal, pastinya dia tidak akan berpikir
untuk melanggar peraturan desa untuk pergi melewati Perbatasan Utara dan
mencari naga yang asli, bukan?Sementara setengah berdoa, Eugeo bertanya dengan penuh
ketakutan.
"Maksudmu, kita akan mengawasi sungai Ruhr dan menunggu
sebongkah es mengapung turun...... benar?"
Tetapi, Kirito menghela nafasnya sebelum hanya mengatakan.
"Menunggu seperti itu, musim panas ini akan berakhir
sebelum kita mendapatkan apapun. Aku tidak ingin mengikuti Bercouli dan pergi
mencari naga. Dalam cerita, itu disebutkan bahwa ada es di jalan masuk gua,
bukan? Cukup dua atau tiga buah sudah cukup untuk mengetesnya pada kotak
makanan itu."
"Kau, seperti yang aku bilang......"
Eugeo menjadi terdiam untuk beberapa detik, lalu berbalik menuju
ke samping, melihat ke arah Alice untuk membantunya membantah ide anak
laki-laki yang berani itu. Lalu dia menyadari bahwa mata birunya bersinar
dengan cahaya yang kuat, dia menurunkan bahunya dengan pemikiran itu.
Eugeo dan Kirito adalah dua anak nakal nomor satu di desa,
mereka membuat banyak orang tua mengeluh dan memarahi mereka berdua di setiap
hari. Tapi, hanya beberapa orang yang tahu bahwa banyak kenakalan mereka yang
dibantu dan direncakan dari belakang oleh Alice, siswa teladan nomor satu di
desa.
Alice sementara meletakkan jari telunjuknya ke mulutnya, saat
dia terdiam beberapa saat, lalu tiba-tiba berkedip dan berkata,
"——Itu bukan ide yang buruk."
"J-Jangan kau juga, Alice....."
"Memang benar, hanya anak kecil yang dilarang pergi menuju
Perbatasan Utara. Coba untuk mengingat baik-baik. Kalimat sebenarnya yang
tertulis di peraturan, [Tanpa pengawasan orang dewasa, anak kecil tidak boleh
bermain melewati Perbatasan Utara]."
Eugeo dan Kirito tanpa sadar saling bertukaran pandangan.
Peraturan desa atau «Perturan Dasar Penduduk Rulid» sebagai nama
resminya adalah tulisan lama yang setengahnya ditulis di atas kertas dan
setengahnya di atas kulit, yang tebalnya hanya dua cen tersimpan di dalam rumah
kepala desa. Ini adalah hal pertama yang semua anak-anak yang pergi ke sekolah
gereja untuk mengahafalnya. Dan setelah itu, setelah mendengar dari orang tua
mereka dan para tetua terus berkata 'Di dalam peraturan', 'Berdasarkan
peraturan', peraturan ini tertanam di dalam kepala mereka sampai mereka berumur
sebelas tahun——apa yang mereka pikirkan, tetapi, kelihatannya Alice secara
akurat mengingat semua teks, kata demi kata.
.......Tidak mungkin, jangan bilang padaku bahkan hukum dasar
kerajaan yang tebalnya dua kali lipat juga..... tidak, bahkan mengingat dengan
sempurna peraturan desa sudah......
Sementara pandangan Eugeo dipenuhi dengan pemikiran seperti itu,
Alice menjelaskan suara di tenggorokannya lagi, lalu melanjutkan perkataan
dengan nada seperti seorang guru.
"Bukankah itu benar? Kita tidak pergi kesana untuk bermain,
itu dilarang oleh peraturan. Tapi mencari bongkahan es bukanlah bermain.
Memperpanjang Life dari kotak makanan bukan hanya untuk kita, ini juga membantu
orang yang bekerja di lahan dan peternakan, benar? Jadi ini juga dapat dianggap
sebagai bagian dari pekerjaan."
Setelah perkataannya yang keluar selesai, Eugeo saling bertukar
pandangan dengan Kirito lagi. Meskipun mata hitam partnernya yang awalnya
memiliki sedikit keraguan, tapi itu dengan segera meleleh seperti balok es yang
mengapung di sungai saat musim panas——
"Ya, itu benar, itu sangat benar."
Sambil melipat tangannya, Kirito mengangguk dengan wajah serius.
"Karena ini pekerjaan, bahkan jika kita pergi melewati
batas hingga sampai ke ≪Puncak Barisan
Pegunungan≫, itu masih tidak
dianggap sebagai melanggar peraturan desa. Lihat, Balbossa-san selalu
mengatakannya, bukan? 'Pekerjaan bukan hanya sesuatu yang diperintahkan, jika
kamu sedang bebas maka carilah pekerjaan!', seperti itu. Jika mereka menjadi
marah, kita cukup menunjuk pada perkataannya, lalu itu semua seharusnya akan
baik-baik saja."
Keluarga Balbossa adalah keluarga kaya yang memiliki lahan
gandum terluas di desa. Kepala keluarganya yang sekarang, Nigel Balbossa adalah
orang tua berumur lima puluh tahun yang masih memiliki tubuh sehat, bahkan
meskipun keluarganya bisa memanen gandum lebih banyak dibandingkan dengan
keluarga lainnya, dia masih belum puas, dan kapanpun dia beremu dengan Eugeo di
jalan, dia selalu menyalaminya dengan ejekan 'Masih belum bisa menebang jatuh
pohon Cedar yang menyebalkan itu?'. Rumor mengatakan bahwa dia meminta kepala
desa untuk mengutamakan keluarganya untuk menanam di lahan baru saat Gigas
Cedar telah tertebang jatuh. Respon Eugeo adalah, 'Sebelum itu terjadi, Lifemu
akan sudah lama hilang,' tentu saja dia hanya mengatakan itu di pikirannya.
Bahkan meskipun ide Kirito untuk menggunakan perkataan Nigel
sebagai alasan untuk pergi melewati Perbatasan Utara sangat menarik, tapi
setelah bertugas sebagai penahan kelompok ini untuk waktu yang lama membuat
Eugeo tidak mampu untuk berhenti mengatakan 'Tapi'.
".......Tapi, pergi ke Puncak Barisan Pegunungan tidak
hanya melanggar peraturan desa tapi 'itu' juga, bukan? Bahkan jika kita
berhasil pergi melewati Perbatasan Utara dan sampai pada dasar pegunungan itu,
kita masih tidak dapat memasuki gua itu......"
Saat mendengar itu, Alice dan Kirito membuat wajah serius.
«Itu» yang Eugeo katakan adalah hukum mutlak yang memerintah
semua manusia di Dunia Manusia yang luas, kekuasaannya jauh diatas «Hukum Dasar
Kerajaan Norlangarth Utara», lupakan «Aturan Dasar Penduduk Rulid»—— Namanya
adalah «Taboo Index».
Itu dibuat oleh «Gereja Axiom», menara raksasa yang kelihatannya
menjulang hingga mencapai surga, terletak di Centoria Pusat. Buku tebal yang
diikat dengan sarung kulit putih bersih yang tidak hanya digunakan di kerajaan
utara dimana Eugeo tinggal, tapi juga di setiap kota dan desa di kerajaan
timur, selatan, dan barat.
Taboo Index, tidak seperti peraturan desa dan hukum kerajaan,
itu sama seperti namanya, itu adalah catatan dari «Hal yang tidak boleh
dilakukan». Itu dimulai dengan larangan dasar seperti «Menentang Gereja» atau
«Membunuh», «Mencuri», hingga daftar sampingan seperti batas hewan dan ikan
yang dapat ditangkap setiap tahun, atau makanan yang tidak boleh diberikan
kepada hewan ternak, jumlahnya dengan mudah melebihi seribu daftar. Untuk semua
anak-anak yang menghadiri sekolah, selain belajar menulis dan berhitung,
pelajaran yang paling penting adalah untuk menghafalkan semua Taboo
Index.——Atau lebih tepatnya, tidak mengajar Taboo Index di sekolah dapat
dianggap sebagai melanggar taboo.
Meskipun Taboo Index dan Gereja Axiom memiliki kekuasaan yang
luas, tapi kelihatannya ada daerah dimana mereka tidak memiliki kekuasaan sama
sekali. Dibalik <Puncak Barisan Pegunungan> yang mengelilingi dunia ini
adalah tanah kegelapan——atau ≪Dark
Territory≫ dalam Pengucapan
Suci. Karena itu, pergi menuju Puncak Barisan Pegunungan saja sudah dilarang
oleh Taboo Index sejak awal. Untuk Eugeo, itu sama sekali tidak berguna hanya
dengan pergi ke dasar pegunungan tanpa memasuki gua itu.
Alice pasti akan mencari cara untuk menantang Taboo Index
seperti biasanya, tapi berpikir seperti itu sudah merupakan taboo itu sendiri. Eugeo menatap pada teman masa kecilnya
yang lain sementara memikirkan hal itu.
Bulu matanya yang panjang berkilauan dibawah sinar matahari di
siang hari yang melewati dedaunan yang terlihat seperti benang emas yang sangat
indah, Alice menjadi terdiam untuk sesaat——Lalu kemudian, dia mengangkat
wajahnya, lalu bicara dengan cahaya ketidakpatuhan seperti biasanya yang
bersinar di matanya.
"Eugeo. Kata laranganmu masih tidak akurat lagi."
"Eh....... kau berbohong."
"Aku tidak berbohong. Apa yang tertulis di Taboo Index
adalah: Bab pertama, kalimat ketiga, paragraf kesebelas, 『Tidak ada seorangpun
yang boleh pergi melewati Puncak Barisan Pegunungan yang membatasi batas Dunia
Manusia』
.....Melewati pegunungan, normalnya dengan cara «mendaki melewatinya». Itu
tidak termasuk pergi ke dalam gua tidak termasuk didalamnya. Juga, tujuan kita
bukan pergi melewati perbatasan pegunungan untuk bermain, tapi untuk
mendapatkan es, bukan? Tidak tertulis 『Dilarang mencari es di Puncak Barisan
Pegunungan』 yang tertulis di Taboo Index sama sekali."
Kata-kata yang keluar dengan lancar dari suara jelas dan manis
Alice seperti bel kecil dari gereja, Eugeo tidak mengatakan apapun. Memang, dia
merasa apa yang dikatakan Alices entah bagaimana sangat benar.
——Tapi, sampai sekarang kita belum pernah pergi menuju
Perbatasan Utara sebelumnya, kita hanya mengikuti sungai Ruhr hingga sampai di
kolam kembar. Aku tidak tahu apa yang berada di balik itu, apalagi musim ini
ada banyak kumbang mnyebalkan di tepi sungai juga......
Sementara Eugeo yang masih dengan susah payah memikirkan suatu
cara untuk kabur, Kirito menepuk punggungnya—— dengan kekuatan yang tidak cukup
untuk mengurangi Lifenya——sebelum mengatakan.
"Lihat, Eugeo, jika Alice, yang belajar paling rajin di
desa ini, mengatakan seperti itu, maka tidak ada keraguan tentang itu! Baiklah,
maka sudah diputuskan, pada hari libur nanti kita akan mencari naga
pu......Erm, maksudku, mencari gua dengan es!"
"Lalu itu akan lebih baik jika kotak makanannya dibuat
dengan bahan yang bertahan jauh lebih lama."
Melihat wajah terang dari kedua teman masa kecilnya, Eugeo
menghela nafas di dalam pikirannya sebelum menjawab "Yeah...," dengan
pelan.
Bagian 2
Rupanya, cuaca sangat baik pada hari libur di hari ketiga di
bulan ketujuh.
Ini hanya hari libur anak-anak yang berumur diatas sepuluh tahun,
yang sudah diberi Sacred Task mereka, diizinkan untuk bermain hingga sampai
waktu makan malam seperti saat mereka masih kecil. Eugeo dan Kirito biasanya
menghabiskan waktu dengan melakukan sesuatu seperti memancing dan berlatih
teknik pedang dengan anak laki-laki lainnya, namun, hari ini mereka
meninggalkan rumah mereka bahkan sebelum kabut pagi menghilang, dan menunggu
Alice di bawah pohon tua yang ada di pinggiran desa.
"........Dia terlambat!"
Bahkan meskipun dia telah menunggu bersama Eugeo hanya untuk
beberapa menit, Kirito sudah mulai menggerutu.
"Aku tidak mengerti kenapa berdandan jauh lebih penting
dibandingkan dengan datang tepat waktu untuk anak perempuan. Mungkin dua tahun
kemudian dia akan menjadi seperti saudara perempuanmu yang mendapati pakaiannya
menjadi kotor di hutan dan menolak untuk memakainya lagi setelah itu."
"Apa boleh buat, perempuan memang seperti itu."
Setelah mengatakannya dengan senyuman masam, Eugeo lalu
tiba-tiba memikirkan tentang apa yang akan terjadi selama dua tahun lagi.
Alice mungkin masih akan menjadi gadis tanpa Sacred Task,
orang-orang disekitarnya mungkin akan mentolerir keinginannya untuk terus
bersama dengan Eugeo dan Kirito. Tapi karena dia adalah putri dari kepala desa,
oleh karena itu telah diputuskan bahwa dia harus berperilaku sebagai contoh
bagi gadis-gadis lain di desa. Dalam waktu yang tidak lama lagi, dia akan
dilarang untuk bermain dengan anak laki-laki, dan tidak diragukan lagi bahwa
dia tidak hanya belajar tentang sacred art tapi juga tentang perilaku sopan
santun.
Lalu.....Apa yang akan terjadi setelah itu? Apakah ia harus
menikah dengan seseorang?,
seperti saudara perempuan tertua Eugeo, Sulinea, jika itu yang terjadi,
apa yang akan patnernya pikirkan.....?
"Oi, kamu tampak begitu murung. Apa kamu cukup tidur semalam?"
Dengan tatapan yang tiba-tiba dari Kirito dengan ekspersi yang
penuh dengan keraguan, Eugeo mengangguk dengan terburu-buru.
"Y-Yeah, aku baik-baik saja.....Ah, dia sudah datang."
Setelah mendengar langkah kaki ringan, ia menunjuk ke arah desa.
Seseorang muncul dari kabut pagi yang tebal itu adalah Alice,
seperti yang dikatakan Kirito, rambut pirangnya yang disisir rapi telah diikat
dengan pita, yang berayun diatas celemek polosnya. Eugeo tanpa sadar bertukar
pandangan dengan sahabatnya ketika mencoba untuk tidak tersenyum, lalu mereka
berbalik untuk berteriak pada saat yang bersamaan.
"Kau terlambat!"
"Kalian yang terlalu pagi. Berhenti berperilaku seperti
anak kecil setiap waktu."
Setelah ia mengatakan hal itu, Alice mendorong keranjang anyaman
yang ada di tangan kanannya pada Eugeo dan botol air minum di tangan kirinya
pada Kirito.
Keduanya secara reflek mengambil barang tersebut sebelum
berbalik kearah jalan sempit yang membentang dari utara. Alice membungkukkan
badannya untuk memetik sepucuk rumput, meluruskannya dan mengarahkan ujungnya
menuju gunung batu tinggi, dia lalu berseru dengan penuh semangat.
"Kalau begitu......Kelompok pencari es di musim panas, Ayo
kita pergi!"
Kenapa kita selalu berakhir sebagai «Tuan putri dan dua pengikutnya»? Sementara memikirkan hal tersebut, Eugeo
saling bertukar pandangan dengan Kirito dan berlari mengejar Alice yang sudah
berjalan lebih dulu.
Desa ini memiliki jalan yang terbentang dari utara hingga
selatan, sementara jalan di sisi selatan yang rata karena langkah kaki manusia
dan kendaraan yang datang dan pergi setiap waktu, jalan di sisi utara, yang
hampir tidak ada seorangpun yang tinggal di sana, memiliki banyak akar pohon
dan kerikil yang membuat berjalan menjadi sulit. Tapi, Alice dengan mudahnya
melompat melalui jalan kasar itu seolah-olah itu adalah jalan yang rata,
berjalan meninggalkan mereka berdua saat ia bersenandung.
Bagaimana mengatakannya, dia memiliki kontrol yang baik atas
tubuhnya?, adalah apa yang
dipikirkan Eugeo. Beberapa tahun lalu Alice sesekali bergabung dengan latihan
pedang bersama yang dimainkan oleh anak nakal di desa, dan ranting tipisnya
selalu mengenai Eugeo dan Kirito tak terhitung jumlahnya. Tongkat itu
seolah-olah itu bisa memotong udara, bahkan jika lawannya adalah roh angin.
Jika dia terus berlatih, mungkin saja Alice akan menjadi penjaga perempuan
pertama di desa.
"Penjaga, huh........."
Eugeo berguman dengan suara pelan.
Sebelum Sacred Task untuk memotong pohon besar yang telah
diberikan padanya, mungkin itu adalah impiannya, meskipun impian itu
samar-samar dan diluar jangkauannya. Semua anak di desa sangat ingin terpilih
menjadi seorang penjaga, bukan lagi tongkay jelek yang dibuat dari cabang
pohon, mereka akan diberikan pedang besi yang asli, dan akan belajar di sekolah
seni pedang asli.
Tidak hanya itu. Setiap musim gugur, semua penjaga di setiap
desa di daerah utara dapat berpartisipasi dalam turnamen pedang yang
dilaksanakan di kota Zakkaria, di bagian selatan. Jika salah seorang bisa
mendapat peringkat yang tinggi, mereka bisa menjadi sentinel—— yaitu yang diakui
sebagai swordsman sungguhan baik dari nama dan kenyataan, serta diperbolehkan
meminjam pedang resmi yang ditempa oleh pandai besi dari pusat. Tapi, impiannya
belum berakhir sampai disitu. Jika mereka bisa menunjukkan prestasi mereka
sebagai sentinel, mereka akan mendapat hak untuk mengikuti ujian masuk «Akademi
Master Pedang», yang memiliki sejarah lama dan terhormat. Setelah melewati
ujian masuk yang sulit, dan lulus dari akademi setelah dua tahun belajar,
mereka dapat berpartisipasi dalam turnamen ilmu pedang yang dihadiri Raja
Kerajaan Norlangath Utara. Bercouli yang melegenda dikatakan berhasil
memenangkan turnamen ini dengan sangat baik.
Pada akhirnya, terkumpulah semua pahlawan dari seluruh penjuru
Dunia Manusia yang digelar oleh Gereja Axiom itu sendiri, «Turnamen Persatuan
Empat Kerajaan». Hanya seseorang yang memenangkan pertarungan yang bahkan dapat
dilihat oleh dewi dengan jelas, orang yang terkuat dari semua swordsman, untuk
bertarung melawan mosnter dari tanah kegelapan, untuk diangkat dengan tugas
sebagai penunggang naga, seorang «Integrity Knight»——
Sampai pada titik itu, impian tersebut telah melewati
imajinasinya, tapi mungkin, ada saat ketika Eugeo memikirkan hal tersebut.
Mungkin, jika Alice meninggalkan desa bukan sebagai swordswoman tapi sebagai
murid yang mempelajari penyihir magang, untuk belajar di Zakkaria atau bahkan
di «Akademi Master Art» yang berada di pusat, pada saat itu, dan berada di
sampingnya sebagai pengawalnya, dengan tubuhnya memakai seragam pengawal
berwarna hijau dan coklat muda, dengan pedang resmi yang berwarna keperakan
berkilauan di pinggangnya, adalah dia......
"Mimpi itu masih belum berakhir."
Tiba-tiba, bisikan datang dari arah Kirito yang sedang berjalan
di sampingnya. Eugeo mengangkat wajahnya dengan terkejut. Ternyata, hanya
dengan helaan nafas yang dikeluarkan oleh Eugeo sebelumnya, Kirito dapat membaca
makna semua itu. Nalurinya masih tajam seperti biasa. Eugeo membuat senyum
masam dan berguman kembali.
"Tidak, itu sudah berakhir."
Ya, waktu untuk bermimpi telah berakhir. Pada musim semi tahun
lalu, Sacred Task sebagai murid penjaga diberikan kepada Jink, anak dari kepala
penjaga yang sekarang. Walaupun kemampuan pedangnya jauh lebih rendah
dibandingkan dengan Eugeo dan Kirito, dan tentu saja Alice. Eugeo melanjutkan
perkataannya dengan nada bercampur sedikit kejengkelan.
"Setelah Sacred Task diberikan, bahkan kepala desa tidak
dapat merubahnya."
"Dengan satu pengecualian, bukan?"
"Pengecualian.........?
"Ketika tugas itu telah selesai."
Kali ini dia membuat senyum masam pada sifat keras kepala
Kirito. Patnernya ini masih tidak akan membiarkan ambisinya untuk menebang
Gigas Cedar pada generasinya.
"Setelah kita selesai menebang pohon itu, pekerjaan kita
akan benar-benar selesai. Setelah itu kita dapat memilih Sacred Task kita
sendiri, bagaimana?"
"Itu benar, tapi......"
"Aku sangat senang aku tidak mendapat Sacred Task sebagai
penggembala atau petani. Tugas itu tidak akan pernah berakhir, tapi tugas kita
berbeda. Aku yakin pasti ada jalan, dalam tiga......Tidak, dua tahun kita akan
menebangnya, setelah itu....."
"Kita akan mengikuti turnamen ilmu pedang di
Zakkaria."
"Apa? Bukankah kau memikirkan hal yang sama, Eugeo?
"Aku tidak akan membiarkan Kirito terlihat hebat seorang
diri."
Setelah saling basa-basi, Eugeo merasa perasaan aneh bahwa itu
bukan mimpi tersebut bukan lagi angan-angan. Mereka berdua berjalan sambil
tersenyum lebar, membayangkan pemandangan ketika mereka menerima pedang resmi,
kembali ke desa, dan membuat mata Jink dan teman-temannya terbuka lebar karena
rasa iri, Alice yang berjalan di depan mereka tiba-tiba berbalik ke belakang.
"Hei kalian berdua, apa sih yang kalian bicarakan secara
rahasia?"
"T-Tidak, tidak ada apa-apa. Aku hanya berpikir jika saat
ini sudah waktunya untuk makan siang, bukan?"
"Y-Yeah."
"Bukannya kita baru mulai berjalan? Juga, lihat, kita dapat
melihat sungainya sekarang."
Ketika mereka melihat ke arah dimana bagian ujung dari rumput
yang Alice pegang tunjukkan, mereka dapat melihat permukaan air yang bergerak
di sana. Sumber mata air dari sungai Ruhr berasal dari Puncak Barisan
Pegunungan, yang mengalir menuju bagian timur desa Rulid, berlanjut menuju
bagian selatan kota Zakkaria. Di tempat bertemunya jalan dengan sungai,
jalannya terbagi lagi menjadi dua, yaitu jalan kanan melewati jembatan Rulid
utara yang menuju kaarah hutan timur, sedangkan jalan kiri terbentang ke utara
menyusuri tepi sungai di bagian barat. Arah yang kedua jalan itu tuju, sudah
jelas, kearah utara.
Saat Eugeo sampai di persimpangan, dia berlutut di tepi sungai,
lalu mencelupkan tangan kanannya ke dalam aliran air yang jelas dan membuat
suara gemericik. Karena sekarang pertengahan musim panas, air dingin saat awal
musim semi sudah mulai menghangat. Itu akan terasa menyenangkan jika dia dapa
melepaskan bajunya dan melompat ke dalam air, tapi dia tidak dapat melakukannya
di depan Alice.
"Ini bukanlah suhu dimana dapat membuat bongkaan es
mengapung."
Eugeo berkata dan berbalik ke sampingnya, Kirito cemberut sambil
memprotes.
"Itulah sebabnya kita pergi ke gua besar dimana es itu
berasal, bukan?"
"Itu benar juga sih, tapi kita harus kembali sebelum bel
sore. Ayo kita lihat.....Saat Solus sudah berada di tengah-tengah langit, kita harus
mulai segera kembali."
"Apa boleh buat. Jika memang begitu maka ayo kita
cepat!"
Di belakang Alice, yang sedang melangkah di semak-semak, mereka
berdua mulai mempercepat gerakan mereka untuk mengejarnya.
Dahan pohon yang menjalar dari bagian kiri berperan sebagai
sebagai kanopi, menghalangi sinar matahari, lalu ada juga udara dingin yang
terangkat dari permukaan sungai di sisi kanan, itu semua membantu mereka
bertiga berjalan dengan nyaman bahkan meskipun Solus sudah terangkat tinggi di
atas langit. Jalan yang berada di tepi sungai yang lebarnya sekitar satu mel
tertutupi dengan rumput pendek musim panas, dan hampir tidak ada kerikil atau
lubang yang membuat berjalan menjadi sulit.
Eugeo berpikir, kenapa mereka tidak pernah melangkahkan kaki
melewati kolam kembar bahkan sekali, meskipun itu sangat mudah untuk berjalan
menuju kesana.
«Perbatasan Utara» yang tertulis di peraturan desa melarang
anak-anak untuk melewatinya yang bahkan masih jauh dari kolam kembar. Jadi
bahkan jika mereka pergi sebelum sampai tempat itu, ya——itu dapat dikatakan
bahwa perasaan tidak nyaman dari peraturan itu yang membuat kaki mereka tidak
dapat bergerak ketika melihat perbatasan itu dihadapan mereka.
Bahkan meskipun dia dan Kirito selalu mendengarkan keluhan dari
orang dewasa yang berbicara tentang tradisi, memikirkan tentang itu, jauh dari
melakukannya mereka berdua bahkan tidak pernah memikirkan tentang melanggar
peraturan atau Taboo. Petualangan sederhana hari ini menjadi yang terdekat bagi
mereka untuk hampir melakukan perbuatan terlarang.
Eugeo mulai merasakan sedikit kekhawatiran, dia melihat Kirito
dan Alice yang berjalan dengan santai di depannya, mereka bahkan menyanyikan
lagu gembala dengan merdu. Mereka berdua.....Apa mereka tidak memiliki
rasa takut atau khawatir sedikitpun?, sambil memikirkannya, Eugeo mendesah
sedih.
"Hei, tunggu."
Dia memanggil, mereka berdua yang terus berjalan tapi kemudian
berbalik secara bersamaan.
"Ada apa, Eugeo?"
Alice memiringkan kepalanya sementara bertanya dengan nadayang
sedikit mengancam dan dipenuhi tujuan.
"Kita sudah agak jauh dari desa sekarang......Apa tidak ada
hewan berbahaya di sekitar sini?"
"Eh——? Aku tidak pernah mendengarnya bagaimanapun
juga."
Alice mengataannya sementara melihat padanya, saat Kirito
perlahan mengangkat bahunya.
"Hmm........Donetti yang memiliki cakar panjang besar yang
kakek lihat, dimana dia mengatakan hewan itu berada?"
"Itu berada di sekitar pohon apel hitam di timur, bukan?
Tapi itu adalah cerita lama dari sepuluh tahun yang lalu bagaimanapun
juga."
"Jika hewan yang ada di sekitar sini, itu mungkin rubah
bertelinga empat. Eugeo, kamu sangat penakut, bukan?"
Saat mereka tertawa 'Ahaha' , Eugeo dengan cepat membantah.
"T-Tidak, ini bukan tentang takut........Kita tidak pernah
pergi melewati kolam kembar sebelumnya, bukan? Aku hanya ingin kita untuk lebih
hati-hati."
Setelah mendengarnya, mata hitam Kirito bersinar dengan terang.
"Yeah, itu benar. Apa kau tahu? Saat waktu desa baru saja
terbentuk, kadang-kadang monster dari Tanah Kegelapan.....Seperti «Goblin» atau
«Orc» akan melewati pegunungan untuk mencuri domba atau menculik anak
kecil."
"Apa? Apa kalian berdua mencoba menakutiku? Aku tahu
tentang itu. Pada akhirnya Integrity Knight datang dari pusat dan mengalahkan
pemimpin Goblin."
"——『Semenjak hari itu, di hari yang cerah, knight dengan naga putih
keperakan dapat terlihat jauh di atas Puncak Barisan Pegunungan.』"
Kirito berguman di kalimat terakhir dari dongeng yang diketahui
oleh semua anak-anak di desa, sementara berbali ke atas untuk menatap menuju
langit. Eugeo dan Alice melakukan hal yang sama, sebelum mereka menyadari,
pandangan mereka telah dipenuhi dengan pegunungan berbatu putih bersih, dan
diatasnya ada langit biru dimana mereka hendak mencari sesuatu.
Untuk beberapa saat, mereka merasa memiliki perasaan melihat
cahaya kecil berkilauan diantara awan, tapi mereka tidak dapat melihat apapun
saat mencoba memfokuskan pandangan mereka. Mereka bertiga saling berpandangan
satu sama lain sebelum tertawa karena perasaan malu.
"——Itu hanya dongeng, bukan? Naga es yang tinggal di dalam
gua itu, pastinya, hanya cerita yang dibuat beberapa lama kemudian oleh,
Bercouli."
"Oioi, jika kamu mengatakan sesuatu seperti itu di desa,
pukulan dari kepala desa akan dijatuhkan pada kepalamu. Swordsman Bercouli
adalah pahlawan Rulid setelah semua."
Kata-kata Eugeo membuat senyuman terlihat di wajah semua orang
sekali lagi, dan Alice mempercepat langkahnya.
"Kita tidak akan tahu sampai kita tiba di sana. Lihat, jika
kalian terus berjalan santai seperti itu, kita tidak akan mampu untuk tiba di
sana sebelum makan siang."
——Seperti yang dikatakannya, Eugeo tidak berpikir mereka akan
sampai di «Puncak Barisan Pegunungan» selama setengah hari hanya dengan
berjalan bagaimanapun juga.
Puncak Barisan Pegunungan, seperti yang disebutkan dalam
namanya, merupakan batas dari dunia, dengan kata lain, batas dari daerah
manusia yang terbagi dari empat kerajaan yaitu utara, selatan, timur, dan
barat, untuk desa Rulid yang berada di lokasi paling utara dari kerajaan utara,
itu bukanlah suatu tempat dimana langkah anak kecil dapat mencapainya dengan
mudah.
Jadi, Eugeo benar-benar terkejut ketika, tepat sebelum matahari
mencapai bagian tengah langit, sungai Ruhr, yang perlahan menjadi menyempit,
menghilang di depan jalan masuk gua yang terbuka di berada di dasar dari tebing
curam.
Hutan lebat yang terbentang di kedua sisi tiba-tiba menghilang,
di depan matanya adalah tebing curam abu-abu yang tidak rata terbantang ke
atas. Jika dia melihat ke atas, dia dapat melihat secara samar-samar langit
biru yang melintasi barisan pegunungan berwarna putih murni itu dari kejauhan,
tebing batu ini tanpa keraguan adalah, Puncak Barisan Pegunungan.
"Kita telah sampai......? Ini, Puncak Barisan
Pegunungan.....Bukan? Bukankah ini sedikit terlalu cepat......?"
Kirito, yang kelihatannya tidak mempercayainya, mengatakan itu
dengan suara samar-samar. Itu juga sama seperti Alice, yang berbisik dengan
mata birunya yang terbuka lebar,
"Lalu......Dimana «Perbatasan Utara»? Apa kita telah
melewatinya tanpa mengetahuinya?"
Seperti yang dia katakan. Itu sangat mungkin anak-anak dari
desa——atau bahan orang dewasa telah melewati perbatasan itu tanpa menyadarinya.
Memikirkan tentang itu, sekitar tiga puluh menit berjalan dari kolam kembar,
ada suatu tempat yang sedikit ke atas dan ke bawah, apakah tempat itu adalah
Perbatasan Utara?
Sementara Eugeo masih melihat keadaan sekitar dengan keraguan,
bisikan Alice dengan nada serius yang tidak biasanya mencapai telinganya.
"Jika ini adalah Puncak Perbatasan Pegunungan.....Lalu di
sisi lain adalah Tanah Kegelapan, bukan? Jika memang begitu.....Kita hanya
berjalan selama empat jam, jumlah waktu yang sama yang bahkan tidak akan
membuat kita ke Zakkaria. Rulid.....Memang berada di perbatasan
dunia....."
Eugeo berdiri dengan kebingungan, Kita tinggal di desa
untuk waktu yang lama tapi kita tidak mengetahui dimana lokasi desanya di dunia
ini? Tidak——mungkinkah bahkan orang dewasa tidak mengetahui bahwa Puncak
Barisan Pegunungan itu sedekat ini? Selama tiga ratus tahun dalam sejarah,
seseorang yang melewati hutan lebat yang terbentang dari bagian utara desa,
selain dari Bercouli, adalah kita....?
Bagaimanapun juga.....Ini sangat aneh. Eugeo berpikir seperti itu. Tapi, dia
tidak tahu kenapa itu aneh.
Setiap hari, di waktu yang sama, semua orang dewasa memakan
sarapan mereka, pergi bekerja di lahan atau peternakan, menempa atau memintal
di tempat kerja mereka seperti hari sebelumnya. Apa yang Alice katakan
sebelumnya, bahwa empat jam tidak cukup untuk mencapai Zakkaria, tentu saja, mereka semua tidak pernah
pergi ke Zakkaria sebelumnya, Aku dengar dari orang-orang dewasa bahwa
itu membutuhkan waktu dua hari berjalan melewati jalan utama selatan untuk
mencapai kota itu. Tetapi, berapa banyak orang dewasa yang pergi ke Zakkaria
dan kembali....?
Memikirkan dengan cepat dari pertanyaan membingungkan yang
muncul di pikiran Eugeo, segera tersapu oleh suara Alice.
"——Bagaimanapun juga, tidak ada yang dapat kita lakukan
selain masuk ke dalam setelah kita datang hingga sejauh ini. Tapi sebelum itu,
mari kita kita makan siang terlebih dahulu."
Dengan mengatakan itu, dia menarik keranjang rotan dari tangan
Eugeo, lalu merendahkan pinggangnya di semak pendek dimana itu berganti menjadi
bebatuan. "Ini yang aku tunggu, perutku sudah merasa lapar." Dengan
suara bersemangat dari Kirito, Eugeo juga duduk di atas rumput. Aroma harum
dari pai menghilangkan sisa dari keraguannya, semua yang dapat dia ingat adalah
perutnya mulai mengeluh karena rasa lapar.
Alice menghentikan tangan yang terulur dari Eugeo dan Kirito
dengan memukulnya sementara mengeluarkan window dari masing-masing makanan.
Setelah dia selesai memeriksa semua makanan yang masih memiliki banyak waktu
yang tersisa, dia mengeluarkan pai isi kacang dan ikan, pai isi apel dan
walnut, dan buah persik kering. Sebagai tambahan, dia menuang air Siral yang
tersimpan di kantung air ke gelas kayu, ini juga sudah diperiksa untuk tidak
segera menghilang.
Saat dia kemudian memperbolehkan mereka, Kirito yang sudah cukup
kesal hingga tidak mengatakan apapun saat dia mulai memakan pai ikannya, lalu
bicara dengan suara yang tidak jelas sementara masih mengunyah.
"Gua itu....Jika kita menemukan banyak es, maka kita tidak
perlu terburu-buru untuk memakan makan siang besok."
Menelan makanannya, Eugeo berbalik untuk menghadapnya dan
menjawab.
"Tapi memikirkan tentang itu, bahkan jika kita berhasil
menemukan esnya, bagaimana kita dapat mempertahankan Lifenya dengan suatu cara
sejak awal? Jika semuanya meleleh sebelum waktu makan siang besok maka tidak
ada gunanya kita melakukan ini, bukan?"
"Mu......."
'Aku tidak memikirkan tentang itu,' bahu Kirito menurun, lalu
Alice berkata dengan nada yang tidak peduli.
"Jika kita membawanya dengan cepat dan menyimpannya di
gudang rumahku, untuk satu malam sama sekali tidak masalah. Kalian berdua,
kalian seharusnya telah memikirkannya dari awal."
Saat mereka menyadari pikiran tidak berguna mereka dikatakan,
Eugeo dan Kirito mencoba untuk menyembunyikan rasa malu mereka dengan memenuhi
mulut mereka dengan makanan. Bahkan meskipun mereka masih memiliki banyak
waktu, Alice masih makan dengan kecepatan biasanya seperti sebelumnya sebelum
meminum air Siral.
Setelah melipat dan menaruh kain putih dengan rapi lalu
memasukkannya ke dalam keranjang rotan, Alice berdiri. Lalu dia berjalan menuju
sungai terdekat dengan tiga gelas di tangannya, dan mencucinya dengan cepat di
sungai.
"Uhyaa."
Dia mengeluarkan suara aneh sementara menyelesaikan
pekerjaannya, dan ketika dia kembali, Alice merentangkan tangannya, yang telah
dikeringkan dengan menggunakan celemek, pada Eugeo.
"Air di sunga itu sangat dingin! Itu seperti air sumur saat
di tengah musim dingin."
Apa yang dia lihat adalah telapak tangan kecil yang berubah
menjadi kemerahan. Tanpa dia sadari, dia mengulurkan tangannya dan menggenggam
itu pada tangan Alice, tentu saja untuk saling berganti rasa hangat dari
tangannya dengan rasa dingin di tangannya.
"Tunggu.....Hentikan itu."
Pipi kecilnya sekarang berubah menjadi warna yang sama dengan
tangannya, dan Alice menarik kembali tangannya. Pada saat itu, Eugeo menyadari
dia telah melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh dirinya yang
biasanya, dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Ah.....Tidak, itu.."
"Baiklah, bukannya kita seharusnya berangkat sekarang, tuan
dan nyonya?"
'Apa kau berencana untuk membantuku keluar dari situasi ini?'
Eugeo tersenyum sementara mengatakan itu dan perlahan menendang kaki Kirito,
dan setelah perbuatan kasarnya, dia mengangkat kantung air menuju bahunya, dan
berjalan ke dalam gua tanpa melihat ke belakang.
Itu sangat sulit dipercaya bahwa sumber dari Sungai Ruhr, sungai
jernih yang diikuti oleh mereka bertiga sampai sekarang, akan menjadi sekecil
ini. Dengan diameter sekitar satu setengah mel, sungai kecil ini mengalir
keluar dari gua yang terbuka di tebing yang tinggi, dan di sisi kirinya, ada
batu yang berukuran sama menonjol keluar, dia melangkah pada itu dan berjalan
ke dalam gua.
Eugeo berpikir, Bercouli telah melangkah pada batu ini
tiga ratus tahun lalu, saat dia mencoba yang dia bisa untuk masuk ke
bagian dalam gua. Tiba-tiba, suhu dari sekelilingnya menjadi turun, dia
menggosokkan kedua tangannya yang tidak tertutupi bagian lengan baju pendeknya.
Dia berjalan maju sebanyak sepuluh langkah sambil memastikan dua
langkah dari belakang mengikutinya.
Pada titik itu, Eugeo menyaadari dia telah melakukan kesalahan
besar, dia menurunkan bahunya dan berbalik ke belakang.
"Oh tidak......Aku tidak membawa lampu. Kirito, apa kamu
membawa lampu?"
Bahkan meskipun dia hanya sekitar lima mel dari jalan masuk gua,
suasananya sudah cukup gelap hingga dia tidak dapat mampu membedakan eskpresi
dari mereka berdua. Kegelapan yang tebal di dalam gua itu, itu sangat normal
untuk mempercayai harapan pada partnernya untuk menangani hal yang dia sendiri
telah lupakan, tapi jawabannya adalah "Bagaimana mungkin aku dapat
menyadari sesuatu yang kau tidak sadari juga?" dengan nada yang penuh
dengan kepercayaan diri yang aneh.
"S.....Sungguh, kalian berdua...."
Sementara Eugeo memikirkan berapa banyak dia suara yang hebat
hari ini, dia melihat ke arah rambut pirang yang samar-samar berkilauan. Alice
melihat ke sampingnya beberapa kali sebelum memasukkan tangannya pada saku
celemeknya dan mengeluarkan sesuatu yang tipis dan panjang. Itu adalah sepucuk
rumput yang dia ambil ketika mereka memulai petualangan mereka.
Dia menggenggam rumput di tangan kanannya, dengan tangan kirinya
yang menahan ujungnya, Alice menutup matanya. Mulut kecilnya bergerak, upacara
yang aneh dalam Pengucapan Suci yang Eugeo tidak tahu yang mulai terdengar di
udara.
Akhirnya tangan kirinya dengan cepat memotong simbol rumit,
cahaya lemah yang pucat mulai bersinar dari ujung rumput yang mengembang
lingkaran. Cahaya itu kemudian meningkatkan sinarnya dalam waktu singkat, dan
menjauhkan kegelapan dari gua dalam jarak yang cukup jauh.
"Ooo."
"Wow....."
Kirito dan Eugeo tanpa sadar mengeluarkan suara kekaguman pada
saat yang bersamaan.
Bahkan meskipun mereka telah mengetahui Alice telah mempelajari
sacred art, mereka hampir tidak pernah memiliki kesempatan untuk dapat melihatnya
sendiri. Berdasarkan ajaran Sister Azariya, semua upacara dimana semua
kekuatannya berasal dari dewi kehidupan Stacia, dewi matahari Solus atau dewi
bumi Terraria——kecuali darkness art yang digunakan oleh pelayan dewa kegelapan
Vector—— semuanya ada untuk menjaga aturan dan keseimbangan dunia, jadi itu
semua tidak boleh digunakan secara sembarangan.
Sacred art yang digunakan Sister dan muridnya hanya ketika
tanaman obat di desa tidak mampu untuk menyembuhkan penyakit atau luka. Karena
Eugeo memahami tentang ini, dia berbalik pada Alice, yang memegang sepucuk
rumput yang bersinar dengan warna aneh, dan tanpa sadar bertanya.
"Ah, Alice......Mengunakan art seperti itu, apakah tidak
apa-apa? Bukankah kamu akan dihukum karena ini......?"
"Hmph, jika sebanyak ini akan membuatku dihukum, aku pasti
sudah tersambar petir sebanyak sepuluh kali."
".............."
Setelah mengatakan itu, Alice memberikan rumput yang bersinar
itu kepada Eugeo dengan senyuman. Dia mengambilnya memikirkanya sebelum
bergumam 'Hiee', dan menyadarinya.
"A-Aku yang pertama!?"
"Tentu saja, atau kau akan membiarkan seorang gadis lemah
berjalan di depan? Eugeo ada di depan, Kirito di belakang. Jangan menghabiskan
waktu lagi, ayo cepatlah dan segera pergi."
"Y-Ya."
Seolah-olah dia didorong oleh semangat, Eugeo mengangkat obor
kecil itu dan berjalan dengan ketakutan menuju ke dalam gua.
Susunan batu yang berliku ini kelihatannya terus terbentang
dengan terus menerus. Dindingnya memperlihatkan cahaya biru keabu-abuan
seolah-olah itu terlihat basah. Terkadang, dia khawatir dengan gerakan
gemerisik yang kecil di bagian gelap dimana cahaya tidak mencapainya. Tetapi,
tidak peduli bagaimana dia memfokuskan pandangannya, dia tidak dapat menemukan
sesuatu yang menyerupai es sama sekali. Meskipun terkadang ada sesuatu yang
berwarna abu-abu yang terlihat seperti es yang tergantung di langit-langit, dia
segera tahu bahwa itu batu hanya dengan memandangnya saja.
Setelah berjalan selama beberapa menit, Eugeo memanggil Kirito
yang ada di belakangnya,
"Hei.....Sudah pasti, kau mengatakan bahwa seharusnya ada
es segera saat kita memasuki gua, bukan?"
"Aku mengatakan? Sesuatu seperti itu."
"Kau mengatakannya!"
Saat dia mendekati patnernya yang mengalihkan pandangannya
dengan ketidaktahuan yang dibuatnya, Alice menggunakan tangan kanannya untuk
menghentikan Eugeo dan dengan cepat berbisik.
"Hei, bawalah cahayanya sedikit lebih dekat."
"......?"
Eugeo membawa sepucuk rumput tadi mendekati wajah Alice. Dia
membulatkan bibirnya sebelum menghembuskan nafas dalam pada cahaya.
"Ah......"
"Lihat, kau melihatnya bukan? Nafas kita menjadi berwarna
putih, seperti saat musim dingin."
"Wow, benar. Dan aku baru memikirkan mengenai bahwa itu
telah menjadi dingin untuk waktu yang sekarang......"
Menghiraukan keluhan Kirito, Eugeo mengangguk bersamaan dengan
Alice.
"Bahkan meskipun di luar musim panas, di dalam gua ini
musim dingin. Sudah pasti ada es disini."
"Yeah, mari kita cari lebih jauh lagi."
Eugeo membalikkan badanya, dia memiliki perasaan bahwa gua ini
menjadi lebih lebar sedikit demi sedikit saat mereka menuju lebih dalam, dia
kembali dengan cara berjalan hati-hatinya sebelum berjalan maju.
Apa yang mereka dengar, selain dari suara dari sepatu kulit
mereka yang bersentuhan dengan batu, hanyalah suara dari aliran air tanah. Bahkan
meskipun mereka telah mendekati sumbernya, aliran air itu sama sekali tidak
melemah.
".......Jika kita memiliki perahu, maka untuk pulang
kembali akan lebih mudah."
Untuk Kirito yang dengan santai mengatakannya dari belakang,
Eugeo memarahinya dengan "Jangan bicara terlalu keras." Saat mereka
telah memasuki gua lebih dalam daripada yang mereka telah rencanakan, tentu
saja, apa yang terpikir di pikirannya adalah——
"——Hei, jika naga putih itu benar-benar keluar, apa yang
harus kita lakukan?"
Alice membisikkan itu seolah-olah dia dapat membaca pikiran
Eugeo.
"Tentu saja..... apa lagi yang dilakukan, selain dari
la...."
Jawaban dari pertanyaan bisiskan tadi langsung dipotong oleh
suara nekat dari Kirito.
"Itu t-tidak-apa-apa. Naga putih itu mengejar Bercouli
karena dia mencuri pedang harta karun miliknya, bukan? Itu sudah pasti tidak
akan menghiraukan kita untuk mengambil es.——Hmm, tapi jika mungkin aku ingin
mengambil sisik darinya bagaimanapun juga....."
"Oi, apa yang kau pikirkan, Kirito?"
"Seperti itu, jika kita dapat kembali dengan bukti bahwa
kita telah melihat naga yang asli, Jink dan teman-temannya akan mati karena
perasaan iri."
"Jangan bercanda! Aku akan memberitahu kau sekarang, jika
kamu dikejar oleh naga itu, kita hanya akan meninggalkanmu dan lari."
"Oi, suaramu terlalu keras, Eugeo."
"Itu karena Kirito mengatakan sesuatu yang aneh....."
Tiba-tiba kakinya membuat suara yang aneh, dan Eugeo berhenti
bicara. Parin, itu adalah suara dari sesuatu yang pecah di bawah kakinya. Dia
membuat cahaya yang ada di tangan kanannya mendekati kaki kanannya dengan cepat
sebelum tanpa sadar membiarkan suaranya keluar.
"Ah, lihat ini."
Alice dan Kirito membungkuk untuk melihatnya, Eugeo lalu
menggerakkan kakinya dari tempat itu. Air yang terkumpul di batu berubah menjadi
es tipis yang menyelimuti permukaan halus batu abu-abu tersebut. Dia
mengulurkan jarinya untuk mengambil bagian lembaran tipis yang transparan itu.
Setelah menaruh itu di telapak tangannya untuk beberapa detik,
benda itu meleleh menjadi tetesan air, mereka bertiga saling memandang satu
sama lain dan tanpa sadar memperlihatkan senyuman.
"Ini es, tidak ada keraguan tentang itu. Pasti ada lebih
banyak lagi di dalam sana."
Eugeo mengatakan itu sementara menyinari sekelilingnya, sebagian
besar cahaya biru yang terpantul sesuatu yang menyerupai air yang membeku. Dan
itu tenggelam pada kegelapan yang pekat dari dalam gua, jauh di dalam.....
"Ah....Bagaimanapun juga, ada banyak cahaya di sana."
Sama seperti yang Alice bilang, Eugeo menggerakkan tangan
kanannya, dari titik cahaya yang tak terhitung jumlahnya, dia dapat melihatnya
berkelap-kelip dan bersinar dengan lemah. Saat dia benar-benar melupakan
tentang naga putih, dia berlari menuju arah itu.
Berdasarkan waktu yang mereka tempuh, kelihatannya mereka telah
berjalan sekitar ratusan mel dalamnya. Tiba-tiba, dinding di bagian kiri dan
kanan berakhir.
Pada saat yang sama, pemandangan menakjubkan yang mendebarkan
terlihat dihadapan mata mereka.
Luas. Itu sangat sulit untuk mempercayai bahwa mereka ada di gua
bawah tanah, karena ruangan terbuka yang sangat luas. Luasnya sudah pasti
beberapa kali lebih luas dari pusat desa yang ada di depan gereja.
Dinding melengkung, yang hampir mengelilingi seluruh keadaan
sekeliling, tidak lagi terlihat seperti dinding abu-abu basah yang mereka
sampai sekarang, tapi tertutup oleh lapisan biru terang, tebal, yang
transparan. Lalu, setelah melihat pada permukaan lantai, Eugeo memahami, Aku
mengerti, jadi ini adalah sumber dari sungai Ruhr., itu adalah kolam
raksasa——tidak, danau akan jauh lebih cocok. Tetapi, permukaan airnya tidak
bergerak sedikitpun. Itu membeku dengan kuat untuk semuanya, dari tepi hingga
bagian tengah.
Diantara jejak kabut putih di yang berada di sekitar danau,
sesuatu yang berbentuk pilar aneh menonjol keluar, tingginya dengan mudah
melebihi tinggi dari ketiga anak-anak itu Itu memiliki bentuk pilar segi enam
yang tajam dengan ujungnya sangat runcing. Itu seperti biji kristal yang pernah
ditunjukkan kakek Garitta kepada Eugeo sebelumnya. Tapi, benda itu jauh lebih
besar, dan jauh lebih indah. Tak terhitung pilar biru transparan yang tebal itu
menyerap cahaya suci dari sepucuk rumput yang dipegang Eugeo, sebelum
melepaskannya ke enam arah, yang juga memantul lebih jauh, menyinari seluruh
ruangan luas itu. Jumlah dari pilar tersebut bertambah banyak saat itu
mendekati bagian tengah, dan sepenuhnya menjadi menghalangi bagian paling
tengah danau.
Itu es. Dinding sekelilingnya, danau yang ada dibawah kaki
mereka, pilar aneh berbentuk segi enam, semuanya terbuat dari es. Dinding biru
itu yang terbentang vertical, dan menutupi jauh di ketinggian, seperti kubah
gereja.
Mereka bertiga melupakan hawa dingin yang menusuk kulit, berdiri
disana untuk beberapa menit sementara menghembuskan nafas putih. Tidak lama
kemudian, Alice samar-samar berbicara dengan suara bergetar.
"......Dengan es sebanyak ini, kita dapat mendinginkan
seluruh makanan di desa."
"Atau lebih tepatnya, ini bahkan dapat mengubah desa
menjadi di pertengahan musim dingin untuk beberapa waktu. ——Baiklah, mari kita
periksa di dalam."
Segera setelah Kirito berbicara, dia berjalan beberapa langkah
sebelum menaruh kakinya di danau es. Dia perlahan menaruh beban tubuhnya pada
itu, dan pada akhirnya melangkah pada itu dengan kedua kakinya, dan tidak ada
satupun suara es tebal yang retak.
Dia selalu seperti ini. Bahkan meskipun Eugeo memiliki tugas untuk menahan
perbuatan kenekatan partnernya, tapi kali ini perasaan keingintahuannya jauh
lebih unggul. Tapi jika memang benar-benar ada naga putih di dalam, Aku
betul-betul ingin melihatnya tidak peduli apapun yang terjadi.
Memegang sacred light lebih tinggi, Eugeo dan Alice mengejar di
belakang Kirito. Dengan hati-hati menghindari membuat suara keras langkah kaki,
mereka bergerak dari bayangan satu es besar menuju es lainnya dengan bagian
tengah danau itu sebagai tujuan mereka.
——Ini benar-benar hebat, jika kita melihat naga asli, untuk kali
ini cerita tentang kita akan terus diceritakan selama beberapa ratus tahun
lagi, bukan? Dan jika, hanya jika, kita dapat melakukan apa yang yang tidak
dapat dilakukan Bercouli.....Dengan membawa pulang apapun dari harta karun yang
tertimbun milik naga tersebut dengan kita, akankah kepala desa mempertimbangkan
Sacred Task kita.....?
"Mugu."
Di saat Eugeo memperluas mimpi di siang hari sementara masih
berjalan, hidungnya menabrak bagian belakang kepala Kirito, yang tiba-tiba
berhenti, dengan wajah merengut.
"Oi Kirito, jangan tiba-tiba berhenti seperti itu."
Tetapi, Tidak ada jawaban dari partnernya. Sebagai gantinya,
rintihan pelan keluar.
"….Apa itu…."
"Eh….?"
"Apa sebenarnya itu!"
Eugeo memiringkan kepalanya di saat yang sama saat Alice berada
di sampingnya, dan melihat ke depan dari samping Kirito.
"Sebenarnya apa yang kalian berdua bica....."
Alice, yang melihat hal yang sama seperti Eugeo tidak dapat
menyelesaikan kata-katanya.
Itu adalah gunungan dari tulang belulang.
Itu semua adalah tulang belulang yang terbuat dari es biru. Itu
bersinar dengan kuat seolah-olah mereka adalah patung kristal. Setiap
masing-masing darinya berukuran besar, berbagai bwntuk tulang belulang saling
bertumpuk satu sama lain, membuat sebuah gunungan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tinggi ketiga anak-anak itu. Di atasnya, sebuah bongkahan
besar yang memberitahu mereka siapa pemilik makam ini.
Sebuah tengkorak, Eugeo dapat mengerti hal itu hanya dengan
menatapnya saja. Lubang matanya yang kosong, lubang hidung yang panjang,
tanduk-tanduk yang menonjol keluar dari punggungnya, tak terhitung sejumlah
taring seperti pedang berbaris di tulang rahang yang tergantung.
"Tulang belulang….Naga putih?"
Alice berbisik dengan suara rendah.
"Apakah itu sudah mati….?"
"Ah….Tapi, kematiannya bukan karena alasan alami."
Jawabannya datang dari Kirito yang telah mendapatkan
ketenangannya kembali, Eugeo sangat jarang melihat partnernya seperti ini, saat
wajah Kirito selalu dipenuhi dengan macam emosi lainnya.
Kirito berjalan beberapa langkah, dari tempat di dekat kakinya,
dia mengambil cakar besar yang kelihatannya berasal dari kaki depan naga itu.
"Lihat….Ada banyak luka disini, ujungnya juga hampir
terpotong dengan rapi."
"Naga itu bertarung melawan sesuatu….? Tapi, makhluk hidup
yang dapat membunuh naga…."
Pertanyaan yang sama dengan Alice melayang di pikiran
Eugeo. Berbicara tentang «Naga Putih Utara», mahluk itu adalah salah satu
yang hidup di berbagai tempat di Puncak Barisan Pegunungan, yang membatasi
seluruh dunia, melindungi Dunia Manusia dari kekuatan kegelapan, penjaga
terkuat dunia. Makhluk hidup seperti apa yang dapat membunuh sesuatu seperti
ini.....?
"Bertarung dengan hewan atau naga lain seharusnya tidak
akan memberikan luka seperti ini."
Kirito berkata sementara menekan ibu jarinya pada cakar biru
tadi.
"Eh….? Kalau begitu, apa…."
"Ini adalah luka tebasan pedang. Apa yang membunuh naga ini
adalah——manusia."
"T-Tapi….sebenarnya, bahkan Bercouli, pahlawan yang
memenangkan turnamen di pusat bahkan tidak dapat melakukannya dan melarikan
diri. Ini menggelikan, bahkan swordsman dari seluruh tempat…"
Berbicara sampai titik itu, Alice kelihatannya menyadari sesuatu
dan tenggelam dalam keheningan. Beberapa saat dalam keheningan telah terjadi di
danau es yang sekarang telah berubah menjadi sebuah makam besar.
Beberapa detik kemudian, bisikan yang dipenuhi dengan ketakutan
mengalir dari mulut kecilnya.
"….seorang Integrity Knight….? Integrity Knight dari Gereja Axiom
membunuh naga putih….?"
Bagian 3
Seorang
Integrity Knight, merupakan perwujudan akhir dari hukum dan peraturan, dan juga
simbol kebaikan, membunuh naga putih, dan juga sebagai penjaga Dunia Manusia. Cerita
seperti itulah, yang Eugeo percayai sampai sebelas tahun ini, dia tidak pernah
memikirkannya sama sekali, jadi dia tidak berpikir bahwa dia dapat menerimanya
dengan mudah. Setelah menderita karena pertanyaan yang dia tidak mampu telan
atau memikirkannya untuk sesaat, dia mengirim tatapannya ke samping, meminta
jawaban dari partnernya.
"….Aku
tidak mengerti."
Tetapi,
jawaban Kirito juga dipenuhi dalam kebingungan yang besar.
"Mungkin…..Mungkin
juga Tanah Kegelapan juga memiliki seorang ksatria yang sangat kuat, dan ksatria
itulah yang membunuh naga putih ini…Tapi jika itu memang benar, maka hal itu
sangat aneh karena sampai saat ini bahkan tidak pernah satu kalipun pasukan
kegelapan melewati Puncak Barisan Pegunugan. ——setidaknya, ini bukanlah
perbuatan seorang pencuri bagaimanapun juga…"
Setelah
dia selesai berbicara, Kirito melangkah menuju sisa bangkai naga itu dan
menaruh secara perlahan kembali cakar
naga tadi pada gunungan tulang belulang. Kemudian, dia menarik sesuatu yang
panjang dari dasar gunung tulang belulang itu.
"Uo….Ini
benar-benar sangat berat…."
Dia
menunjukannya pada Eugeo dan Alice setelah dia terhuyung-huyung saat dia menyeretnya
sekitar satu mel.
Itu
adalah pedang panjang, dengan gagang perak dan sarung pedang yang tebuat dari
kulit putih. Penahannya dihiasi oleh pahatan mawar biru yang indah, dengan
sekilas saja, mereka mengerti bahwa nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan semua pedang di desa.
"Ah…ini,
mungkin…"
Alice
berkata saat dia melihatnya, Kirito mengangguk pada perkataannya.
"Yeah.
«Blue Rose Sword» yang Bercouli coba curi dari dada naga putih yang tertidur.
Aku ingin tahu kenapa orang yang membunuh naga tersebut tidak
mengambilnya…"
Dia
menundukkan kepalanya sambil berbicara, dan mengangkat gagang pedang itu dari
tanah dengan kedua tangannya, bahkan dengan seluruh kekuatannya, dia hanya
mampu mengangkatnya ke atas beberapa cen saja dari lantai.
"….Berat sekali."
Kirito
melepaskan tangannya saat berbicara, pedang panjang itu terjatuh lagi ke lantai
dengan suara yang berat. Sebuah retakan kecil dapat terlihat di atas lantai es,
pedang itu kelihatannya memiliki berat yang tidak dapat diperkirakan meskipun
dengan penampilannya tipis.
"….Apa
yang bisa kita lakukan dengan pedang ini?"
"Tidak
bisa, bahkan kita berdua mengangkatnya bersamaan, pedang itu tidak mungkin bisa
bawa kembali ke desa. Walaupun kita terbiasa menangani kapak penebang pohon
setiap hari..Selain itu, kelihatannya masih banyak harta karun di bawah tulang-
tulang itu bagaimanapun juga…"
"….Ya,
tapi jangan berpikir keras untuk mengambil sesuatu dari harta karun itu…”
Keduannya
mengangguk pada Alice.
Bahkan
meskipun dia mengambil piala kecil dan membanggakan dirinya pada teman-teman
dengan mengatakan bahwa mereka telah mengambilnya tanpa perlu membangunkan naga
itu maka akan menjadi sebuah cerita petualangan yang keren, tindakan mengambil
harta karun dari tempat ini sudah jelas dianggap sebagai pencurian makam.
Meskipun peraturan dalam Taboo Index tentang «Mencuri» terhadap manusia tidak
berlaku dalam situasi ini, itu bukan berarti mereka dapat melakukan apapun yang
mereka inginkan selama itu tidak dilarang.
Eugeo
melihat pada Kirito dan Alice sekali lagi, sebelum ia mengangguk.
"Mari
mengikuti rencana kita, hanya mengambil es. Kalau hanya es saja, bahkan kalau
naga itu masih hidup, naga itu akan memaafkan kita."
Setelah
dia mengatakan seperti itu, Eugeo berjalan mendekati bongkahan es dan menghentakkan
kaki di kristal yang kecil dan menonjol dari dasar es seperti tunas yang baru
tumbuh. Pakin, dengan suara yang bagus, dia mengambil bongkahan yang hancur itu
itu sebelum menyerahkannya pada Alice, yang membuka tutup keranjang rotan yang
kosong dan menaruh es tadi kedalamnya.
Mereka
bertiga berkosentrasi untuk menaruh pecahan es ke dalam keranjang rotan tanpa
berbicara dalam beberapa saat. Ketika dasar dari es tadi sudah habis, mereka
berjalan menuju kolom es berikutnya dan mengulangi kegiatan mereka seperti tadi.
Hanya dalam beberapa menit, keranjang rotan itu telah penuh dengan kristal es
yang terlihat seperti permata biru transparan.
"Yo....sho-tto."
Alice
mengerahkan semua kekuatannya untuk mengangkat keranjang rotan sambil melihat
kumpulan cahaya di antara tangannya.

"…..Sungguh indah.
Entah mengapa, itu terasa sia-sia untuk membawa ini pulang dan membiarkan es
itu mencair."
"Bukannya
kita membawa pulang ini semua untuk memperpanjang Life kotak makan siang
kita?"
Kirito
mengatakan sesuatu yang merupakan kebenaran sementara mengerutkan dahinya,
Alice tiba-tiba menyerahkan keranjang itu kepada anak laki-laki berambut hitam
itu.
"Eh?
Aku harus membawa keranjang ini di perjalanan pulang?"
"Eh..bukannya
sudah jelas? Lagipula ini terlalu berat untukku."
Mencoba
untuk melerai pertengkaran mereka yang biasanya, Eugeo dengan cepat mengatakan.
"Aku
akan membantumu, kita bisa bergantian membawanya Baiklah kalau begitu, jika
kita tidak segera kembali sekarang, kita tidak akan pernah sampai di desa
sebelum matahari terbenam. Bukankah kita sudah berada di dalam gua ini selama
satu jam?"
"Ah…karena
aku tidak dapat melihat Solus,jadi aku tidak tahu waktu sekarang. Apa ada suatu
sacred art yang bisa menunjukkan waktu sekarang?"
"Tidak
ada!"
Alice
dengan cepat membalikkan wajahnya, sebuah jalan keluar kecil terlihat dari
salah satu sisi danau es yang luas ini.
Kemudian,
ia melihat sekitar, sisi yang berlawanan ada jalan keluar lainnya.
Lalu,
dia menurunkan bahunya sebelum berbicara.
"—Hei,
jalan yang mana yang kita lalui saat datang tadi?"
Eugeo
dan Kirito dengan segera menunjuk ke arah yang mereka yakini sebagai jalan
keluarnya. Tentu saja, mereka menunjuk jalan keluar yang berbeda.
Seharusnya
ada jejak kaki——tapi sayangnya, tidak ada satupun jejak kaki pada permukaan es
yang halus itu, dimana sisi air dari danau ini mengalir pasti itu jalan
keluarnya——tapi sayangnya, itu mengalir dari kedua sisi yang berbeda, arah
dimana tengkorak itu melihat adalah jalan keluarnya——sayangnya, itu tidak
melihat ke arah manapun setelah semua pilihan tadi menjadi sia-sia, akhirnya
Alice mulai menjelaskan sesuatu yang kelihatannya menjadi petunjuk arah pulang.
"Ingat,
bukankah tadi ada genangan air membeku yang diijak oleh Eugeo dan pecah? Jika
kita berjalan mendekati jalan keluar dan melihatnya, maka itu adalah jalan
keluar yang sebenarnya."
Aku mengert sekarang, seperti yang dia katakan. Seolah-olah dia menyembunyikan perasaan
malu karena dia sendiri tidak dapat memikirkan hal itu, Eugeo terbatuk, sebelum
mengangguk.
"Baiklah,
sudah diputuskan, mari kita mengecek sisi yang terdekat."
"Aku
berpikir jalan itu benar bagaimanapun juga..."
Sementara
Kirito menggerutu dengan enggan, Eugeo menggunakan tangan kirinya untuk
mendorong punggungnya sementara memegang rumput di tangan kanannya dengan
tinggi, dan melangkah menuju saluran air di depannya.
Ketika
kolom es yang memantulkan cahaya tadi telah menghilang dari mereka, apa yang
awalnya sacred light yang dapat diandalkan sekarang terasa tidak dapat
diandalkan.Karena ketiganya mempercepat langkah kaki mereka.
"….Hmm,
jadi kita tidak tahu jalan pulang, hampir seperti Berin bersaudara dalam
dongeng cerita. Itu akan lebih bagus jika kita menebarkan kacang di perjalanan
kota, karena tidak ada burung yang memakannya bagaimanapun juga."
Perkataan
aneh dari Kirito entah terasa seperti dipenuhi dengan kepura-puraan, Jadi
partnernya yang santai seperti dia bisa merasa gelisah juga, huh? Eugeo
sebaliknya, dia menjadi sedikit tertawa.
"Apa
yang kau katakan? Kita tidak memiliki kacang sejak awal perjalanan. Kalau mau manfaatkanlah
apa yang telah kau pelajari, bagaimana kalau kau meletakkan bajumu di setiap
percabangan jalan yang kita lalui tadi?"
"Hentikan,
aku nanti bisa tekena flu jika seperti itu."
Saat
Kirito meniru bersin yang disengaja, Alice menepuk punggungnya.
"Berhenti
berbicara yang tidak berguna sama sekali dan lihat tanah itu dengan hati-hati.
Jika tidak kita melewatkannya, ini akan menjadi masalah….atau bahkan…."
Saat
dia memotong perkataannya, dia mengerutkan dahinya sebelum berbicara.
"Hei,
kita sudah berjalan cukup lama sekarang tapi masih belum melihat genangan es
yang pecah tadi… Jadi,mungkin itu berada di jalan lainnya?"
"Tidak,
mari pergi sedikit lebih jauh lagi… Ah."
Saat
Kirito tiba-tiba meletakkan jarinya ke mulutnya, Eugeo dan Alice berhenti
bicara. Mereka mendengar Kirito dengan teliti.
Memang
benar, ada suara lain yang tercampur dengan suara dari aliran air tanah es. Itu
terdengar seperti siulan sedih dengan nada yang naik dan turun.
"Ah.....seperti
suara angin."
Alice
bergumam. Memang benar, Eugeo juga menyadari bahwa suara ini mirip dengan suara
puncak pohon yang dimainkan oleh angin.
"Jalan
keluarnya sudah dekat! Itu sangat bagus jika kita mengambil jalan ini, ayo
cepat!"
Saat
dia memanggil dengan perasaan lega, dia mulai berlari untuk melanjutkan
perjalanannya.
"Hei,
kau nanti akan terpeleset jika kau lari di tempat seperti ini."
Tapi
bahkan meskipun dia berkata mengatakan itu, Alice juga mempercepat langkah
kakinya. Mengikuti mereka dari belakang adalah Kirito, yang membuat muka
seperti keraguan.
"Tapi.....Apakah
angin musim panas terdengar seperti ini? Entah …itu terdengar seperti suara
angin di musim dingin....."
"Angin
lembah yang kuat berhembus itu. Bagaimanapun juga, mari segera keluar dari
tempat ini."
Cahaya
di tangan kanan Eugeo terayun dengan keras saat dia mendekat menuju jalan
keluar gua es, Hatiku telah dipenuhi dengan perasaan yang menginginkan
untuk cepat pulang menuju desa. Aku yakin keluargaku akan terkejut saat aku
memperlihatkan pada mereka pecahan es yang aku dapatkan dari Alice.
Tapi, es ini akan dengan cepat mencair. Mungkin itu akan lebih
baik jika aku mengambil satu koin perak dari tempat itu. ...Saat dia memikirkan hal itu, dia
melihat sebuah cahaya kecil dari kegelapan yang ada di depan.
"Jalan
keluar!"
Dia
yang berteriak dengan wajah tersenyum, kemudian mengerutkan dahinya. Cahaya itu
berubah menjadi merah yang samar-samar. Merekapun memasuki ke gua sekitar waktu
makan siang, itu kelihatannya waktu yang mereka habiskan di dalam sekitar satu
jam atau lebih,dan juga itu kelihatannya mereka berada di dalam gua bawah tanah
lebih lama daripada yang mereka sadari. Jika Solus mulai terbenam di barat, dan
mereka tidak segera pulang, mereka tidak akan sampai ke desa pada saat waktu
makan malam.
Eugeo
mempercepat langkah kakinya. Suara angin keras yang menggema di dalam gua telah
mempengaruhi suara sungai.
"Hei,
Eugeo, berhenti sebentar! Ini sangat aneh, baru dua jam telah berlalu
tapi...."
Alice
yang berlari di belakangnya menaikkan volume suaranya karena kegelisahannya.
Tetapi Eugeo tidak berhenti berlari. Aku sudah merasa cukup dengan
petualangan ini. Sekarang ini, aku ingin segera pulang ke rumah bahkan meskipun
beberapa saat lebih cepat—.
Berbelok
ke kanan, berbelok ke kiri, dan berbelok ke kanan lagi, akhirnya cahaya itu
benar-benar menyebar di seluruh pandangnya. Jalan keluar itu hanya tinggal
beberapa mel di depan. Dia menyipitkan matanya yang sudah terbiasa dengan
kegelapan sementara perlahan mengurangi kecepatan larinya, sebelum benar-benar
berhenti.
Gua
ini tepat berakhir di situ.
Tetapi,
di mata Eugeo bukanlah dunia yang dia ketahui.
Seluruh
langitnya berwarna merah tua. Tapi itu bukanlah warna dari matahari yang
tenggelam. Pertama dari semuanya, Solus tidak dapat terlihat di bagian manapun
di langitnya. Seperti jus dari dari anggur gunung yang menggantung yang terlalu
matang—atau darah domba yang merembes keluar, hanya kepudaran, dari warna merah
tua pucat yang tersebar di sepanjang pandangan Eugeo.
Tanahnya
berwarna hitam. Di sisi lain terdapat barisan pegunungan curam yang aneh dan
memiliki titik di depan pegunungan berbatu yang berbentuk aneh, permukaan air
yang dapat terlihat dari sini dan dari sana telah dikotori dengan warna hitam
dan sesuatu yang mengingatkan pada abu. Kulit yang membengkok dari pohon mati
berwarna putih seperti tulang yang dipoles.
Angin,
yang bertiup kencang seolah-olah ingin merobek apapun menjadi bagian kecil,
menggetarkan ujung pohon mati itu, dan menyebabkan suara menjerit yang keras,
adalah suara angin yang mereka dengar dari dalam gua.
Tempat
seperti ini, sebuah dunia yang diabaikan oleh dewi, bukanlah dari Dunia Manusia
yang Eugeo tinggali. Lalu——apa yang mereka sedang lihat, pemandangan ini
adalah——
"Dark.....Territory....."
Suara
serak Kirito dengan segera terbawa oleh suara angin.
Tempat
dimana kekuasaan Gereja Axiom, tanah dimana suku mosnter yang melayani dibawah
Dewa Kegelapan Vector, di dunia yang mereka pikir hanya ada di dalam dongeng
yang dikisahkan oleh para tetua desa, hanya tinggal beberapa langkah ke depan.
Saat dia memikirkan hal itu, bagian tengah dari kepala Eugeo menjadi dingin
membeku seperti es, dia tidak dapat melakukan hal apapun selain tetap berdiri.
Seolah-olah mengetahui informasi itu untuk pertama kalinya dalam hidupnya,
sejumlah besar dari itu terbang terlintas masuk ke dalam bagian pikiran yang
belum pernah dia gunakan sebelumnya, dia bahkan tidak mampu untuk mengendalikan
pikirannya sendiri.
Di
dalam kepalanya, yang dipenuhi warna putih bersih, terdapat satu kalimat yang
tertulis dalam bagian awal dari Taboo Index, bersinar terang dan jelas. Bab
pertama, kalimat ketiga, paragraf kesebelas yang seharusnya telah dia telah
lupakan setelah berbicara dengan Alice hari sebelumnya.『Tidak ada seorangpun
yang boleh pergi melewati Puncak Barisan Pegunungan yang membatasi batas Dunia
Manusia』.
"Tidak....
jangan pergi lebih jauh lagi....."
Eugeo
dengan berani menggerakkan mulutnya yang kaku dan memaksa kata-kata itu keluar.
Dia membentangkan kedua tangannya seolah-olah dia mencegah Kirito dan Alice,
yang ada dibelakangnya, agar tidak terjatuh.
Saat
itulah. Suara hantaman logam yang keras bergema dari atas, membuat tubuh Eugeo
bergetar karena terkejut. Dia melihat ke atas pada langit merah secara refleks.
Di
dalam latar yang berwarna merah darah, dia dapat melihat sesuatu yang berwarna
putih terjalin dengan sesuatu yang berwarna hitam.
Saat
mereka terbang pada ketinggian yang menakutkan, mereka melihat seperti cahaya
yang kecil. Itu kelihatannya ukuran mereka yang sebenarnya jauh melebihi
manusia biasa. Di saat kedua tubuh yang terbang itu saling bertukar tempat,
mereka berpisah sebelum mendekat satu sama lain, pada saat mereka tergabung,
suara logam yang berhantaman bergema beberapa saat kemudian.
"Ksatria
naga....."
Kirito
yang melihat ke atas langit di samping Eugeo, berbisik dengan suara serak.
Seperti
yang dikatakan partnernya, keduanya bertarung satu sama lain memiliki leher dan
ekor panjang, mereka adalah naga besar, dengan setiap dari mereka memiliki
sepasang sayap berbentuk segitiga. Tubuh penunggang mereka dapat terlihat di
punggungnya, yang memiliki senjata pedang, tombak dan perisai. Seseorang yang
menunggangi naga putih memiliki armor berwarna perak, dan penunggang naga hitam
adalah knight yang memiliki armor hitam legam. Pedang mereka berwarna seperti
itu juga, sinar cahayanya menyilaukan mata dari pedang knight putih itu
tertahan oleh cahaya hitam yang keluar dari pedang knight hitam.
Sementara
kedua knight tadi saling bertarung satu sama lain dengan pedang mereka, suara
gemuruh dari hantaman yang bergema, saat sejumlah percikan api yang kecil
menari di udara.
"Aku
ingin tahu jika knight putih itu adalah…. Integrity Knight dari
Gereja...."
Kepada perkataan Alice, Kirito perlahan mengangguk.
"Benar….Knight hitam adalah Darkness Knight dari pasukan
kegelapan, aku rasa….Dengan kekuatan yang sebanding dengan seorang Integrity
Knight."
"Tidak mungkin...."
Eugeo menggelengkan kepalanya dengan sembarangan.
"Integrity Knight adalah yang knight terkuat di dunia. Dia
tidak dapat dikalahkan oleh seorang Darkness Knight."
"Aku ingin tahu tentang hal itu. Dari melihatnya, tidak
terlalu ada banyak perbedaan dalam sword skill mereka. Keduanya tidak mampu
menembus pertahanan lawan mereka."
Dengan segera setelah Kirito mengatakan itu. Seolah-olah
mendengar suaranya, knight putih menarik tali kekang naganya dan menciptakan
celah yang lebar. Naga hitam itu mengepakan sayapnya dengan keras untuk
memperpendek jarak.
Tetapi, sebelum jarak itu dapat berkurang, naga putih itu
membalikkan kepalanya secara tajam dengan membengkokkan lehernya, bersamaan
dengan tindakan yang terlihat seperti mengumpulkan kekuatan. Dengan segera
setelah itu, sementara masih tetap mengayunkan lehernya, rahangnya terbuka
lebar. Sebuah api tidak berwarna menyembur keluar dalam garis lurus di antara
taringnya, dan membungkus tubuh knight naga hitam secara keseluruhan.
Teriakan yang mempengaruhi suara angin yang menusuk telinga
Eugeo. Naga hitam memutar tubuhnya dengan kesakitan, begetar dengan hebat di
tengah udara dan menurun. Tanpa melewatkan kesempatan itu, Integrity Knight
mengganti pedangnya dengan busur panah besar berwarna coklat kemerahan dan
menarik tali busur hingga batasnya, sebelum melepaskan anak panah panjang. Anak
panah samar-samar menarik sebuah jalur api di tengah udara, tanpa meleset, itu
menusuk pada dada knight hitam itu.
"Ah....."
Alice mengeluarkan suara kecil yang terdengar seperti jeritan.
Saat kulit dari kedua sayapnya benar-benar telah terbakar, naga
hitam itu kehilangan kemampuan untuk terbang dan menggeliat dengan keras di
tengah udara. Knight hitam terpisah dari punggungnya, dan dengan jejak darah
yang keluar, yang mulai jatuh tepat menuju jalan masuk gua dimana mereka
bertiga berdiri.
Pertama, pedang hitam tadi tertusuk ke dalam tanah yang
tercampur kerikil, menciptakan suara keras. Selanjutnya, di tempat yang sepuluh
mels jauhnya dari mereka bertiga, knight terjatuh. Terakhir, naga hitam tadi
menabrak pada pegunungan berbatu yang sangat jauh jaraknya, menggerakkan ekor
panjangnya sambil berteriak kesakitan, sebelum itu berhenti bergerak sama
sekali.
Di depan ketiga anak kecil yang menatap tanpa mampu mengatakan
apapun, knight hitam menahan rasa sakit, mencoba untuk mengangkat bagian atas
tubuhnya. Di atas armor metal pelindung dada yang bersinar pudar, lubang dalam
dari luka tusukan anak panah dapat terlihat. Wajah knight, yang tersembunyi di
balik pelindung wajah yang tebal, memandang lurus ke arah mereka bertiga.
Tangan kanannya yang sedikit gemetaran terulur keluar
seolah-olah meminta pertolongan. Tapi dengan segera setelah itu, sejumlah besar
darah segar tersembur keluar dari leher armor tersebut, knight itu terjatuh ke
tanah. Cairan merah tersebar luas dari tubuhnya yang tidak lagi bergerak,
membasahi pada celah pada tanah kerikil hitam itu.
"Ah.....Ah...."
Suara lemah keluar dari Alice yang berada di samping kanan
Eugeo. Bergerak seolah-olah dia terhisap menuju kesana, dengan terhuyung-huyung
dia melangkah ke depan——menuju bagian luar gua.
Eugeo tidak sempat bereaksi. Tetapi, Kirito di yang berada
samping kirinya membuat teriakan pelan namun tajam "Jangan!!" Alice
mendengar suara itu, tubuhnya bergetar, mencoba untuk berhenti. Tapi kakinya
tersandung, tubuhnya terjatuh ke depan. Kali ini Eugeo mengulurkan tangannya
bersamaan dengan Kirito secara refleks, mencoba menggenggam baju Alice.
Tetapi, ujung jari mereka hanya menyentuh udara.
Alice terjatuh ke tanah gua dan mengeluarkan suara nafas yang
pelan, diikuti dengan jejak rambut pirang panjangnya.
Dia hanya terjatuh. Bahkan jika aku mengecek «Window», Life nya
hanya berkurang satu atau dua point saja. Tetapi masalahnya bukan itu. Pada saat Alice terjatuh,
tangan kanannya terulur ke depan, dan melewati sekitar dua puluh cens
perbatasan yang anehnya terlihat jelas diantara lantai gua yang abu-abu
kebiruan dengan tanah berwarna abu di depan. Telapak tangan putih bersihnya
menyentuh kerikil hitam legam Tanah Kegelapan, tanah Dark Territory.
"Alice―……!"
Kirito dan Eugeo secara bersamaan memanggilnya, mereka
mengulurkan kedua tangan mereka dan memegangi tubuh Alice dengan erat.
Normalnya, melakukan hal seperti ini akan membuat mereka dimarahi sampai mereka
menyesalinya, tapi untuk kali ini, dia hanya berdiri saja seolah-olah dalam
keadaan tidak sadar, dan ditarik kembali ke dalam gua.
Alice, yang berpegangan pada tangan Eugeo dan Kirito, mendapati
matanya terbuka lebar saat melihat knight hitam yang kalah, sebelum kemudian,
tatapan matanya melihat ke bawah pada tangan kanannya. Di telapak tangan
halusnya masih terdapat pasir dan kerikil kecil yang menempel, setiap butiran pasir
tadi berwarna hitam legam.
".....Aku…Aku, ......"
Alice bergumam dengan nada yang sangat ketakutan, saat Eugeo
tanpa berpikir panjang mengulurkan tangannya pada tangan kanannya. Dia mengelus
telapak tangannya, menyingkirkan semua butiran pasir dan berkata dengan
sungguh-sungguh.
"T-Tidak apa-apa, Alice. Kau tidak keluar gua. Tanganmu
hanya menyentuhnya saja. Itu, sudah pasti, tidak dilarang, bukan? Benar,
Kirito?!"
Eugeo mengangkat wajahnya dan menatap pada wajah partnernya
seolah-olah mengandalkannya. Tapi Kirito tidaak melihat pada Eugeo maupun
Alice. Sementara menekukkan lututnya, tatapannya dengan tajam mengamati keadaan
sekitarnya.
"A-Ada apa, Kirito?"
".....Apa kau tidak merasakannya, Eugeo? Ini
seperti...seseorang.....sesuatu….."
Dia merengut dan mulai mengamati sekitarnya sekali lagi, tetapi,
di dalam gua bahkan tak ada satu ekor pun serangga, kupakan manusia.
Satu-satunya yang terlihat di pandangnya adalah tempat yang berjarak sepuluh
mels jauhnya, knight hitam yang mati. Sosok dari Integrity Knight yang
memenangkan pertarungan telah menghilang dari langit.
"Itu hanya imajinasimu saja, dibandingkan dengan
itu....."
Mari kita bawa Alice ke sisi lain gua ini dengan cepat.
Di saat Eugeo hendak mengatakan hal tersebut, Kirito memegangi
bahunya dengan kekuatan yang penuh. Sementara merengut, Eugeo mengikuti arah
pandangan partnernya, dengan segera setelah itu,tubuhnya menjadi sangat kaku.
Di dekat langit-langit gua, ada sesuatu yang aneh.
Sebuah lingkaran ungu tua berguncang seperti permukaan air.
Dengan diameter kira-kira lima puluh cens, samar-samar yang melihat keluar dari
tempat itu adalah——wajah manusia. Itu sangat sulit sekali untuk mengatakan
bahwa itu adalah laki-laki atau perempuan, muda atau tua dari wajah datarnya.
Kulitnya pucat, kepalanya tidak memiliki satu helai rambut. Kedua matanya yang
terbuka lebar dalam bentuk lingkaran sempurna juga tidak memiliki emosi.
Tetapi, Eugeo secara insting dapat menebak. Mata tersebut tidak melihat ke arah
dirinya ataupun Kirito, tapi orang yang duduk dengan tidak sadarkan diri di
tanah, Alice.
Mulut wajah asing itu mulai bergerak, melalui selaput ungu tua,
kata-kata aneh dapat terdengar,
"シンギュラー・ユニット・ディテクティド。アイディー・トレーシング……"
Kedua matanya, yang terlihat seperti rumput bola berkedip
sesaat, lalu sekali lagi, suara misterius itu mengatakan.
"コーディネート・フィクスト。リポート・コンプリート"
Lalu, Window ungu tadi tadi tiba-tiba menghilang. Saat Eugeo menyadarinya meskipun terlambat bahwa kata-kata aneh itu mungkin suatu jenis kalimat upacara untuk sacred art tertentu, dia dengan cepat melihat Alice, Kirito, dan lalu akhirnya dirinya sendiri, tapi dia tidak merasakan suatu hal yang telah berubah.
Bahkan meskipun begitu, kejadian itu terlalu aneh untuk
diabaikan. Eugeo bertukar pandangan dengan partnernya, lalu mereka berdua
membantu untuk menangkat Alice ke atas, hanya untuk membawa teman masa kecil
mereka yang masih gemetaran, kembali ke dalam gua——dan mulai berlari ke arah
dimana mereka datang sebelumnya.
Eugeo tidak dapat mengingat bagaimana mereka kembali ke Desa
Rulid.
Kembali melintasi danau dimana naga putih itu terbaring, dan
terus berlari setelah mereka melompat menuju jalan keluar yang berada di sisi
berlawanan. Mereka berkali-kali tergelincir saat mereka berlari di atas batu
yang basah, tapi mereka menjelajahi gua yang panjang ini dalam waktu yang lebih
cepat dibandingkan dengan ketika mereka datang, ketika mereka melompat ke dalam
cahaya putih akhirnya mereka melihat, cahaya matahari sore masih bersinar
menerangi hutan.
Tetapi, kegelisahan Eugeo yang berhasil terambil tidak mudah
untuk menghilang. Bahkan sampai sekarang, dia masih memiliki perasaan bahwa
Window ungu tua akan terbuka tepat di belakangnya, dengan wajah pucat aneh akan
muncul sekali lagi, jadi dia tak membiarkan dirinya untuk beristirahat.
Dibawah pepohonan dimana burung berkicau, melewati tepi sungai
dimana sekelompok ikan kecil berenang ke sana dan kemari, mereka bertiga
berjalan dengan cepat dalam keheningan. Melintasi bukit yang seharusnya menjadi
Perbatasan Utara, melewati dua kolam kembar, sebelum akhirnya mereka sampai di
jembatan utara Rulid.
Dengan sedikit lagi berjalan, mereka telah kembali dan
beristirahat di dasar pohon tua, yang menjadi tempat pertemuan mereka fajar
tadi, tapi mereka masih belum banyak bicara. Mereka bertiga bertukar pandangan
sebelum sedikit tersenyum.
"Hei, Alice, ini."
Kirito mengatakan itu sementara menyerahkan keranjang rotan yang
terlihat berat itu ke depan. Didalamnya dipenuhi dengan hasil petualangan
mereka hari ini, «Es Musim Panas», Eugeo sekarang baru menyadari keberadaan
keranjang yang benar-benar dia lupakan. Untuk meyembunyikan rasa malunya, dia
berkata dengan wajah tenang.
"Ketika kau sampai rumah, kau lebih baik segera membawanya
menuju ruang bawah tanah. Dengan begitu, ini seharusnya akan mampu bertahan
sampai besok, bukan?"
"....Ya, baiklah."
Alice yang biasanya tidak menurut segera mengangguk, setelah
mengambil keranjang itu, dia berbalik untuk melihat kedua wajah anak laki laki
itu, akhirnya senyum cerahnya yang biasa terlihat dari wajahnya.
"Kalian dapat berharap untuk kotak makan siang besok.
Sebagai hadiah untuk kerja keras kalian, aku akan melakukan yang terbaik."
Maksudmu Sadina-obasan yang akan melakukan yang terbaik, bukan? yang tentu saja, Kirito dan Eugeo tidak
mengatakannya secara keras. Mereka berdua bertukar pandang untuk sesaat sebelum
mengangguk pada saat yang bersamaan.
"….Hei, apa yang kalian berdua pikirkan?"
Alice bertanya sementara memperlihatkan ekspresi kebingungan,
dua anak laki-laki itu menepuk bahu Alice, sebelum berkata secara bersamaan——
"Tidak ada apa-apa! Baiklah, mari kita kembali ke
desa!"
Pada saat mereka berjalan menuju alun-alun desa, tempat dimana
mereka berpisah, cahaya matahari terbenam yang sesungguhnya berada di langit
yang melayang di atas mereka. Kirito tinggal di gereja, Alice pulang kembali ke
rumah kepala desa. Eugeo tiba di rumahnya di sisi barat desa tepat beberapa
menit sebelum lonceng jam enam malam berbunyi.
Eugeo tetap diam saja sepanjang makan malam yang pada saat dia
tiba, hampir ketika waktunya. Meskipun dia sangat yakin bahwa saudara laki-laki
dan saudara perempuannya, bahkan ayah dan kakeknya tidak pernah mengalami
petualangan sepertinya hari ini, dia entah kenapa tidak mampu membuat dirinya
untuk menceritakan hal tersebut.
Kelihatannya dia tidak dapat berbicara tentang fakta bahwa dia
telah melihat Tanah Kegelapan dengan matanya sendiri——pertarungan sengit
diantara Integrity Knight melawan Darkness Knight, dan kemudian wajah aneh yang
muncul di akhir petualangan, karena sekali dia berbicara mengenai itu, itu
tidak sulit baginya untuk menebak bagaimana reaksi keluarganya nantinya, dan
itu yang membuatnya takut.
Malam itu, Eugeo yang pergi untuk tidur lebih awal yang berpikir
dia akan melupakan semua yang dia lihat di akhir petualangannya. Tetapi dia
tidak mampu melakukannya, sebab Gereja Axiom dan Integrity Knight yang begitu
dia kagumi dan hormati sampai saat ini telah berubah menjadi sesuatu yang
benar-benar berbeda.
Bagian 4
Solus
sudah mulai muncul, kemudian terbit——dan setelahnya, ini adalah siklus
kehidupan sehari-hari, tanpa ada sesuatu yang berubah.
Normalnya,
pada satu hari setelah hari libur, Eugeo akan berangkat ke tempat kerjanya dengan
sedikit depresi, akan tetapi, hari ini dia merasa lega. Sudah cukup aku
dengan petualangan, aku adalah seorang penebang pohon. Selagi dia
memikirkan hal tersebut dia sedang berjalan keluar dari gerbang selatan desa,
Kirito bergabung dengannya di perbatasan antara tanah lapang dan hutan.
Eugeo
menyadari sedikit perasaan kelegaan di wajah partner yang telah dia kenal untuk
waktu yang lama. Partnernya juga menyadari ekspresi pada wajah Eugeo. Untuk
sesaat, mereka berdua saling bertukar senyuman sementara menyembunyikan rasa
malu mereka.
Mereka
berjalan menyusuri jalan yang sempit kecil di hutan untuk beberapa saat sebelum
mengambil Dragon Bone Axe dari tempat penyimpanan, lalu setelah berjalan untuk
beberapa menit, mereka mencapai tempat Gigas Cedar. Eugeo bersyukur ketika dia
berpikir melanjutkan untuk menebang batang pohon ini seperti tidak ada apapun
yang telah berganti.
"Baiklah,
pastikan kau mendapatkan beberapa tebasan yang bagus atau kau harus
mentraktirku Air Siral hari ini."
"Bukannya
itu yang selalu kau lakukan sampai saat ini, Kirito?"
Saat
mereka saling bercanda gurau, Eugeo dengan segera mempersiapkan kapaknya.
Serangan pertamanya membuat suara Gon bernada tinggi. Aku
sedang dalam kondisi bagus hari ini. Pikir Eugeo.
Setelah
pagi hari mulai berlalu, mereka berdua mulai membuat tebasan yang bagus pada
batang pohon. Alasannya adalah, saat mereka selalu mengayunkan kapak, jika
mereka kehilangan konsentrasi, pikiran mereka akan kembali pada kejadian yang
mereka alami kemarin——itu bukanlah sesuatu yang dapat dihindari.
Setelah
membuat tebasan kesembilan dari lima puluh tebasan di setiap bagian yang
diperintahkan, perut Eugeo mulai merasa lapar.
Eugeo
melihat ke langit sementara sambil menyeka keringatnya, Solus telah mencapai
bagian tengah langit. Seperti biasa, setelah satu serangan lagi, Alice
akan membawakan makan siang yang telah ditunggu-tunggu. Namun hari ini kami
dapat memakan pai dan susu dingin secara perlahan. Perut kosongnya
terasa sakit hanya dengan membayangkannya.
"Otto....."
Hanya
memikirkan tentang makan siang saja membuat genggaman Eugeo menjadi
tergelincir. Setelah menyeka kedua telapak tangannya yang basah, dia secara
hati-hati menggenggam kapak dengan erat.
Tiba-tiba,
cahaya matahari menjadi redup.
Hujan yang mendadak? Hal itu sangat menjengkelkan. Eugeo berpikir sambil melihat kearah atas.
Sebuah
bayangan bisa terlihat terbang melintas di langit biru di atas cabang Gigas
Cedar dengan kecepatan tinggi. Hati Eugeo tersentak.
"Naga
terbang.....!?"
Eugeo
tak sengaja berteriak.
"Oi.....Kirito,
yang tadi itu!?"
"Aa,
itu adalah Integrity Knight yang kemarin!!"
Suara
partnernya juga membeku dalam ketakutan.
Naga
terbang bersama-sama dengan knight berarmor keperakan yang duduk di punggungnya
menyapu puncak pohon dan menghilang dari pandangan mata mereka menuju kearah
Desa Rulid.
Kenapa dia datang ke tempat seperti ini?
Dalam
suasana hening, bahkan seolah-olah burung dan serangga dalam keadaan ketakutan,
Eugeo berpikir dengan kebingungan.
Integrity Knight bertarung melawan musuh Gereja Axiom dan menjaga
ketertiban di dunia. Di dalam Dunia Manusia dimana empat kerajaan membagi dan memerintah,
tidak ada kelompok pemberontak lagi, jadi selain dari pasukan kegelapan, musuh
dari Integrity Knight tidak ada lagi. Apa yang kudengar tentang pertempuran
tanpa akhir di bagian luar Puncak Barisan Pegunungan, aku benar-benar telah
melihatnya dengan mataku sendiri kemarin.
Ini
pertama kalinya aku melihat seorang Integrity Knight sungguhan. Semenjak aku
dilahirkan, seorang ksatria pun tidak pernah mengunjungi desa. Kalau begitu,
kenapa malah sekarang——
"Mungkinkah.....mungkinkah
itu, Alice...."
Kirito
bergumam di sampingnya.
Begitu
mendengar hal tersebut, suara aneh yang dia dengar sebelumnya kembali terdengar
dengan jelas di telinga Eugeo. Dibalik window ungu tua itu, seorang mengatakan
kalimat aneh dari mulut manusia dengan bentuk wajah yang aneh. Dia merasa hawa
dingin dibalik punggungnya seolah-olah dia dimasukkan ke dalam air yang
membeku.
"Ini
bohong kan..... ini tidak benar, hanya saja..... hanya dengan itu saja....."
Dia
menatap wajah Kirito sambil mengatakan hal itu, seolah-olah mencari kesepakatan,
namun partnernya memperlihatkan ekspresi wajah serius sambil menatap pada arah
knight itu terbang. Beberapa saat kemudian, Kirito menatap lurus pada mata
Eugeo sebelum memberikan sebuah perintah pendek.
"Ayo
pergi!"
Ia
mengambil Dragon Bone Axe dari tangan Eugeo sebelum berlari lurus menuju arah
utara.
"O.....Oi!"
Sesuatu yang buruk sedang terjadi.. Sementara dia memikirkan hal itu, Eugeo juga
menghentakkan kakinya ke tanah dan segera mengejar Kirito dari arah belakang.
Mereka
berdua melalui jalan kecil yang telah mereka kenal di hutan dengan kecepatan
penuh sambil menghindari dari akar dan batu, sampai ke tempat dimana jalan itu
bergabung dengan jalan utama yang menuju ke arah ladang. Mereka tidak dapat
melihat bayangan naga terbang di atas langit desa. Kirito melemaskan sedikit
kakinya, dan dengan suara keras bertanya pada petani di antara rimbunan gandum,
yang mengenakan pakaian biru dan sedang melihat ke atas langit.
"Ridack
–ojisan! Dimana ksatria naga tadi pergi!?"
Petani
tersebut terlihat seperti baru saja terbangun dari mimpinya, setelah berkedip
beberapa kali, dia akhirnya menjawab.
"A...
Ah.... hello, sepertinya dia turun di alun-alun desa…."
"Terima
kasih!!"
Setelah
berterima kasih pada petani tersebut dengan perasaan jengkel, mereka berdua
terus berlari dengan kecepatan penuh.
Di
berbagai tempat sepanjang jalanan utama dan ladang, terdapat beberapa penduduk
desa yang hanya berdiri saja. Mungkin, di antara para tetua, tidak ada satupun
dari mereka yang benar-benar pernah melihat Integrity Knight sebelumnya. Semua
orang hanya menatap ke arah desa dengan eskpresi wajah yang tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Eugeo dan Kirito hanya berlari melewati mereka dengan susah
payah.
Melintasi
gerbang desa bagian selatan, mereka berlari melewati jalan pendek di daerah
pertokoan, dan, setelah menyeberangi jembatan yang terdapat batu kecil, mereka
berdua akhirnya melihatnya. Mereka menahan nafas mereka tanpa pernah menghentikan
langkah kaki mereka.
Leher
panjang yang melengkung dan ekor dari naga terbang tersebut menduduki separuh
bagian utara dari alun-alun di depan gereja.
Sayap
besarnya yang sebelumnya mengembang mulai terlipat, yang hampir sepenuhnya
menutupi gereja dari pandangan. Sisik abu-abu dan armor besi di berbagai bagian
dari tubuhnya memantulkan cahaya Solus, yang membuatnya terlihat seperti patung
es. Mata merahnya, yang seolah-olah tidak memiliki emosi, mengawasi alun-alun
desa.
Di
depan naga, yang bersinar bahkan lebih menyilaukan, adalah sesosok knight.
Tubuhnya
lebih besar daripada siapa pun yang ada di desa. Armor berat yang dipoles sampai
terlihat seperti cermin menutupi seluruh tubuhnya, tanpa ada satu kain
sekalipun, juga semua persendiannya ditutupi dengan rantai perak yang dijahit
dengan rapi. Bagian pelindung kepala yang menyerupai bentuk kepala naga dan
bagian dahinya sedikit menonjol keluar, di bagian samping terdapat hiasan
tanduk panjang yang terbentang ke belakang, wajah knight itu tersembunyi di
balik pelindung wajah yang besar yang ditarik ke bawah.
Ada
sebuah pedang panjang yang memiliki gagang perak tergantung di pinggang
kirinya. Di punggungnya, dengan panjang sekitar satu mel, terdapat sebuah busur
panah coklat kemerahan. Tidak salah lagi, dia adalah Integrity Knight yang
menembak dan membunuh Ksatria kegelapan yang Eugeo lihat kemarin saat di jalan
keluar gua.
Dari
bagian berbentuk salib yang terbuka dari pelindung wajahnya, knight itu menatap
tanpa mengatakan apapun ke arah bagian selatan selatan alun-alun, dan puluhan
penduduk desa yang berkumpul menundukkan kepalanya secara serempak. Di barisan
terakhir, sosok gadis muda yang baru saja menunduk dengan keranjang rotan di
tangannya dapat terlihat. Eugeo sedikit melepaskan ketegangan dari bahunya.
Alice yang biasanya memakai pakaian biru
dan pinafore putihnya, memandang sosok Integrity Knight dari celah
diantara orang dewasa.
Eugeo
menyiku pinggang Kirito sebagai sinyal, mereka membungkukan tubuh mereka dan
bergerak, setelah mereka sampai di belakang Alice, Kirito berbisik.
"Alice….."
Teman
masa kecil mereka berbalik, saat rambut pirangnya terayun ke samping, wajah
kagetnya terlihat seolah-olah dia ingin mengatakan sesuatu. Kirito dengan cepat
meletakkan jarinya ke mulutnya, sebelum dengan pelan berbisik.
"Alice,
tenanglah. Aku pikir kita harus pergi dari sini sekarang."
"Eh….Kenapa?"
Alice
menjawab dengan bisikan pelan dengan volume yang sama, dia kelihatannya tidak
mengetahui bahaya yang sekarang sedang mendekatinya. Eugeo berpikir dia tidak
akan menyadari akan kemungkinan itu tanpa Kirito mengatakannya.
"Tidak....Integrity
Knight itu mungkin saja…."
Bagaimana seharusnya kami menjelaskannya dari awal. Eugeo kehilangan kata-kata untuk sesaat.
Dan di saat itulah.
Beberapa
suara pelan datang dari dalam kerumunan. Melihat ke sana, yang berjalan menuju
alun-alun dari aula desa, seorang pria tinggi terlihat.
"Ah......ayah."
Alice
bergumam. Pria itu adalah ayah gadis ini dan pada saat yang sama, merupakan
Kepala Desa Rulid saat ini, Gasupht Schuberg. Tubuh tegapnya dengan mengenakan
rompi, rambut dan kumis hitamnya yang terpangkas rapi. Bahkan meskipun dia
mewarisi Sacred Task dari kepala desa sebelumnya hanya dalam waktu empat tahun,
sikapnya yang sangat tegas dengan cepat membuat dia dihormati oleh seluruh
penduduk desa.
Gasupht
mendekati Integrity Knight sendirian tanpa keraguan, sebelum meletakkan tangan
di depan tubuhnya menurut etika Gereja Axiom, kemudian membungkuk. Setelah
mengangkat wajahnya, dia memperkenalkan dirinya.
"Saya
berperan sebagai sebagai kepala desa Rulid, nama saya adalah Schuberg."
Sang
Integrity Knight mengangkat tangannya di depan tubuhnya sebagai balasan salam,
armornya membuat suara samar-samar ketika dia mengangguk, sebelum mulai untuk memperkenalkan
diri.
"Penjaga
Istana Kerajaan Norlangarth Utara, Integrity Knight dari Gereja Axiom,
Deusolbert Synthesis Seven."
Sulit
rasanya mempercayai bahwa suara itu datang dari tenggorokan dari mahluk hidup,
karena bergema dengan nada suara yang bercampur aduk. Suara yang benar-benar terasa
seperti baja yang menggema di seluruh alun-alun, membuat setiap penduduk desa
di area itu menjadi terdiam. Eugeo mengerutkan dahinya saat suara itu terasa
seolah-olah menusuk langsung melewati dahinya dibandingkan masuk melalui
telinganya, meskipun dia berjarak dua puluh mel jauhnya. Bahkan kepala desa
Gasupht terdorong setengah langkah mundur dikarenakan tekanannya.
Tetapi,
seperti yang diharapkan dari keberaniannya, Gasupht memperbaiki posisi
tubuhnya, sebelum mengeluarkan pidato mengesankannya sekali lagi.
"Ini
adalah sebuah kehormatan dari Tuan Integrity Knight, yang menjaga ketentraman
di seluruh penjuru Dunia Manusia yang luas ini, sudah mau berkunjung ke desa
kecil kami di daerah terpencil ini. Jika saya tela mengetahui waktu anda datang
terlebih dahulu saya akan mempersiapkan sebuah jamuan penyambutan."
"Aku
tidak dapat menerima hal tersebut saat aku masih menjalankan tugas resmi."
Suara
tersebut menggema saat knight itu mengatakannya, dan dengan tatapan seperti es
di balik pelindung wajahnya——dia melanjutkan,
"Dikarenakan
anak Gasupht Schuberg, Alice Schuberg telah melanggar pasal dalam Taboo Index,
aku datang untuk menangkapnya untuk diintrogasi, yang diikuti dengan
pengeksekusiannya."
Sebuah
getaran dapat terlihat dari punggung Alice yang berdiri di dekatnya. Tetapi,
Eugeo dan Kirito tidak dapat berbuat apa-apa, apalagi berbicara. Di dalam
kepala mereka, kata-kata knight tersebut terus bergema.
Tubuh
kuat milik kepala desa pun juga ikut terguncang untuk sesaat. Sebuah lengkungan
kecil namun jelas dapat terlihat dari samping wajahnya.
Setelah
keheningan yang panjang, Gasupt berkata dengan suara yang telah kehilangan
wibawanya.
"....Tuan
Knight, dosa apakah yang putriku telah lakukan?"
"Taboo
Index, bab pertama, bagian ketiga, paragraf kesebelas, melewati batas Dark
Territory."
Pada
saat itu, sebuah keributan yang besar terjadi di antara para penduduk desa yang
sedang menahan nafas mereka, yang sedang mendengarkan pembicaraan mereka sampai
titik ini. Anak-anak melebarkan mata mereka, saat semua orang dewasa yang
mengucapkan ayat suci gereja sementara menggenggam simbol pelindung kutukan.
Lalu,
Eugeo dan Kirito akhirnya bertindak, sebagian dikarenakan oleh naluri. Mereka
mendorong diri mereka untuk maju ke depan Alice, melekatkan bahu mereka,
menyembunyikan gadis itu dari tatapan penduduk desa dibalik punggung mereka.
Tetapi mereka tidak dapat melakukan tindakan yang lebih jauh, karena pergerakan
yang tiba-tiba akan menarik perhatian orang dewasa yang ada di depan mereka.
Di
dalam kepala Eugeo, Apa yang seharusnya kami lakukan, apa yang harus
kami lakukan, adalah satu-satunya yang ada di pikirannya, dan terus
terulang. Bahkan tanpa perasaan depresi yang memenuhi di dadanya saat ini, dia
masih tidak akan tahu apa yang harus dia lakukan.
Semua
yang dia lakukan adalah tetap berdiri tegak, menonton sebuah adegan di
depannya, melihat kepala desa Gasupht yang menundukkan kepalanya dengan dalam
tanpa membuat sebuah gerakan.
Ini akan baik-baik saja, jika dia adalah orang itu. Eugeo berpikir seperti itu. Meskipun dia
belum pernah berbicara banyak dengan Kepala Desa Gasupht, dia seharusnya adalah
orang yang paling dihormati dari semua orang dewasa setelah Pak Tua Garitta.
Namun——
"....Kalau
memang begitu keadaanya, saya akan memanggil putriku, saya berpikir kita seharusnya
mendengar alasan dari mulutnya sendiri."
Kepala
desa yang mengangkat kepalanya dengan mengatakan hal itu.
Tidak, kita tidak dapat membiarkan Alice menuju ke arah knight
itu. Selama periode
waktu singkat Eugeo memikirkan hal itu, Integrity Knight itu mengangkat tangan
kanannya saat armornya membuat suara yang pelan. Melihat ujung jarinya yang
menunjuk kearahnya, jantung Eugeo menggeliat dengan perasaan tak nyaman.
"Itu
sama sekali tidak perlu. Alice Schuberg ada disini. Kau, dan kau...."
Knight
itu menggerakkan tangannya dan menunjuk dua orang dewasa di antara kerumunan
secara bergantian.
"Bawa
anak perempuan kepala desa kemari."
Deretan
penduduk desa yang berada di depan Eugeo dengan cepat terpisah. Yang berdiri di
antara Integrity Knight dan Alice hanyalah Kirito dan Eugeo saja.
Di
jalan yang lengang tersebut, dua penduduk desa yang dikenalnya perlahan mulai
mendekat. Kulit mereka telah kehilangan warna karena kurangnya darah, tapi ada
cahaya aneh yang terlihat mengambang di dalam mata mereka.
Orang
tersebut menyingkirkan Eugeo dan Kirito secara paksa, yang sedang berdiri
menghalangi mereka, menuju Alice, dan mendorong mereka ke samping sebelum
sempat mengenggam tangan Alice.
"Ah…."
Alice
berteriak dalam suara pelan, sebelum menutup mulutnya dengan rapat. Sementara
pipinya yang berwarna merah mawar memudar, sebuah senyuman tipis terlihat dari
wajahnya. Tidak apa-apa. Dia mengangguk kepada mereka berdua hanya dengan
seperti itu.
"Alice…."
Ketika
Kirito memanggilnya dengan suara pelan, keranjang rotan yang berada di tangan
kanannya terjatuh dikarenakan tarikan yang kasar tersebut. Penutupnya terbuka,
dan isinya menggelinding pada jalanan yang berbatu.
Kedua
penduduk desa yang menarik Alice, tidak membiarkannya mengambil keranjangnya,
dan segera menuju kearah Integrity Knight.
Tatapan
Eugeo masih tertuju pada keranjang rotan yang tergeletak di sampingnya.
Pai
dan roti keras yang tebungkus kain putih, dengan es kecil mengisi celahnya.
Sebagian es yang keluar ke tanah memantulkan cahaya matahari dan bersinar
terang. Hanya beberapa saat, di atas permukaan batu, yang telah dipanasi oleh
cahaya matahari,es itu mulai mencair, berubah menjadi sebuah titik hitam kecil.
Di
sampingnya, Kirito menarik nafas dengan kuat.
Seperti
yang diharapkan, ia mengangkat wajahnya dan mengejar kearah Alice, yang saat
itu ditarik pergi. Eugeo juga menggeretakkan giginya, memaksa kakinya yang kaku
untuk mengikuti partnernya.
Kedua
orang itu melepaskan tangan Alice di samping kepala desa, kemudian melangkah mundur
sebelum berlutut. Kedua tangan mereka mengepal saat mereka membungkuk dengan
dalam, menunjukan ketaatan pada knight tersebut.
Alice,
yang telah dilepaskan, melihat ke arah ayahnya dengan wajah pucat. Gasupht melirik
putri tercintanya sesaat sebelum berbalik dan melihat ke bawah sekali lagi.
Integrity
Knight itu perlahan mengangguk sebelum mengeluarkan sebuah alat aneh dari
belakang baju besinya. Itu adalah rantai besi tebal dengan tiga sabuk kulit
yang menempel padanya secara parallel, dan juga terdapat lingkaran besar di
ujung rantai tersebut.
Knight
itu menyerahkan alat tersebut pada Gasupht.
"Perintah
untuk kepala desa. Ikatlah kriminal itu."
"............"

Sebagai
kepala desa menerima alat penahanan itu saat menurunkan tatapan kebingungannya,
sebelum Kirito dan Eugeo akhirnya tiba di depan sang knight itu. Pelindung
kepala ksatria tersebut bergerak perlahan, sebelum menghadap lurus pada mereka
berdua.
Eugeo
tidak mampu untuk melihat apapun yang ada di dalam lubang berbentuk salib pada
pelindung wajah yang berkilauan, seolah-olah itu terbungkus dalam kegelapan
yang dalam, tapi tekanan dari tatapan itu membuatnya merasakan kesakitan. Dia
menatap ke bawah secara refleks, menginginkan untuk mengatakan sesuatu pada
Alice yang berdiri di depannya, namun dia tidak mampu untuk melakukannya,
seolah-olah tenggorokannya terasa seperti sedang terbakar.
Kirito
juga menundukkan wajahnya, seperti Eugeo, sementara mengambil nafas dalam
secara berulang-ulang, kemudian tiba-tiba dia mengangkat wajahnya dan berteriak
dengan suara keras sementara dia masih gemetaran.
"Knight-sama!!"
Dia mengambil nafas dalam sekali kali, dan melanjutkan.
"A.....Alice tidak memasuki Dark Territory! Salah satu
tangannya saja yang menyentuh tanah itu beberapa saat! Hanya itu saja!"
Tetapi, jawaban dari knight tersebut hanyalah sederhana.
"Apa masih perlu tindakan yang lebih jauh?"
Bersamaan dengan perkataan itu, dia melambaikan tangannya pada
dua orang yang berlutut tadi. Penduduk desa itu berdiri dan menggenggam
punggung Kirito dan leher Eugeo, sebelum mulai menarik mereka menjauh.
Sementara melawan mereka, Kirito berteriak sekali lagi.
"K…..Kalau begitu, kami juga melakukan dosa yang sama!!
Kami berada di tempat yang sama! Jika anda ingin membawanya, maka bawalah kami
juga!!"
Tetapi, Integrity Knight itu tidak lagi melihat mereka.
Itu benar....Jika Alice melanggar Taboo, maka aku seharusnya
menerima hukuman yang sama. Eugeo
berpikir seperti itu. Dia memikirkan itu dari dasar dalam hatinya.
Lalu kenapa suaraku ini tidak mau keluar? Aku ingin berteriak
seperti Kirito, tapi mulutku terasa seperti telah melupakan bagaimana caranya
bergerak, semua yang dapat aku lakukan adalah menghembuskan nafas kuat.
Alice memandang dan menatap ke arah mereka berdua untuk sejenak,
Tidak apa-apa. Dia tersenyum seperti mengatakan itu, dan mengangguk.
Ayahnya, yang telah kehilangan ekspresi di wajahnya, memasangkan
alat pengekang berbahaya itu di belakang tubuh langsingnya. Dia mengeratkan
tiga sabuk tadi pada bagian bahu, perut, dan pinggangnya. Wajah Alice untuk
sesaat sedikit berubah. Setelah dia selesai mengeratkan peralatan logam itu,
dia mundur beberapa langkah dengan terhuyung-huyung, dan menunduk sekali lagi.
Knight itu berjalan menuju Alice, sebelum mengenggam ujung dari rantai yang
tergantung dari punggungnya.
Kirito dan Eugeo ditarik mundur menuju bagian tengah alun-alun,
kemudian secara paksa dijatuhkan dengan betumpu dengan lutut mereka.
Kirito mendekatkan mulutnya ke telinga Eugeo sementaral
berpura-pura terguncang, dan dengan cepat berbisik.
"Eugeo…Dengar, aku akan menggunakan kapak ini untuk
menyerang Integrity Knight. Aku seharusnya mampu untuk mengulur waktu selama
beberapa detik, kau gunakan kesempatan itu untuk mengambil Alice dan segera
kabur. Larilah ke ladang gandum di selatan, berbaurlah ke dalam celah yang ada
di ladang dan pergilah menuju hutan, kau tidak akan mudah terlihat jika sampai
di sana."
Setelah Eugeo menatap pada Dragon Bone Axe yang dipegang Kirito,
dia entah mengapa mampu untuk memaksakan suaranya untuk keluar.
"......Ki...Kirito...tapi..."
Kemarin, bukankah kau sudah melihat skill pedang dan panah
Integrity Knight yang mengerikan itu? Jika kau melakukan sesuatu seperti itu,
dia akan segera membunuhmu…Sama seperti Darkness Knight.
Seolah-olah dia dapat membaca pikiran Eugeo, yang tidak mampu
untuk berbicara, Kirito melanjutan.
"Tidak apa-apa, knight itu tidak akan mengeksekusi Alice
tepat di tempat ini. Mungkin, tanpa interogasi terlebih dahulu, dia tidak dapat
langsung membunuhku. Aku juga akan mencari kesempatan untuk melarikan diri. Juga…."
Tatapan mata membara Kirito yang tertuju pada Integrity Knight,
yang sedang memastikan ikatan dari alat pengekangnya. Setiap kali dia menarik
sabuk kulit tadi, wajah Alice berubah menjadi kesakitan.
".....Juga, tidak apa-apa bahkan jika kita gagal. Selama
kita ikut dibawa pergi bersama dengan Alice, seharusnya masih ada kesempatan
bagi kita untuk melarikan diri. Tapi sekarang ini, jika Alice dibawa pergi
dengan naga terbang itu, maka tidak ada harapan lagi."
"Itu....."
Itu mungkin benar.
Tapi——sebuah ide berbahaya yang bahkan tidak dapat dianggap
sebagai sebuah rencana, bukankah itu adalah «Pengkhianatan terhadap Gereja»?
Taboo Index, bab pertama, kalimat pertama, paragraf pertama, yang ditetapkan
sebagai, dosa terbesar——
"Eugeo....Apa memang perlu untuk ragu-ragu!? Siapa juga
yang peduli jika itu Taboo?! Apakah itu lebih penting dibandingkan dengan hidup
Alice!?"
Suara pelan namun jelas dari Kirito terdengar di dalam telinga
Eugeo.
Benar. seperti yang telah dikatakan olehnya.
Di dalam hati Eugeo, dia meneriakkan itu pada dirinya.
——Kita bertiga telah memutuskan bahwa kita akan terus bersama
semenjak lahir sampai mati. Bekerja bersama-sama, jadi satu orang dapat hidup
demi dua orang lainnya, kita telah bersumpah untuk melakukan itu.
Jadi, tidak ada alasan lagi untuk ragu-ragu. Gereja Axiom dan
Alice, diantara dua hal itu yang mana yang jauh lebih penting? Jawabannya telah
diputuskan. Itu telah diputuskan. Itu adalah——itu adalah——
"Eugeo…Apa yang kau pikirkan tentang itu, Eugeo!!"
Suara yang sekarang terdengar seperti teriakan menyayat hatinya
keluar dari Kirito.
Alice yang melihat mereka berdua. Dia menggelengkan kepalanya
dengan ekspresi cemas.
"Itu adalah..... itu.... adalah......"
Sebuah suara serak keluar dari tenggorokannya, seolah-olah itu
bukan suara miliknya.
Tetapi, dia tidak dapat menyelesaikan kata-katanya. Bahkan di
dalam kepalanya, dia tidak dapat membentuk sisa dari kata-kata tersebut. Zukin,
rasa sakit yang tajam menjalar menuju mata kanannya. Rasa sakit yang terus
menusuk itu mengganggu pikirannya. Zukin, zukin, warna seperti
darah tersebar di pandangannya, meyelimuti semuanya tanpa terkecuali, sementara
perasaan dari anggota tubuhnya memudar.
Pada saat itu, kepala desa telah menyadari peristiwa yang tidak
biasa terjadi, yang disebabkan oleh mereka berdua. Dia perlahan menggerakkan
tangannya, dan memerintahkan dua penduduk desa yang berdiri di belakang mereka
berdua.
"Bawa keluar dua anak-anak itu dari alun-alun."
Dengan segera setelah itu, leher Eugeo dan Kirito digenggam dan
diseret ke belakang.
"Sial…..lepaskan!!! ——Kepala desa!! Gasupht-ojisan! Apakah
tidak apa-apa!? Apakah tidak apa-apa membiarkan Alice diambil pergi dengan cara
seperti ini!!?"
Kirito meronta-ronta seolah-olah dia menjadi gila, melepaskan
tangan orang itu, mempersiapkan kapak di tangannya, bersiap untuk menyerbu.
Tetapi, kakinya, yang mengenakan sepatu boot kulit sederhana,
bahkan tidak dapat membuat gerakan selangkah ke depan. Sebelum dia mulai
berlari, sesuatu yang mengejutkan telah terjadi.
Di saat Integrity Knight, yang telah selesai memastikan ikatan
sabuk kulit Alice, menatap Kirito, Dragon Bone Axe yang gagangnya dia genggam
dengan erat membuat suara logam tajam sebelum terlempar keluar dari tangannya.
Knight tersebut tidak menyentuh pedang di pinggangnya maupun panah di
punggungnya. Dia bahkan tidak menggerakkan satu jaripun. Seolah-olah
kehendaknya sendiri membentuk pedang asli dan mengenai kapak Kirito, membuat
itu terhempas menuju bagian ujung alun-alun.
Kirito yang menerima hantaman yang berasal dari hantaman tidak
biasa itu juga tubuhnya ditekan saat dia terjatuh. Dengan segera, beberapa
orang bergabung dan benar-benar menghentikan gerakannya secara sepenuhnya.
Pipi kanannya tertekan pada jalanan berbatu, sementara dia
memperlihatkan ekspresi kesakitan, Kirito dengan susah payah berteriak.
"Eugeo! Kumohon, pergilah!"
"A....u, a....."
Seluruh tubuh Eugeo menjadi bergemetar.
Pergi. Aku harus pergi. Aku harus mengambil kembali Alice dari
tangan knight itu, lalu melarikan diri menuju hutan selatan.
Suara samar-samar bergema dari ujung pikirannya. Tapi, dengan
segera, sebuah rasa sakit yang tajam menyerang mata kanannya seolah-olah
seperti ditusuk, menghempaskan semua tujuannya. Bersamaan dengan cahaya merah
yang bergetar itu, suara keras lainnya menggema seperti sebuah lonceng rusak.
Gereja Axiom adalah mutlak. Taboo Index adalah mutlak. Tidak
mematuhinya adalah larangan. Larangan untuk semua orang.
"Eugeo, setidaknya singkirkan orang-orang ini dariku!! Lalu
aku bisa......"
Integrity Knight itu tidak lagi mempedulikan keributan di
alun-alun, dia memasang ujung rantai tadi pada pelana yang ada di punggung naga
terbangnya. Saat naga itu merendahkan lehernya, knight tadi memanjat pada
pelana itu tanpa ada kesulitan. Armor peraknya berkilauan dengan terang.
"Eugeo——"
Kirito berteriak saat dia memuntahkan darah.
Naga terbang putih itu mengangkat tubuhnya, dan membentangkan
sayapnya secara lebar.Suara keras terdengar dua, atau tiga kali.
Alice yang terikat pada pelana naga tersebut, memandang lurus
pada Eugeo. Dia tersenyum. Seolah-olah dia mengucapkan 'Selamat tinggal,'
dengan kedua mata birunya. Rambut pirang panjangnya terurai karena angin yang
disebabkan oleh kepakan sayap, berkilauan dengan terang seperti armor knight
itu.
Tetapi, Eugeo tidak dapat bergerak. Dia tidak dapat mengeluarkan
suaranya.
Seolah-olah kedua kakinya tertanam ke tanah, dia bahkan tidak
dapat bergerak sedikitpun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TULIS KOMENTAR